Gangguan Attention Deficit Hiperactive Disorder atau disingkat dengan ADHD sebenarnya sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat. Tetapi dengan istilah yang berbeda. Sejarah gangguan ADHD telah mendapatkan berbagai label dan stigma negatif dari masyarakat. Dan juga ADHD mencerminkan berbagai pandangan tentang penyebabnya.
ADHD sebagai suatu gangguan kronis (menahun) yang dapat dimulai pada masa bayi dan dapat berlanjut sampai dengan dewasa. Gangguan ini dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan anak di sekolah, di rumah, maupun didalam komunitasnya.
ADHD sebagai diagnosis yang diberikan untuk remaja, anak-anak dan beberapa orang dewasa, yang mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian, hiperaktif, mudah terdistraksi, dan juga impulsif. Gangguan ADHD merupakan suatu gangguan neurobiologi, dan bukan penyakit yang mempunyai penyebab spesifik. ADHD digambarkan dalam DSM-IV secara khas sebagai kesatuan dari tiga rangkaian kurangnya perhatian, impulsif, dan juga hiperaktif.
Penyebab Gangguan Attention Deficit Hyperactive Disorder
Penyebab pasti dan patologi ADHD masih belum diketahui secara jelas. Seperti halnya gangguan autis, gangguan ADHD merupakan suatu kelainan yang bersifat multi faktor. Banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab gangguan ini, diantaranya:
-
Faktor perkembangan janin
Ibu hamil yang pernah mengalami masalah dalam kandungannya, terkait gangguan pada proses persalinan, kecelakaan, terjatuh, traumatis psikologi sangat rawan menyebabkan anak tumbuh dengan kondisi ADHD. Termasuk penggunaan forceps dan obat secara berlebihan pada ibu hamil dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak.
2. Faktor genetik
Sekitar 80 persen dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala ADHD di kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor genetik. Anak dengan orang tua yang menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan resiko mendapatkan anak ADHD. Hal ini jauh lebih besar dibandingkan dengan anak ADHD yang dilahirkan dari orangtua yang tidak ada riwayat orangtua dan garis keturunan atas dengan gangguan ADHD. Faktor genetik menentukan pada perbedaan-perbedaan fungsi dan kimiawi otak yang diturunkan oleh orangtua. Perbedaan fungsi dan kimiawi otak ini muncul dapat diwariskan secara genetik.
3. Ibu hamil mengkonsumsi minuman beralkohol
Zat-zat yang terkandung dalam alkohol terutama bahan kimiawi dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan hiperaktivitas.
4. Keracunan dan kontaminasi lingkungan
Polusi udara dengan kandungan timbal yang tinggi dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak. Beberapa masyakarat yang tinggal di wilayah kawasan pertambangan, pusat industrialisasi juga rawan memiliki anak dengan kondisi ADHD.
5. Alergi makanan
Beberapa peneliti mengungkapkan penderita ADHD mengalami alergi terhadap makanan. Teori Feingold memperkirakan bahwa Salisilat mempunyai efek kurang baik terhadap tingkah laku anak. Asam silsilat adalah obat yang digunakan untuk mengatasi masalah kulit yang disebabkan oleh penebalan dan pengerasan kulit. Beberapa teori menjelaskan bahwa gula merupakan subtansi yang merangsang hiperaktifitas pada anak.
6. Lingkungan fisik dan pola asuh anak oleh orang tua
Keluarga yang tidak harmonis misalnya perceraian orangtua, konflik suami istri menyebabkan depresi dan stres pada istri. Terlebih jika istri sedang hamil, dimana kondisi psikologis mempengaruhi pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil yang depresi juga rawan melahirkan anak dengan permasalahan-permasalahan fisik, termasuk diantaranya gangguan ADHD.
7. Aktifitas otak yang berlebihan
Penelitian neuropsikologi menunjukkan bahwa kortek frontal dan sirkuit yang menghubungkan fungsi eksekutif bangsal ganglia, dopaminergic dan noradrenergik neurotransmission merupakan target utama dalam pengobatan ADHD. Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertai perubahan struktur dan anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam perkembangan hubungan anak dan orang tua serta lingkungan sekitar. Pada pemeriksaan radiologis otak PET (Position Emission Tomography) didapatkan gambaran bahwa pada anak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dominan didapatkan aktifitas otak yang berlebihan dibandingkan anak yang normal dengan mengukur kadar gula yang didapatkan perbedaan yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.
Kemunculan ADHD pada anak memang tidak dapat dicegah, namun risiko munculnya kelainan ini sangat mungkin untuk diminimalisir. Untuk meminimalisir risiko terjadinya ADHD, ibu hamil tidak boleh merokok, minum minuman beralkohol, dan menggunakan NAPZA. Selain itu, jauhkan anak dari asap rokok dan paparan zat beracun.
Walaupun begitu, anak terlahir dalam kondisi ADHD bukanlah penderitaan bagi orangtua yang harus diratapi. Orangtua tetap bisa memberikan pengkondisian dan metode dalam mendidik anak, namun agak berbeda dengan pengkondisian anak normal pada umumnya. Dibutuhkan kesabaran dan kerjasama orangtua untuk menyikapi anak dengan permasalahan ADHD. Sehingga, anak tetap dapat tumbuh dengan keberfungsian hidup yang optimal.
Demikian artikel singkat terkait Penyebab Anak Mengalami Attention Deficit Hyperactive Disorder. Semoga bermanfaat.