Forgiveness belajar memaafkan — Apa itu Forgiveness? Ada tiga level dari Forgiveness. Yaitu:
- Forgiveness of Other. Pada tingkat memaafkan orang lain, merupakan tingkatan pengampunan atas tindakan impersonal, tindakan yang tidak dapat diatribusikan kepada individu mana pun, tetapi bagaimanapun dapat memiliki dampak yang mendalam pada kehidupan kita.
- Self-Forgiveness. Tanpa memaafkan diri sendiri, kita terus menimbulkan rasa sakit emosional pada diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Kita mungkin menyimpan penilaian terhadap diri kita sendiri. Namun pada akhirnya, Satu-satunya pembebasan adalah melalui pengampunan diri.
- There Is nothing to Forgive. Pada tingkat ini, meminta kita untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa pada tingkat tertentu semuanya persis seperti yang diharapkan, meskipun kita mungkin tidak menyukai atau memahaminya. Jika kita mampu mencapai ini, saat kita menerima kehidupan, apa adanya, kita bebas untuk mengalir mengikuti arus, bukan melawannya.
Apa arti memaafkan?
Memaafkan adalah keputusan untuk tidak melakukan balas dendam. Memaafkan berarti menciptakan cerita baru tentang apa yang terjadi dan memberdayakan diri, serta mendapatkan kembali rasa kedamaian.
Ada mitos dan Fakta terkait Forgiveness. Yaitu memaafkan dilakukan untuk keuntungan orang lain. Hal tersebut adalah mitos, Faktanya, memaafkan BUKAN untuk keuntungan orang lain, TETAPI untuk keuntungan diri.
Memaafkan bukanlah melupakan kesalahan yang dilakukan oleh orang lain atau diri sendiri, atau mengatakan bahwa perilaku yang menyakitkan tidak masalah. Jika kita melupakan kesalahan, berarti rawan bagi kita jika suatu saat terjebak dalam kesalahan yang sama.
Memaafkan tidak dipandang sebagai kewajiban, tetapi pilihan.
Mengapa aku harus memaafkan? belajar memaafkan diri sendiri
Penelitian yang dilakukan oleh Luskin dkk. menunjukan bahwa adanya masalah/konflik, berbahaya bagi kesehatan seseorang, seperti :
Memikirkan tentang konflik yang belum terselesaikan menyebabkan tubuh melepaskan bahan kimia stres dan merespons dengan cara yang berbahaya. Hanya dengan mengingat suatu peristiwa yang memicu perasaan marah atau dendam akan meningkatkan detak jantung dan tekanan darah seseorang.
Orang yang marah secara kronis berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya, serta kelemahan imunologis. Sebaliknya, belajar memaafkan dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko penyakit jantung, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh
Apakah beberapa hal sebenarnya tidak bisa dimaafkan? Menurut Luskin, ia meyakinkan bahwa jawabannya adalah tidak. Selalu mungkin untuk memaafkan. Berdasarkan fakta bahwa dalam situasi tertentu ada orang yang telah memilih untuk memaafkan. Jika individu memilih untuk memaafkannya, itu dapat membantu individu untuk dapat memaafkan ketika ia menghadapi tantangan apa pun yang kita hadapi dalam hidup kita.
How Do I Learn to Forgive?
Memaafkan adalah keterampilan yang bisa dipelajari, seperti belajar memainkan olahraga baru atau berbicara bahasa baru. Memaafkan paling baik digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sesuatu untuk disimpan pada saat kejadian yang langka, sekali seumur hidup.
Proses dalam belajar memaafkan
12 step dalam Proses Memaafkan
Step 1. Preparation
Sebelum dimulai, dapat dilakukan langkah-langkah berikut ini :
- Sisihkan banyak waktu, jangan terburu-buru melakukannya.
- Ciptakan dukungan untuk diri Anda sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan konselor atau teman tepercaya yang dapat Anda ajak bicara saat Anda menjalani proses.
- Buat kelompok dukungan kecil.
- Lakukan langkah-langkah secara berurutan.
- Pilih situasi yang ingin Anda lakukan. Ini mungkin masalah yang sudah berlangsung lama, peristiwa traumatis yang hanya terjadi satu kali, perselisihan yang saat ini Anda alami, atau situasi dari masa lalu yang terus membebani Anda.
Step 2. Describe Your Situation
Jelaskan situasi anda, termasuk siapa yang terlibat, apa yang terjadi dan bagaimana perasaan anda tentang hal itu. Gunakan kertas sebanyak yang Anda butuhkan untuk menulis semua yang Anda rasa penting tentang situasi tersebut. Jangan menahan diri. Bersikaplah jujur mungkin dalam mengungkapkan cara anda memandang situasi.
Step 3. Deconstruct Your Story
Langkah selanjutnya, memberi anda kesempatan untuk melihat masing-masing elemen ini dalam konteks situasi Anda. Jawablah masing-masing dari tiga pertanyaan dibawah, lalu di halaman berikutnya, pertimbangkan apakah cerita Anda telah menjadi ‘kisah keluhan’.
- Aspek apa dari situasi yang Anda anggap pribadi?
- Apakah Anda pernah menyalahkan orang lain atas perasaan Anda dalam
- situasi ini? Siapa yang telah Anda salahkan dan untuk apa?
- Dengan cara apa Anda melihat diri Anda sebagai korban?
Kita jawab pertanyaan dibawah ya …
- Terkadang, apakah Anda merasa bahwa Anda adalah satu-satunya orang yang memiliki pengalaman ini?
- Apakah Anda mendapati diri Anda mengira pengalaman ini terjadi karena kekurangan di pihak Anda?
- Apakah Anda menyalahkan orang lain atas perasaan Anda?
- Pernahkah Anda menceritakan kisah Anda lebih dari dua kali kepada orang yang sama?
- Apakah orang yang menyakiti Anda adalah tokoh utama cerita Anda?
- Ketika Anda menceritakan kisah ini, apakah itu mengingatkan Anda tentang hal-hal menyakitkan lainnya?
- Sudahkah Anda membuat komitmen pada diri sendiri untuk tidak menceritakan kisah itu lagi ?
Step 4. Consider The Impact?
Langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan dampak dari cerita Anda. Bagaimana hal itu membentuk dan memengaruhi berbagai aspek pengalaman hidup Anda? Berapa biayanya?
Sebelum menulis, luangkan waktu sejenak untuk memejamkan mata dan pikirkan tentang cerita Anda dan perhatikan pengaruhnya terhadap tubuh Anda. Perhatikan bagaimana perasaan Anda saat membayangkan situasinya. Perhatikan tempat-tempat yang membuat Anda merasa tegang atau tertekan.
Jawab pertanyaan berikut :
- Di bagian tubuh mana yang Anda rasakan ketika menghadapi konflik tersebut?
- Bagaimana konflik tsb berdampak pada hidup Anda, termasuk: kesehatan, pekerjaan, keluarga, hubungan, keuangan dan kesejahteraan lainnya?
- Bagaimana konflik akan berdampak pada Anda di masa depan jika konflik tsb terus berlanjut?
- Apa yang Anda peroleh dengan mempertahankan konflik tersebut?
- Apakah Anda ingin melepaskan konflik ini?
Step 5. Listen to Your Emotions
Saat Anda menjalani proses ini, jika Anda mengalami masalah emosional yang dalam atau merasa terjebak dalam pola emosional, mulailah mengenali pola atau kebiasaan emosional Anda. Sadarilah bahwa biasanya cerita Anda, yaitu pikiran Anda, yang memicu reaksi emosional Anda. Oleh karena itu, saat Anda membuat cerita baru, emosi Anda juga akan berubah.
Dari skala 1-10, berapa skor yang Anda alami dari masing-masing hal berikut sehubungan dengan situasi tsb?
- Emosi apa yang paling memicu diri anda dalam situasi ini?
- Bedakan antara pembawa pesan dan pesannya. Siapa pembawa pesannya? Apa
- pesannya?
- Apa ‘tanda emosional’ dari pesan tersebut? Apakah itu bagian dari pola berulang dalam hidup Anda? Apa pengalaman paling awal dari pola ini yang Anda ingat?
- Bisakah Anda membiarkan diri Anda benar-benar merasakan kedalaman emosi yang anda rasakan? Jika tidak, apakah Anda mengetahui sesuatu yang menghalangi Anda untuk merasakannya? Apakah ada dukungan yang Anda butuhkan?
- Saat Anda merasakan sakit Anda, apakah Anda bisa merasakannya?
- pakah Anda mampu untuk menyayangi diri anda sendiri?
Step 6. Shift Perspective
Sekarang, kita coba step ini ya …
- Bagaimana situasi konflik pribadi yang anda rasakan mampu menghadirkan peluang pertumbuhan bagi anda?
- Apakah anda melihat pola berulang dalam situasi ini dan peristiwa lain dalam hidup anda?
- Apa yang telah anda pelajari sejauh ini dari konflik ini?
- Bayangkan anda telah meninggal dan sekarang sedang melihat kembali kehidupan anda. Menurut anda, bagian mana yang menurut anda bagian tsb adalah bagian sempurna dalam hidup anda?
- Dengan cara apa Anda dapat melihat bahwa tidak ada yang perlu dimaafkan? Bisakah Anda melihat hal positif dalam situasi tsb?
Step 7. Are You Ready to Forgive?
Apakah anda siap untuk melepaskan cerita lama anda? Apakah anda siap untuk memaafkan orang lain?
Pada skala 0 sampai 10 (0 belum siap sama sekali, dan 10 benar-benar siap), seberapa siap anda?
Jika anda melihat bahwa anda belum sepenuhnya siap untuk memaafkan, jelaskan mengapa anda belum bisa memaafkannya?
Adakah yang anda butuhkan untuk siap memaafkannya?
Step 8. Look for Positive Intention
Salah satu kunci untuk memaafkan (diri sendiri dan orang lain) adalah melihat niat
positif setiap orang.
Jawab pertanyaan di bawah yaa ..
- Apa niat positif anda? Apakah tujuan terbesar Anda dalam situasi ini sudah sesuai?
- Apa niat positif satu sama lain?
Step 9. Forgive Yourself
- Untuk apa anda perlu memaafkan diri sendiri? Jelaskan.
- Bagimana penilaian anda terhadap diri anda?
- Apakah anda tidak memenuhi harapan anda sendiri? Bagaimana dan mengapa anda kecewa pada dirimu sendiri?
- Dapatkah anda melihat cara-cara di mana konflik eksternal merupakan cerminan dari konflik internal?
- Apa niat positif anda dalam situasi ini?
- Apa yang telah anda pelajari dari situasi ini sejauh ini?
- Bisakah anda memandang diri sendiri dengan belas kasih?
Step 10. Rewrite The Story
Gunakan kertas sebanyak yang anda butuhkan. Akan sangat membantu jika mendapatkan bantuan dari orang lain untuk langkah ini. Karena, seringkali sulit bagi kita untuk mendengar atau melihat apa adanya jika masih menahan diri sebagai korban. Mintalah seseorang yang bisa objektif untuk mendengar cerita anda dan memberikan umpan balik yang jujur kepada anda, dan solusi apapun yang mereka memiliki.
Step 11. Integration
Anda dapat melakukan ini setiap hari untuk mengingat cerita baru anda, memvisualisasikan itu, dan rasakan. Untuk hasil maksimal, ini adalah cara yang disarankan untuk mengintegrasikan cerita baru anda:
Baca ulang cerita baru anda sekali sehari. Setiap kali anda membaca ulang cerita baru anda, Bayangkan diri anda dalam cerita itu merasa damai dan dipenuhi cinta. Izinkan diri anda sendiri untuk merasakan perasaan ini di tubuh anda. Lanjutkan ini sampai anda merasa memilikinya mengintegrasikan cerita baru.
Step 12. Completion
Step terakhir ….
Adakah yang perlu anda katakan atau lakukan sebelum anda memutuskan untuk mengakhirinya?
Jika ya, apa yang anda lihat sebagai langkah anda selanjutnya?
Buat rencana untuk 30 hari ke depan. Langkah spesifik apa yang akan anda lakukan, dan kapan kamu akan melakukannya?
Demikian artikel tentang Forgiveness, belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain. Sebagai penutup dari bahasan kali ini, akan kami kutipkan pernyataan dari Ajahn Chan tentang Forgiveness:
Jika Anda melepaskan sedikit, Anda akan memiliki sedikit kebahagiaan. Jika Anda banyak melepaskan, Anda akan memiliki banyak kebahagiaan. Namun jika Anda melepaskan sepenuhnya, Anda akan bebas.