Sebagai seorang pewawancara, perlu memperhatikan hal-hal yang muncul dalam diri klien. Tidak hanya berforkus pada apa yang disampaikan saja. Tetapi bisa dilihat dari respon-respon lain. Hal ini karena proses wawancara adalah proses penggalian informasi/ data. Sedangkan, dalam keilmuan psikologi sangat penting memperhatikan hal yang keluar dari ketidaksadaran dalam bentuk perilaku. Sumber terbesar yang bisa diambil informasi dari proses wawancara adalah yang aktivitas non-verbal yang dihubungkan dari pernyataan yang disampaikan.
Kemampuan wawancara merupakan hal penting yang harus dikuasai dalam keilmuan psikologi. Khususnya bagi sarjana/praktisi/ilmuwan psikologi maupun psikolog. Karena teknik wawancara merupakan metode utama yang dibutuhkan dalam penggalian data di penelitian kualitatif. Begitu juga digunakan pada sesi konseling psikologi untuk tujuan terapi psikologi oleh psikolog.
Wawancara adalah metode penggalian data yang paling mudah dilakukan karena tidak memerlukan alat tes seperti pada psikotes. Hanya dibutuhkan keahlian dan teknik wawancara agar dapat menggali informasi kepada klien. Dan juga bisa membuat tujuan wawancara tercapai, dapat mengarahkan tema wawancara seefektif dan efisien mungkin.
Dalam dunia industri organisasi, wawancara merupakan kemampuan untuk mengungkap kompetensi seseorang. Dalam pengembangan dapat diaplikasikan untuk beberapa metode asesmen center. Seperti diaplikasikan dalam proses FGD atau forum group diskusi, intray, BEI, dan sebagainya.
Keahlian Memahami Perilaku Klien dalam Proses Konseling
Sebagai konselor atau pewawancara, dibutuhkan beberapa keahlian dalam proses wawancara. Berikut ada beberapa hal yang perlu dimiliki oleh pewawancara. Yaitu, kemampuan mendengarkan, proses membangun raport, kemampuan mencatat informasi yang disampaikan klien, melihat bahasa tubuh atau perilaku verbal dan non verbal klien.
Dalam kali ini, kami akan bahas lebih jauh tentang memahami perilaku verbal dan non verbal dalam wawancara. Dalam perilaku verbal dan non verbal ini, banyak didapatkan informasi dari klien. Bahkan untuk hal-hal yang tidak nampak tetapi bisa digali. Dengan memperhatikan kombinasi antara perilaku verbal dan non verbal, maka konselor dapat melihat melihat kesesuaian jawaban dengan pertanyaan, melihat kecemasan atau kondisi emosional dari apa yang disampaikan, dan dapat untuk melihat minat seseorang dalam mengikuti wawancara.
Perilaku verbal merupakan ucapan yang muncul berupa kata-kata. Sedangkan perilaku non verbal adalah bahasa tubuh yang keluar sebagai respon dari komunikasi. Menurut Ducan, ada enam jenis pesan nonverbal, yaitu:
(1) pesan non verbal yang keluar dalam bentuk kinesik atau gerak tubuh;
(2) paralinguistik atau suara. Seperti intonasi tinggi rendahnya, suara yang ditahan, bergetar, dan ditekan.
(3) prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial;
(4) olfaksi atau penciuman,
(5) sensivitas kulit; dan
(6) faktor artifaktual, seperti pakaian dan kosmetik.
artikel lainnya, jasa psikotes
Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Perilaku Verbal Dan Non Verbal
Perilaku verbal dan nonverbal yang harus diperhatikan dalam proses wawancara, yaitu sebagai berikut:
Perilaku Verbal yang muncul dalam aktivitas mau bicara dan tidak mau bicara, berbicara lancar atau berbicara tersendat-sendat, dan banyak bicara atau sedikit bicara. Hal lain yang muncul dalam perilaku verbal yaitu berbicara gugup atau bicara normal, serta mengeluarkan suara lembut, normal, keras, atau suara kecil.
Aktivitas senyuman bisa dipahami dalam perilaku verbal dan non-verbal, yaitu ada senyum atau tidak senyum, senyum secara spontan atau dibuat-buat, senyum nampak ikhlas atau semu, dan senyum tempat waktu atau tidak tepat waktu.
Hal yang muncul dalam kontak mata, meliputi ada tidaknya kontak mata, dan kontak mata yang dilakukan secara terus-menerus atau sepintas/ kadang-kadang.
Perilaku non verbal dalam ekspresi wajah yang muncul meliputi cerah atau kusam, rileks atau tegang, gembira atau sedih, bercahaya atau pucat, serta, ada gerak-gerik tangan atau tidak ada.
Aktivitas posisi duduk bisa dilihat dalam perilaku non verbal berupa sikap rileks, santai atau kaku, mendekat (bersahabat) atau menjauh (tidak bersahabat), dan sikap duduk sopan atau tidak sopan.
Perilaku non verbal yang muncul dalam bentuk anggukan kepala. Kemudian aktivitas telapak tangan, yaitu hangat atau dingin, dan telapak tangan normal atau berkeringat. Perilaku non verbal nampak juga dalam kondisi rambut seperti Rapi atau kusut, sesuai aturan atau menyimpang, dan rambut normal atau dihias tidak wajar. Aktivitas menangis dapat juga muncul dalam perilaku non verbal.
Dan yang terakhir yang bisa muncul dalam perilaku non verbal yaitu cara berpakaian, apakah rapi atau tidak rapi, dan bersih atau kotor.
Perilaku Verbal dan Non Verbal Yang Baik
Ada berbagai kemungkinan perilaku yang muncul dalam diri klien. Jenis-jenis perilaku tersebut baik verbal maupun nonverbal merupakan indikator bagi konselor mengenai sifat-sifat klien, kondisi pikiran dan perasaan, serta kesiapan klien dalam wawancara. Sebagai konselor harus memiliki kemampuan peka dan sensitif dalam melihat tanda-tanda yang muncul baik secara verbal atau nonverbal.
Selama proses wawancara, selain berfokus pada perilaku verbal dan nonverbal klien, yang tidak kalah penting adalah pewawancara juga perlu memperhatikan perilaku verbal dan nonverbal dirinya sendiri. Sehingga, bisa memberikan suasana nyaman dan penerimaan terhadap diri klien. Terkadang, sikap konselor atau pewawancara yang memunculkan bahasa verbal dan nonverbal tertentu memunculkan perasaan tidak nyaman klien. Sehingga proses membangun raport tidak berjalan lancar. Pewawancara yang bisa mengeluarkan perilaku verbal dan non verbal yang baik ke klien akan menimbulkan efek timbal balik, dimana klien juga bisa mengeluarkan informasi penting dan kenyamanan ke pewawancara.
artikel lainnya, psikotes online
Perilaku verbal dan non verbal bagi pewawancara
Perilaku verbal dan non-verbal yang baik bagi pewawancara adalah hal yang penting. Sehingga, setidaknya… ada lima keahlian nonverbal yang perlu dimiliki pewawancara. Kelima keahlian tersebut adalah:
- Keterlibatan dan ketertarikan pewawancara kepada klien yang muncul dalam bentuk kehangatan dan perasaan menyambut klien.
- Mengingatkan pewawancara untuk menggunakan sikap postur terbuka, tidak menyilangkan tangan dan kaki, serta tidak menunjukkan sikap defisif. Tidak pula ditampilkan dalam perilaku suka menyela pembicaraan klien.
- Sikap badan pewawancara untuk mengarahkan ke klien sebagai bentuk daya tarik dalam proses wawancara.
- Menampikan kontak mata intens ke klien. Sebagai pertanda bahwa pewawancara terfokus pada klien. Sementara, sebagian klien menyukai sedikit kontak mata. Sehingga, sebagai pewawancara harus menyesuaikan dengan kondisi klien terkait kontak mata.
- Sikap rileks dari pewawancara. Mengingatkan pewawancara untuk rileks, merasa nyaman selama proses wawancara.
_______
Demikian adalah artikel singkat kami terkait perilaku verbal dan non verbal dalam wawancara. Semoga artikel ini bermanfaat.