Kita tentu sudah sangat tidak asing dengan istilah introvert dan ekstrovert. Orang awam memahami introvert dengan karakteristik yang pendiam, jarang bicara, perasa, dan sensitif. Sedangkan untuk ekstrovert dipahami sebagai karakteristik dimana seseorang lebih banyak bicara, aktif, sering mengemukakan pendapat dan terkadang kurang peka. Setidaknya, itu yang dipahami oleh awam. Kemudian kita akan mengklasifikasikan diri kita, apakah kita termasuk introvert atau ekstrovert. Dan membandingkan, menjadi lebih baik mana.. apakah introvert atau ekstrovert.
Sebelum membahas hal tersebut, labih baik kita pahami dulu tentang sejarah dari asal kata introvert dan ekstrovert.
Diperkenalkan oleh Jung, Tokoh Psikologi yang sangat terkenal dengan teori Psikoanalisa
Carl Gustav Jung (1875-1961), dokter psikologi dari Swiss sebagai orang pertama yang merumuskan tipe kepribadian manusia dengan istilah ekstrovert dan introvert. Tetapi tidak hanya dua itu, ada istilah lain yang dikenalkan, yaitu Ambivert.
Jung juga menggambarkan empat fungsi kepribadian manusia yang disebut dengan fungsi berpikir, pengindera, intuitif, dan perasa. Tetapi untuk empat fungsi kepribadian ini, bisa kita bahas pada artikel terpisah di lain kesempatan. 🙂
https://www.youtube.com/watch?v=Fintqbr-9g8
Kepribadian Introvert bukan selalu harus pendiam
Jung menjelaskan bahwa inti dari introvert adalah karakteristik dimana seseorang lebih cenderung ke dalam dirinya. Seseorang dengan banyak kecerdasan intrapersonal, dimana dia sibuk dan lebih banyak mendengarkan ke dalam dirinya. Terkait fantasinya, komunikasi dengan dirinya, pemikiran, mimpi-mimpinya.
Sehingga, jika ada informasi dari luar. Maka, dia akan menimbang-nimbang dengan subjektivitas dirinya. Untuk pengambilan keputusan atau menyimpulkan segala sesuatu. Termasuk dalam berperilaku. Sehingga, “kesannya” dia pendiam, pemurung, dan sensitif. Tetapi, pendiamnya adalah dia sedang sibuk dalam aktivitas dengan dirinya yang mencakup berpikir, merasa, berkomunikasi dengan ‘dirinya sendiri’.
Ketika kita sangat sibuk dengan diri kita sendiri, ke bagian dalam diri kita. Sangat mungkin muncul nilai dari orang- orang di sekitar kita bahwa kita, susah bergaul, senang menyendiri, tidak aktif di pergaulan, pendiam, bahkan pemalu. Tetapi, kenyataannya banyak juga lho orang yang suka berbicara tetapi dia dominan introvert.
Bagaimana bisa orang cerewet tetapi kok introvert? Ya.. karena inti dari introvert adalah orientasi ke dalam dirinya sendiri. Maka, bisa jadi dia banyak bicara, tetapi ketika ada temannya berbicara atau memberi nasehat. Tidak diperhatikan. Karena dia lebih memperhatikan kata hatinya sendiri. Dia aktif berbicara tetapi tidak mendengarkan dan tidak menyaring nilai atau pendapat dari lingkungan.
Kepribadian ekstrovert nampak hangat dan ramah
Jika tipe introvert dimana seseorang cenderung ke dalam dirinya. Sebaliknya, tipe ekstrovert muncul dalam karakteristik dimana seseorang cenderung ke luar dirinya. Dia lebih melihat lingkungan sosial, aktif mendengarkan dan berbicara dengan orang lain, memiliki ketertarikan atau atensi yang kuat dengan orang lain. Sehingga, akan nampak sebagai orang yang hangat dan ramah. Aktif dan pintar bersosialisasi. Maka, nilai sosial yang muncul adalah orang ekstrovert lebih menyenangkan daripada orang introvert. Dan banyak orang berasa bahwa dirinya adalah tipe introvert, karena dia merasa tidak yakin dirinya ramah dengan lingkungan sosialnya.
Jika dia sibuk dengan kata di luar dirinya. Maka pendapat dan nilai yang menjadi keputusan, perilaku, dan yang disetujui adalah dari kata orang lain di luar dirinya. Dia menjadi kurang memperhatikan kata hatinya, pemikiran, ide dan gagasannya. Apakah hal tersebut bagus? Tentu tidak bagus untuk beberapa kondisi. Karena ada situasi dimana yang mengetahui mana yang terbaik bagi dirinya adalah dirinya sendiri.
Membandingkan introvert dan ekstrovert
Mana yang lebih bagus, antara introvert dan ekstrovert? Jawabannya adalah situasional. Karena lingkungan kan dinamis. Kadang kita perlu menjadi introvert untuk mendengarkan ‘diri kita’ tetapi kadang kita perlu menimbang dan mendengarkan orang lain berpendapat. Kita juga perlu bersosialisasi karena pada hakekatnya, manusia adalah mahluk sosial.
Jadi bisa dua-duanya kepribadian tersebut bisa ada di diri kita? Ya… namanya adalah kepribadian ambivert. Ambivert adalah karakteristik dinamis dimana seseorang perlu condong ke introvert dalam kondisi tertentu, juga perlu condong ke ekstrovert dalam kondisi tertentu. Ada stimulus sosial yang efektif jika kita introvert dan kondisi sosial tertentu efektif jika kita ekstrovert. Yang terbaik adalah jika kita dinamis dalam bersikap dan memposisikan diri di lingkungan sosial. Namun, tetap kita perlu memberikan wilayah di diri kita untuk ‘berbicara’ dan merasa.
Kepribadian ambivert lebih sehat dan baik bagi kita
Bayangkan jika kita sangat tertutup, tidak mau mendengarkan orang lain, dan menarik jarak dengan lingkungan sosial. Atau jika kita terlalu terpengaruh dengan orang lain, sedangkan banyak pendapat antara satu orang dengan orang lain. Orang lain juga belum tentu tahu kondisi diri kita, mana yang terbaik bagi diri kita sendiri. Maka, orang yang sangat kaku dan tidak fleksibel dalam kepribadian introvert maupun ekstrovert akan mengalami masalah dalam kepribadiannya. Dalam fungsi hidup/ aktivitas sehari-hari akan terganggu. Kepribadian yang sehat adalah kepribadian dimana seseorang bisa menjadi dinamis menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan.
Kepribadian bukan untuk labelling
Tidak akan sama kondisi psikologis satu orang dengan orang lainnya. Karena stimulus dan permasalahan seseorang, maupun masa lalu orang berbeda-beda. Inti dari kepribadian dalam psikologi adalah kesehatan mental. Dimana seseorang bisa beraktivitas yang terbaik sesuai dengan kondisi dirinya, sesuai dengan potensi dan kondisi psikologis yang ada di dirinya.
Maka, orang yang bijak tentu tidak perlu memberikan nilai/melabeli dirinya atau orang lain. Apakah orang lain itu sangat introvert, atau sangat ekstrovert. Apakah teman kita itu orang yang perasa atau pemikir. Labelling tersebut akan menjadi problem jika membuat kita akhirnya bersikap berbeda atau memandang negatif teman dan diri kita sendiri. perlu kita ingat, bahwa di psikologi ada istilah individual defferences, yaitu masing-masing dari kita adalah unik. Tidak perlu melabelli lebih baik daripada yang lainnya. 🙂