admin Tidak ada komentar

SUKA DUKA MENJADI DOSEN PSIKOLOGI

 

Deepapsikologi.com — Banyak mahasiswa bertanya, mengapa dosennya sering susah dihubungi? Mengapa dosennya sok sibuk, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Mahasiswa sering menuntut dosennya siap support kapanpun dia butuhkan. Bisa selalu hadir di kampus. Dan jika ingin bimbingan, maka gampang ditemui.
Coba kita pahami dari sudut pandang pengajar ini. Bagaimana aktivitas menjadi dosen yang cukup menyita waktu. Karena sebenarnya tugas dosen tidak hanya mengajar. Dosen juga harus mengerjakan aktivitas lainnya, yang terkenal di sebut tri dharma perguruan tinggi. Apa saja tugas tri dharma perguruan tinggi yang terangkum dalam tri Dharma Perguruan tinggi. Yaitu,

Tugas Pendidikan, menyiapkan tenaga yang cakap membentuk manusia susia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab. Akan terwujudnya adil dan Makmur, material serta spiritual.

Tri Dharma kedua yaitu tugas penelitian. Tugas penelitian yaitu melakukan penelitian dan usaha kemajuan dalam lapangan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan kehidupan masyarakat.

Tri Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyakarat. Mengabdi kepada masyarakat dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sehingga, memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus ditunaikan oleh Dosen

Tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus ditunaikan oleh Dosen

Hal ini belum termasuk tugas administrasi yang disyaratkan oleh pihak kampus, seperti input nilai, rapat pembelajaran, pemberkasan, persiapan borang/ akreditasi kampus. Juga tugas kampus lainnya jika dosen diberikan tugas di jabatan fungsional.

Karena dosen juga harus memenuhi tugas-tugas lainnya, maka tugas mengajar dosen tidak boleh terlalu banyak. Hal ini diatur agar dosen bisa melakukan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi lainnya, dan juga perkerjaan administrasi kampus lainnya.

 

Tugas sebagai Dosen Psikologi

Seringkali pihak universitas memberikan ruang kepada dosen psikologi untuk memberikan layanan konseling bagi mahasiswa di universitas tersebut. Pihak universitas tidak ingin mahasiswanya mengalami kendala dalam proses perkuliahan. Sehingga permasalahan-permasalahan pribadi mahasiswa perlu dimediasi dengan bantuan konseling dari psikolog. Banyak universitas atau perguruan tinggi memberikan link konseling kepada mahasiswa yang mengalami masalah psikologis yang berpengaruh terhadap performa pembelajaran mahasiswa. Sehingga, fakultas atau prodi Psikologi banyak yang memiliki biro psikologi untuk memfasilitasi sesi konseling mahasiswa.

Kasus yang dialami mahasiswa dalam proses konseling tersebut bermacam-macam. Mulai dari permasalahan mahasiswa yang berprestasi kurang/ memiliki indeks prestasi di bawah rata-rata, diasumsikan tidak mampu mengikuti pembelajaran kuliah. Mahasiswa dengan kasus-kasus psikologis seperti fobia, neurosis, gangguan kepribadian. Mahasiswa juga banyak yang terhambat perkuliahannya dikarenakan permasalahan relasi dengan pasangan, dengan orangtua, dosen, dan senior-junior di kampusnya.

Permasalahan lainnya seperti mahasiswa yang mangkir dari perkuliahan, tidak kunjung selesai untuk mengerjakan skripsi atau tugas akhir. Beberapa kasus juga ditemui bagi mahasiswa yang menentang kebijakan-kebijakan kampus dan melawan dosennya. Sehingga tidak membuat nyaman interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Dan banyak permasalahan-permasalahan psikologis yang ada di lingkungan kampus. Baik itu mahasiswa, sesama dosen, dan staf kampus. Agar, permasalahan-permasalahan psikologis tidak menjadi hambatan dalam berkegiatan di lingkungan universitas.

 

Beban Mental Sebagai Dosen Psikologi

Ada anggapan bahwa dosen psikologi memahami manusia. Maka, dari mahasiswa cenderung punya ekspektasi lebih, bahwa dosen psikologi tersebut tentu sangat memahami mereka. Memahami kondisi dan memahami permasalahan yang dirasakan oleh mahasiswa. Sehingga diharapkan dosen bisa lebih memiliki toleransi atas kesalahan atau kekurangan yang dilakukan oleh mahasiswa.

Tentu hal ini tidaklah tepat, karena dosen juga mempunyai peran untuk memberikan pembelajaran kepada manusia. Tidak selalu bahwa dosen psikologi harus bersikap humanis dan selalu ramah kepada mahasiswanya. Terlebih jika mahasiswa diberikan tuntutan untuk mencapai target pembelajaran.

Sebagi pengajar, dosen juga memperhitungkan, kapan mahasiswa perlu diberikan semangat, pujian, dan dorongan agar meningkatkan prestasinya. Tetapi, juga ada saatnya, kapan mahasiswa diberikan ketegasan, aturan yang jelas, dan sanksi jika ada pelanggaran aturan. Tujuannya, agar mahasiswa memiliki dorongan untuk memperbaiki diri, dan menyadari kesalahan yang dilakukannya.

Terlepas dari latar belakang dosen psikologi yang memiliki beberapa karakteristik. Tidak semua dosen bisa bersikap seperti yang diharapkan mahasiswa. Hal ini yang membuat terkadang mahasiswa kecewa dan tidak nyaman terhadap dosennya. Karena mereka berharap terlalu banyak terhadap dosen psikologi. Agar dosen tersebut dapat memahami mereka.

 

Apa saja yang diharapkan Dosen kepada Mahasiswanya?

Dosen sebagai pembelajar, tentu hal utama yang diharapkan adalah tersampainya proses pembelajaran/ transfer knowledge kepada mahasiswanya. Mahasiswa diharapkan mampu menerima apa yang disampaikan dan tuntutan yang diberikan oleh dosennya secara maksimal.

Namun, ada harapan lain selain target pembelajaran materi perkuliahan yang dituntut oleh dosen. Selayaknya orangtua kepada anaknya, dosen juga mengharapkan ada perilaku yang baik dari mahasiswanya. Mereka diharapkan bisa berperilaku sopan santun,  bersikap baik di kelas, menghargai dosen dalam menyampaikan materi dengan cara memperhatikan secara seksama. Mahasiswa perlu berkomunikasi dengan sopan, dan jika ada yang kurang pas, diharapkan mahasiswa mampu memberikan masukan kepada dosennya dengan cara yang baik. Sehingga, tidak menyinggung dosen.

Jika mahasiswa mampu memberikan kenyamanan kepada dosennya. Baik sikap perilaku, dan tuntutan tugas perkuliahan. Maka, dosen juga akan bersikap segan kepada mahasiswanya. Karena, dosen adalah pihak otoritas, jadi sangat mungkin ada penilaian subjektif dosen yang akan berpengaruh terhadap penilaian mahasiswa.

 

Etika Mahasiswa dalam Berkomunikasi Telepon dengan Dosen

Dimasa digital sekarang, tidak mudah bagi mahasiswa untuk mendapatkan akses dosennya. Dosen juga bisa diakses dari mulai facebook, Instagram, twitter, maupun whatsapp. Sehingga, mahasiswa bisa kapanpun menghubungi dosen. Namun, selayaknya hubungan komunikasi, juga perlu diperhatikan aturan sopan santun. Kepada dosen, mahasiswa perlu memperhatikan aturan-aturan tak tertulis dalam berintaksi di media social. Khususnya jika, mahasiswa perlu menanyakan tentang tugas perkuliahan. Misalnya, terkait jam. Bahwa sebagai dosen, di luar dia juga berperan sebagai suami/ istri, orangtua, bahkan punya aktivitas pekerjaan lainnya. Jadi, mahasiswa harus tahu, waktu yang pas untuk menghubungi dosen. Tidak etis jika mahasiswa menghubungi dosen di jam istirahat, seperti tengah malam, atau week end. Beberapa dosen juga tidak menerima jika ditelepon oleh mahasiswa, atau jika di whatsapp. Maka, mahasiswa perlu mengikuti aturan yang ditetapkan oleh dosen tersebut untuk tetap menjaganya merasa nyaman dalam melayani mahasiswa.

Bahasa yang digunakan juga harus diperhatikan, seperti penggunakan kata baku, dan tidak disingkat. Penggunakan emoticon, atau kesan dari Bahasa yang ditangkap juga penting. Seperti kalimat yang seolah memberikan kesan menginstruksi dosen atau menuduh itu tidak etis. Walaupun mahasiswa tidak ada niatan untuk mengungkapkan kata-kata negatif tersebut. Tetapi, hal tersebut perlu diperhatikan agar tidak ada kesalahpahaman. Mengingat kelemahan komunikasi tulis adalah tidak cukup mewakili ekspresi dan pesan tersirat dari komunikasi yang disampaikan.

suka duka menjadi dosen Psikologi

suka duka menjadi dosen Psikologi

Tips Bagi Mahasiswa agar Memenuhi Ekspektasi Dosen

Mahasiswa perlu memahami bahwa dosen tidak perlu ditakuti. Tidak usah terlalu berfokus terhadap dosen, sehingga tugas sebagai mahasiswa untuk meng-upgrade diri jadi terabaikan. Mahasiswa perlu belajar terhadap materi yang disampaikan oleh dosen dengan sungguh-sungguh. Biasanya, dosen di awal kontrak perkuliahan sering memberikan silabus perkuliahan. Fokus dalam pembelajaran yang disampaikan akan menjadikan mahasiswa tersebut berprestasi. Semua dosen tentu sangat menyukai jika mahasiswanya mendalami dengan sungguh-sungguh bahasan perkuliahan yang disampaikan.

Terlepas dari itu ada tips singkat bagi mahasiswa, yiatu memahami karakteristik dosennya. Ada beberapa dosen yang berfokus pada teksbook yang harus dipahami mahasiswa. Ada dosen yang mengharapkan mahasiswa memahami subtasi teori, pemahaman aplikasi, dan yang penting mengerti apa yang disampaikan. Sedangkan beberapa dosen, ada yang tidak banyak mensyaratkan apa-apa kepada mahasiswanya, selain kehadiran, sikap baik, dan mau mengerjakan tugas.

Dengan mengenali karakteristik dosen, maka diharapkan mahasiswa tersebut bisa mendapatkan penilaian positif. Sehingga, beberapa peluang bisa didapatkan seperti motivasi belajar meningkat, dilibatkan dalam aktivitas praktek dosen yang bisa meningkatkan pengalaman mahasiswa. Sedangkan, nilai bagus adalah bonus. Karena, nilai perkuliahan seringkali tidak banyak memberikan kontribusi positif dalam kesuksesan mahasiwa tersebut kelak setelah lulus. Namun, sikap positif, kemampuan memahami, menghormati, ketekunan dan keteguhanlah yang lebih berpengaruh menentukan kesuksesan seseorang kelak.