admin No Comments

Materi Pengantar Konseling: Definisi, Tahapan, dan Keterampilan Penunjang

Materi Pengantar Konseling. Apa yang terpikirkan saat kita mendengar kata “Konseling?” Secara umum konseling bisa dipahami sebagai proses interaksi antara konselor dan klien untuk membantu klien menyelesaikan permasalahannya. Ada beberapa point dari konseling yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu.
  2. Terdapat interaksi antara konselor dan klien.
  3. Konseling merupakan sebuah proses.
  4. Dilakukan secara profesional
Materi Pengantar Konseling: Definisi, Tahapan, dan Keterampilan Penunjang

Materi Pengantar Konseling: Definisi, Tahapan, dan Keterampilan Penunjang

Memahami arti Konseling

Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Brammer dan Shostrom (1982) menjelaskan bahwa konseling adalah suatu perencanaan yang lebih rasional, pemecahan masalah, pembuatan keputusan intensionalitas, pencegahan terhadap munculnya masalah penyesuaian diri, dan memberi dukungan dalam menghadapi tekanan-tekanan situasional dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil akhir dalam proses konseling adalah :

  1. Pemecahan Masalah
  2. Penyesuaian Diri terhadap masalah yang dihadapi
  3. Pertumbuhan Pribadi menjadi lebih baik
  4. Mendapatkan Insight dari masalah yang dihadapi
  5. Mendapatkan dukungan

 

Komponen utama dalam konseling

 

Cavanagh dan Levitov (2002) menyimpulkan konseling memiliki empat komponen utama, yaitu hubungan, masalah, tujuan, dan treatment.

  1. Hubungan

Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antar konselor dengan konseli. Pentingnya hubungan dalam konseling telah lama digali oleh para ahli psikologi seperti Freud, Rogers, dan Sullivan. Dalam hubungan konseling, konselor mengembangkan berbagai sikap seperti empati, terbuka, hangat, unconditional positive regard (hal positif tanpa syarat), sehingga hubungan yang dibuat antara konselor dan konseli dapat menjadi sebuah instrumen yang dapat membantu.

  1. Masalah

Masalah merupakan komponen penting dalam konseling. Berbagai teknik konseling yang dikemukakan oleh para ahli pada dasarnya bertujuan untuk mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang dialami oleh konseli.

  1. Tujuan

Tujuan konseling bervariasi sesuai dengan orientasi teoritis dan masalah konseli. Beberapa teori menekankan pada perubahan kognisi dan pemahaman. Teori lainnya menekankan pada perubahan emosi dan perilaku. Ada juga teori yang bertujuan pengembangan dan pertumbuhan individu.

  1. Treatment

Treatment dalam hubungan konseling dilaksanakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling. Pelaksanaan treatment sangat bergantung pada permasalahan konseli dan pendekatan yang digunakan. Intinya, hubungan dalam konseling bersifat membantu (helping relationship), bukan memberi (giving) atau mengambil alih pekerjaan.

Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien kepada konselor. Tetapi konselor perlu memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalahnya.

 

Hal yang perlu dihindari sebagai konselor

Sikap-sikap yang perlu dihindari konselor dalam hubungan konseling

1.Sikap acuh tak acuh

2.Tidak sabar dan amarah

3.Terus memberi nasehat

4.Tepengaruh secara emosional

5.Tidak kreatif

Sikap yang perlu dihindari sebagai seorang konselor

Sikap yang perlu dihindari sebagai seorang konselor

Hal yang perlu dimiliki sebagai seorang konselor

Menurut Carl Rogers, ada 3 komponen dasar yang dimiliki konselor berkaitan dengan kualitas hubungan konselor dengan klien. Yaitu : kongruensi (congruence), Empati (empathy), perhatian positif tanpa syarat (Unconditional positive regard).

  1. Kongruensi (congruence)

Seorang konselor yang efektif harus mampu membedakan individu yang menunjukkan dirinya secara sesungguhnya. Konselor perlu mengatakan apa yang ingin dikatakan. Sehingga, ada keselarasan antara apa yang dirasakan dan dimunculkan dalam ekspresi.

  1. Empati (empathy)

Komponen dasar empati merupakan kemampuan seorang konselor untuk mengetahui dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh konseli. Empati sangat berbeda dengan simpati.

  1. Perhatian positif tanpa syarat

Seorang konselor dapat menerima bahwa konseli yang dihadapi memiliki nilai-nilai yang berbeda dari yang dimiliki konselor

Konseling Remaja

Geldard (2012) menjelaskan bahwa, konseling remaja merupakan proses bantuan yang dilakukan seorang individu dengan sikap, keyakinan, dan respon uniknya masing-masing dalam menghadapi masalah remaja. Konselor harus bekerja secara kolaboratif dan proaktif dengan masing-masing remaja. Menghargai mereka sebagai individu dan mengundang mereka terlibat aktif dalam memilih strategi dan intervensi konseling yang menarik dan bermanfaat baginya.

Sebagai konselor, sangat penting untuk memahami karakteristik dan perkembangan remaja. Setiap fase perkembangan manusia memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari fase-fase pertumbuhan yang lain. Termasuk pada tahap perkembangan remaja. Stanly Hall, psikolog asal Amerika menyatakan bahwa fase remaja adalah fase “storm-and-stress” (Pergolakan dan Stress).

Pada fase remaja, terjadi peralihan lingkungan dari keluarga ke dunia luar. Sehingga muncul konflik-konflik dalam interaksi sosial.

Sehingga ada perbedaan penanganan konseling pada Anak dan Remaja serta pada orang dewasa. Konselor perlu memahami hal tersebut dan melakukan sikap terhadap klien yang akan ditemui. Apakah kepada anak-anak, remaja atau kepada orang dewasa.

Konselor yang paling sering berhubungan dengan anak dan remaja adalah konselor sekolah. Hal ini karena sebagian besar waktu remaja dihabiskan di sekolah dan konselor sekolah memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan observasi dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi remaja.

Pada orang dewasa, tingkat keberfungsian kognitif lebih matang. Orang dewasa relatif memiliki kebebasan dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan. Sedangkan pada anak dan remaja, cenderung tidak banyak memiliki kebebasan mengambil keputusan dan pilihan. Hal ini karena remaja cenderung secara kognitif dan kepribadian masih belum matang. Pada usia remaja, mereka lebih terikat pada proses pendidikan dan norma keluarga. Sehingga, hasil konseling berdampak pada proses pendidikan dan pengembangan diri remaja.

 

Tahapan Konseling pada Remaja

Brammer, Abergo & Shostrom (2011) menjelaskan bahwa tahapan konseling pada remaja yaitu;

  1. Membangun Hubungan
  2. Identifikasi dan Penilaian Masalah
  3. Memfasilitasi Perubahan Konseling
  4. Evaluasi dan Terminasi

 

Keterampilan-keterampilan penunjang yang perlu dikuasai Konselor

  1. Attending Behavior. Mencakup komponen kontak mata, bahasa lisan/verbal, bahasa tubuh, dan kemampuan mendengarkan. Manfaat dari attending behavior yaitu meningkatkan harga diri klien, memberikan rasa aman, klien merasa diterima dan dihargai, serta membuat klien mau terbuka dan percaya.
  2. Mengklarifikasi. Konselor perlu mengajukan pertanyaan ke klien sampai diperoleh gambaran yang jelas terkait permasalahan yang dialami klien.
  3. Paraphrasing. Menyampaikan dengan kata-kata sendiri apa yang ditangkapnya dari klien
  4. Reflection. Mengekspresikan kembali perasaan, pikiran sikap dan pengalaman klien

 

Masalah yang Menghambat Proses Konseling

Masalah yang datang dari konselor biasanya berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan, usia dan pengalaman, serta kebudayaan, bahasa dan agama.

  1. Pengetahuan dan Keterampilan.

Konselor seringkali dihadapkan pada banyak teori tanpa mendapatkan keterampilan khusus agar dapat bekerja utuh.

Permasalahan yang sering terjadi pada konselor yaitu kurangnya keterampilan

Permasalahan yang sering terjadi pada konselor yaitu kurangnya keterampilan

  1. Usia dan Pengalaman

Usia dan pengalaman merupakan salah satu hal yang mungkin saja bisa jadi masalah atau hambatan dalam proses konseling. Klien melihat bahwa usia dan pengalaman konselor mempengaruhi klien untuk lebih mantap dalam mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan konselor yang memiliki usia dan pengalaman yang mencukupi dilihat sebagai orang yang bijak.

  1. Kebudayaan, Bahasa dan Agama

Kebudayaan, bahasa, agama seringkali membuat ”gerakan” konselor terbatas. Hal ini menjadi masalah karena konselor belum sepenuhnya memahami budaya, bahasa atau agama klien. Pada kenyataannya setiap klien memiliki bahasa, budaya, dan agama yang berbeda-beda. Sehingga membuat klien mempunyai nilai yang berbeda. Hal ini berpengah terhadap bagaimana klien dalam berpikir dan mengambil keputusan, serta berperilaku. Perbedaan nilai itulah yang harus konselor pahami.

 

Masalah yang datang dari Klien

Seringkali konseling tidak berjalan dengan lancar dan tidak berhasil disebabkan karena klien tidak kooperatif. Beberapa klien punya mental block, atau tidak mau mengosongkan gelasnya. Sedangkan beberapa masalah yang datang dari klien berkaitan dengan gaya komunikasi. Berikut adalah beberapa hal pada klien yang menghambat jalannya konseling. Yaitu;

  1. Membisu, tidak mau bercerita
  2. Tidak Serius
  3. Berbicara Berlebihan
  4. Mendebat
  5. Intelektualisme
  6. Menolak Bekerjasama

 

Apa beda Konseling dan Bimbingan?

Sekilas walaupun tampak sama, konseling dan bimbingan adalah dua hal yang berbeda.

Konseling

Tujuan konseling yaitu untuk membangun insight klien. Masalah berkaitan dengan Ketidakmampuan klien menghadapi stressor, adaptasi, dan masalah gangguan psikologis. Proses konseling untuk membantu memahami masalah klien. Sedangkan terkait waktu, konseling dilakukan dalam satu sesi atau beberapa sesi sampai permasalahan klien menemukan titik terang. Siapapun bisa menjadi konselor, dengan beberapa latar belakang pendidikan dan menguasai dasar-dasar & teknik konseling. Namun hanya profesi psikolog yang diijinkan memadukan konseling dengan terapi di dalam sesi konseling.

Bimbingan

Ditujukan untuk memberi info, mengarahkan, menunjukkan jalan, menuntun, mengarahkan, dan memberikan nasihat. Masalah berkaitan dengan bimbingan biasanya berhubungan dengan bidang pendidikan dan bidang karir. Dalam proses bimbingan dilakukan untuk mengajarkan, dan memberi nasehat. Peran pembimbing dilakukan oleh guru, Teman, Keluarga, tokoh agama, pimpinan, dan pihak yang memiliki jabatan atau posisi.

 

Kapan kita perlu merujuk klien ke profesional lain?

Perlunya merujuk ke profesi lain atau rekan lain jika kita sebagai konselor dirasa buntu dalam membantu klien menyelesaikan masalahnya. Disamping itu, jika konselor merasa bahwa permasalahan yang dihadapi klien perlu didukung oleh terapi dan obat. Maka, klien perlu dirujuk ke profesi lainnya.

Konselor perlu merujuk ke Psikolog, jika terdapat masalah psikologis yang meliputi depresi, kecemasan, masalah perilaku. Sedangkan konselor perlu merujuk ke Psikiater jika ada gangguan mental berat, halusinasi, atau gangguan mental diiringi gejala fisik tertentu, serta gangguan fungsi otak.

 

Sumber referensi

Mulawarman, Ph.D. 2016. Pengantar Psikologi Konseling Jurusan Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang.