admin Tidak ada komentar

Teori Perkembangan Moral. Jika kita membahas tentang perkembangan moral, maka tokoh Psikologi yang memberikan sumbangsih paling banyak yaitu Jean Piaget dan Kohlberg. Istilah moral berasal dari kata Latin “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan dan Adat. Sehingga perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral dimana terikat dengan nilai, sistem sosial, dan tradisi masyarakat. Perilaku yang sama bisa dikategorikan tidak bermoral dalam budaya tertentu, namun di daerah lain, perilaku tersebut merupakan hal wajar dan bermoral.

 

Moral Dan Perilaku

Perilaku non moral atau amoral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial yang disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap harapan sosial. Seperti pelanggaran secara tidak sengaja terhadap standar kelompok.

Perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. Dikatakan tidak bermoral karena perilaku tersebut tidak selaras dengan standar sosial atau kurang memiliki rasa wajib menyesuaikan diri dengan harapan sosial.

 

Konsep-konsep Teori Perkembangan Moral

Peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan anggota kelompok atau anggota suatu budaya. Peraturan perilaku yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.

 

Pola Perkembangan Moral

Bayi yang baru lahir tidak membawa aspek moral, sehingga dianggap Amoral atau Non-Moral. Menurut teori Psikoanalisa dan teori belajar, menyatakan bahwa aspek moral merupakan sesuatu yang berkembang dan dikembangkan.

Menurut Teori Psikoanalisa Perkembangan moral adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat dan kematangan organik- biologik. Seseorang telah mengembangkan aspek moral bila telah menginternalisasikan aturan-aturan atau kaidah-kaidah kehidupan di dalam masyarakat. Kemudian orang tersebut dapat mengaktualisasikan dalam perilaku yang terus menerus, atau dengan kata lain telah menetap dalam diri orang tersebut. Menurut teori Psikoanalisa , perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat dan sebagai kematangan dari sudut organik-biologik.

Menurut teori Psikologi Belajar perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus respons yang dipelajari oleh anak. Proses belajar didapatkan antara lain berupa hukuman (punishment) dan pujian (reward) yang sering dialami oleh anak. Anak akan mendapatkan reward atau reinforcement positif jika dia berperilaku sesuai moral, dan akan mendapatkan punishment jika berperilaku tidak sesuai moral.

 

 

Konsep Teori Psikoanalisa dan Teori Belajar

Konsep teori Psikoanalisa dan psikologi belajar tentang proses perkembangan moral adalah bahwa seseorang telah mengalami perkembangan moral apabila ia memperlihatkan adanya perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada di dalam masyarakatnya. Dengan kata lain perkembangan moral berkorelasi dengan kemampuan penyesuaian diri individu.

 

Teori Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget dan Kohlberg

Menurut Jean Piaget dan Kohlberg perkembangan moral berkorelasi dengan perkembangan kecerdasan individu. Sehingga seharusnya bila perkembangan kecerdasan telah mencapai kematangan, maka perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangan. TEORI JEAN PIAGET tentang PERKEMBANGAN MORAL Perkembangan moral berlangsung dalam 2 (dua) tahap, yaitu:

Tahap Realisme Moral –> Moralitas oleh pembatasan (pada usia kurang dari 12 tahun):

Usia 0 – 5 tahun:

Pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Anak menilai tindakan berdasar konsekuensinya. Jika dia melakukan sesuatu dan dihukum, berarti sesuatu tersebut tidak boleh dilakukan atau salah.

 

Usia 7 atau 8 – 12 tahun:

Pada tahap ini anak menilai perilaku atas dasar tujuan. Konsep tentang benar atau salah mulai dimodifikasi (lebih luwes atau fleksibel). Konsep tentang keadilan mulai berubah.

 

Tahap Operasional Formal –>Moralitas dengan analisis (pada anak dengan usia lebih dari 12 tahun):

Anak mampu mempertimbangkan segala cara untuk memecahkan masalah. Anak bernalar atas dasar hipotesis dan dalil. Dimana pada tahan ini, anak mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang.

 

Sekilas biografi Tentang Lawrence Kohlberg, sebagai tokoh psikologi kognitif.

Beliau lahir tahun 1927, dan dibesarkan di Brouxmille, New York. Kohlberg menamatkan Sekolah Menengah di Andover Academy di Massachusetts tahun 1948. Kemudian Masuk Universitas Chicago, setahun kemudian Bachelor diraih dan ia mengambil bidang Psikologi. Ketika mengambil bidang Psikologi, Kohlberg tertarik dengan Teori Jean Piaget. Pada Tahun 1958,  Kohlberg lulus program doktoral dengan Disertasi yang berjudul The Development of Modes of Thinking and Choice in the year 10 to 16. Pada tahun 1962 – 1968 Kohlberg mengajar di Universitas Chicago kemudian sejak tahun 1968 mengajar di Harvard.

Menurut Kholberg, Ketika anak dilahirkan maka dia belum dan tidak membawa aspek moral. Kohlberg juga berpendapat, bahwa aspek moral merupakan sesuatu yang berkembang dan dikembangkan. Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori Jean Piaget, yaitu dengan pendekatan organismik. Pendekatan orgasmik merupakan tahap-tahap perkembangan yang memiliki urutan pasti (tidak melompat-lompat) dan berlaku secara universal. Selain itu Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral (moral behavior).

 

Tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg

 

Tahap-tahap perkembangan moral terdiri dari tiga tingkat, yang masing-masing tingkat terdapat dua tahap, yaitu:

  1. Tingkat Pra-Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional)

Pada tahap ini, perilaku anak tunduk pada kendali eksternal. Tahap 1: Orientasi pada kepatuhan dan hukuman. Dimana anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah (reward) dan tidak mau melakukan karena takut mendapat hukuman (punishment). Tahap 2: Relativistik Hedonisme. Dimana anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat relatif, dan anak lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. Menurut Mussen, dkk., Orientasi moral anak masih bersifat individualistik, egosentris dan konkrit.

 

  1. Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional)

Pada tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) ini fokusnya terletak pada kebutuhan sosial (konformitas).

Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik, dimana anak memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain.

Tahap 4: Mempertahankan norma2 sosial dan otoritas. Dimana seseorang menyadari kewajiban untuk melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma. Artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang telah disepakati bersama dan melaksanakannya.

III. Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional)

Pada tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional) ini, individu mendasarkan penilaian moral pada prinsip yang benar secara inheren.

Tahap 5: Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma sosial, maka ia berharap akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat.

Tahap 6: Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya, dalam hubungan antara seseorang dengan masyarakat ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan atau perilaku itu baik atau tidak baik; bermoral atau tidak bermoral. Disini dibutuhkan unsur etik atau norma etik yang sifatnya universal sebagai sumber untuk menentukan suatu perilaku yang berhubungan dengan moralitas.

 

Demikian artikel singkat tentang Teori Perkembangan Moral Teori Piaget Dan Kohlberg.