admin Tidak ada komentar

Konstruksi Alat Ukur Psikologi; Asesmen, Pengukuran, dan Evaluasi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi. Di bidang psikologi, terdapat beberapa metode untuk melakukan asesmen psikologi. Asesmen dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Konstruksi Alat Ukur Psikologi sendiri banyak menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam pengukuran psikologi terdapat istilah yang biasa dipahami sebagai tes psikologi.

Konstruksi Alat Ukur Psikologi; Asesmen, Pengukuran, dan Evaluasi

Konstruksi Alat Ukur Psikologi; Asesmen, Pengukuran, dan Evaluasi

Tes psikologi merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku (Anastasi). Sedangkan menurut Kaplan (2005), menjelaskan bahwa tes merupakan metode, alat, atau teknik pengukuran yang digunakan untuk mengukur perilaku atau membantu memahami dan memprediksi perilaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tes psikologi merupakan  Suatu metode untuk mengetahui kapasitas atau potensi tertentu seseorang. Di dalam pengukuran psikologi, ada beberapa istilah penting yang sering kita temui, yaitu kuisioner, skala, dan tes. Lantas apa perbedaan dari ketiga istilah tersebut? Berikut kami jabarkan gambaran singkatnya:

 

 

Kuesioner, Skala, dan Tes

Kuesioner Skala Tes
Mengungkap data faktual atau yang dianggap  kebenaran dan fakta yang diketahui subjek Data yang diungkap berupa konsep psikologis atau konstruk yang menggambarkan seperti kepribadian individu Mengungkap rangsang stimulus dengan aspek kognitif yang akan diungkap
Merupakan pertanyaan – pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap Aitem berupa pernyataan yang tertuju pada indikator untuk memancing jawaban yang merupakan afeksi keadaan subjek yang tidak disadari Pertanyaan terstuktur dan terstandarisasi
Jawaban tidak diberi skor, tetapi berupa koding Respon terhadap skala diberi skor melalui proses penskalaan Respon diberi skor dan bisa melalui penskalaan
Satu angket dapat mengungkap informasi tentang banyak hal Satu skala psikologi hanya dapat digunakan mengungkap suatu atribut tunggal   Mengungkap kapasitas kognitif dan nonkognitif melalui sampel perilaku
Validitas angket terletak pada kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap Validitas skala terletak pada kejelasan konsep yang diukur Teruji validitasnya
Hasil angket tidak dapat diuji reliabilitasnya secara psikometris  Hasil skala psikologis dapat teruji reliabilitasnya secara psikometris Reliabel untuk digunakan pada semua subjek

 

Klasifikasi Tes

Atribut psikologis Proyektif Non proyektif
Individual Kelompok Individual Kelompok
Kepribadian Roschach, dan The Holtzman Inkblot CAT, TAT, Warteg, DAM, HTP,P-F 16 PF, EPPS, DRAKE P3,
Intelegensi Binet, WAIS, PMT, WISC, K-BIT, KAIT CFIT
Potensi intelektual MAJT CogAT, DAS, TPA, SAT, DAT, GRE, MCT, Orlens –Hanna…,F-JAS,
Hasil belajar K-ABC EBTANAS, TOELF

 

Karakteristik skala psikologi

Skala psikologi sebagai alat ukur memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data lain. seperti formulir atau daftar isian, angket, kuiz, inventori, dll. Skala sebagai alat ukur psikologi memiliki karakteristik, yaitu berisi banyak aitem pertanyaan atau pernyataan. Stimulus skala psikologi berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur. Dan respons subyek pada skala psikologi tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar salah.

prosedur pembuatan skala psikologi

prosedur pembuatan skala psikologi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan skala psikologi

  1. Subyek penelitian atau sampel penelitian yang dikenai alat yang akan dikembangkan
  2. Jenis skala yang dipakai
  3. Tujuan pengukuran harus dinyatakan dengan jelas
  4. Model Skala yang akan dipakai
  5. Kisi-kisi atau Blue-print
  6. Alokasi waktu yang disediakan

 

Skala sikap

Skala Psikologis bisa berupa  skala yang mengukur sikap dan mengukur atribut psikologis. Karena skala psikologis mengukur aspek psikologi seperti sikap, maka penting sekali diperhatikan terkait objektivitasnya. Pada skala sikap, objek yang diukur harus penting untuk diteliti dan berupa hal yang menimbulkan kontroversi. Komponen skala sikap meliputi komponen emosional (afeksi), konatif (komponen perilaku), dan komponen kognitif.

 

Perbedaan kontruksi skala sikap dan skala psikologis. Jika Skala Psikologis; Dimensi, indikator berasal dari konstrak teori yang dipakai dan memakai teori psikologis tentang konstrak yang diukur. Namun Skala sikap memakai teori sikap. Dimensi skala sikap berasal dari dua hal, yaitu teori sikap dan dari fakta. Penggalian fakta didapatkan dengan cara studi literatur, wawancara, dan sebagainya. Indikator skala sikap berasal dari gabungan dua dimensi diatas.

 

Langkah-langkah penyusunan alat ukur psikologi :

 

  1. Identifikasi tujuan ukur
  2. Operasionalisasi konsep atau indikator perilaku
  3. Menentukan teknik Penskalaan
  4. Pembuatan tabel spesifikasi
  5. Penulisan aitem
  6. Parakitan aitem
  7. Uji coba
  8. Analisis aitem
  9. Seleksi aitem
  10. Pengujian Reliabilitas
  11. Validasi, yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya
  12. Format Final

 

Konstruk Psikologis

Konstruk psikologis merupakan konsep buatan. Konstrak psikologis dibangun oleh ahli untuk menjelaskan fenomena psikologis. Contohnya, dengan menggunakan konstruk ‘intelegensi’ kita dapat menjelaskan mengapa individu memiliki kemampuan penalaran bervariasi dengan daya tangkap informasi yang berbeda-beda. Kontruk psikologi tidak bisa diamati secara langsung. Karena bersifat abstrak dan hipotetik. Sebelum diturunkan menjadi indikator tampak, konstrak psikologis tidak dapat diamati.

Konstrak psikologi mengalami perkembangan karena bersifat konseptual. Misalnya, locus of Control berubah menjadi Self Control dan Self Efficacy.

Peneliti harus berpedoman pada teori yang menjelaskan aspek yang relevan dengan apa yang diukur dan bagaimana mengukurnya. Definisi konseptual dan definisi operasional. Dengan memakai landasan teori yang kuat, maka peneliti dapat dengan mudah mengembangkan alat ukur.  Apabila tidak ada teori yang secara khusus mengkaji aspek yang hendak diukur, maka peneliti dapat memadukan teori-teori yang mendukung untuk mendefinisikan aspek yang relevan dengan apa yang hendak diukur.  Contoh, Mengukur Tata Krama Jawa. Dari aspek akan diturunkan dalam indikator perilaku dan item pernyataan.

 

Demikian artikel singkat tentang Konstruksi Alat Ukur Psikologi. Semoga bermanfaat.