admin No Comments

Menjadi pemimpin yang baik, mengulik mitos, fakta dan tipsnya

Deepapsikologi.com — Beberapa dari kita sering mendengar kata pemimpin dan bos. Apakah keduanya sama atau berbeda? Lebih bagus mana menjadi pemimpin atau menjadi bos?

Memahami arti Pemimpin dan Bos

Gelar bos disematkan bagi orang yang berkuasa. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, Bos dijelaskan sebagai orang yang berkuasa mengawasi dan memberi perintah kepada para karyawan. Bos juga dijelaskan sebagai majikan dalam perusahaan. Sedangkan pemimpin jangkauannya dan wilayahnya lebih luas dari itu.

Sebenarnya, pemimpin dan bos mempunyai tujuan sama. Bagaimana menggerakkan orang lain untuk memenuhi keinginan kita. Tetapi cara dan pendekatannya berbeda. Bos menggunakan perangkat kekuatan, posisi, jabatan, sanksi dan hukuman. Sedangkan pemimpin menggunakan perangkat kompetensi dan karisma.

Seorang karyawan diharuskan taat terhadap aturan dan perintah dari bos. Jika melanggar akan mendapatkan sanksi/ hukuman. Akan tetapi, seorang pemimpin yang baik, tanpa posisi dan jabatan bisa tetap menggerakkan orang tanpa orang tersebut tertekan dengan pengaruhnya. Untuk tujuan singkat dan mengikat, peran bos mungkin efektif. Tetapi, banyak orang yang digerakkan tidak dengan hati, hanya dengan keterpaksaan akan mendapatkan hasil kerja tidak maksimal. Oleh karena itu, seorang bos juga bisa menjadi pemimpin yang baik. Jika dia mampu menggerakkan karyawannya dengan hati dan kesungguhan dalam bekerja. Akhirnya proses kerja akan jauh lebih optimal dan efisien untuk jangka panjang.

 

Pemimpin itu bawaan lahir atau hasil pembelajaran?

Jika kita mendengar kata pemimpin. Banyak hal yang diasosiasikan terkait tanggung jawab yang besar serta tuntutan yang banyak. Itu yang membuat tidak semua orang berani dan sanggup menjadi pemimpin.

Memang beberapa pemimpin dimudahkan oleh bakat lahir yang menunjang seseorang menjadi karismatik. Seperti perawakan yang tegap gagah, intonasi suara yang berat, dan sorot mata yang tegas tetapi mendamaikan. Orang yang memiliki karakteristik kuat akan membantu orang lain dipimpin. Disisi lain, ada orang yang secara fisik tampak lebih muda dari usia aslinya, suara kecil dan cempreng, dan memiliki kecacatan fisik. Sehingga, terkadang orang lain meremehkan dan tidak mengabaikannya. Tetapi unsur fisik hanya memberikan pengaruh awal di beberapa orang saja. Kematangan psikologis lah yang berpengaruh jauh lebih besar untuk kepemimpinan seseorang.

 

Hal apa saja yang bisa dilatih untuk menjadi pemimpin yang baik?

Kemampuan memimpin dan kesiapan psikologis menjadi pemimpin bisa dilatih. Hal apakah yang bisa dilatih menjadi pemimpin secara mental. Berikut adalah poin-poin nya :

  1. Motivasi Memimpin. Seorang pemimpin harus mempunyai motivasi internal untuk memimpin orang lain.
  2. Kemampuan Mengambil Keputusan. Kemampuan tersebut harus dilatih dengan belajar dan jam terbang. Seorang pemimpin minimal harus memahami domain kerja bawahannya, aktivitas dan kemampuan penyelesaian masalah. Sehingga, bisa mengambil keputusan secara cepat dan efisien . Pemimpin harus bisa berpikir secara objektif.
  3. Mendelagasikan Tugas. Seorang pemimpin tidak bekerja sendirian. Dia harus bisa memberi tugas kepada bawahan. Baik tugas teknis, atau membantu dalam membuat konsep gagasan.
  4. Pemimpin harus kuat dalam membuat aturan dan batasan dalam kelompok kerja. Pemimpin yang baik membawa marwah budaya organisasi. Dia perlu belajar adil dan tegas.
  5. Berani Mengambil Risiko. Hal ini terkait juga dengan ketegasan. Berani bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya maupun dirinya sendiri. Dan menerima konsekuensi dari kesalahan tersebut. Pemimpin harus berani berpetualang dibandingkan kebanyakan orang, menyukai hal baru, keluar dari zona aman. Untuk mencari solusi dari permasalahan kelompok.
  6. Belajar Mempengaruhi Masa. Pemimpin yang baik perlu belajar psikologi Persuasif. Belajar bagaimana orang lain bisa persetujuan ide dan gagasannya. Mampu membuat pendekatan interpersonal yang kuat. Jika perlu mampu membuat orasi yang dapat mempengaruhi banyak orang.
  7. Kemampuan mengembangkan kelompoknya. Pemimpin juga tidak berfokus hanya pengembangan diri sendiri, tetapi juga anggota kelompoknya. Pemimpin perlu mengajarkan dan mendidik bawahannya. Sehingga bisa membuat organisasi tersebut berkembang.

 

Merasa diri introvert sehingga tidak layak menjadi pemimpin

 

Banyak orang merasa dirinya introvert. Lantas akhirnya berpikir tidak layak/ tidak mampu memimpin. Jika introvert ditafsirkan dengan pendiam dan tidak aktif berkomunikasi di depan banyak orang. Maka, hal tersebut tidak benar kalau dia tidak bisa memimpin.

Para introvert karena banyak berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Seringkali merasa minder dengan kemampuannya. Padahal, pemimpin tidak perlu harus mampu orator dan berpidato lancar di massa. Dia bisa menggunakan pendekatan personal kepada tim nya. Banyak kepribadian yang mendukung orang introvert menjadi pemimpin. Seperti belajar menjadi tenang dalam menghadapi masalah, kemampuan analisis yang baik, dan pendengar yang baik.

Beberapa orang terkenal ternyata bisa menjadi pemimpin besar diakui dunia walaupun dia introvert. Seperti bill gates, Mark Zuckerberg, Warren Buffet, Jeff Bezos, Abraham Lincoln, Eleanor Roosevelt, J. K. Rowling, dan banyak lagi.

 

Jabatan yang Berpengaruh dan Kepemimpinan

Beberapa orang tidak yakin jika dia bisa memimpin karena dia hanya posisi rendah dalam komunitas. Dia hanya posisi staf dalam pekerjaan. Kenyataannya, banyak orang yang punya jabatan malah lebih suka bersikap bossy daripada menjadi pemimpin. Hal ini karena godaan dari kekusaaan yang bisa mengontrol orang tanpa mau ribet. Juga ternyata banyak pemimpin adalah sosok yang tidak berperan sebagai bos atau ketua di suatu organisasi. Memimpin bisa dilakukan oleh siapapun dan  dimana saja. Karena inti dari memimpin adalah mempengaruhi. Yang penting Anda perlu belajar memiliki karakteristik dari seorang pemimpin yang baik, baik keahlian teknis maupun kesiapan psikologis. Jika Anda menguasainya, ide dan gagasan akan diterima siapapun bahkan oleh bos Anda. Sehingga dia akan mengikuti solusi, mau mendengarkan dan mengerjakannya.

Selain posisi yang lebih rendah, kelemahan/ kecacatan fisik juga tidak menghambat seseorang menjadi pemimpin. Kita pernah dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid/ Gus Dur dengan kondisi fisik tidak sempurna. Juga ada pemimpin negara Amerika Serikat yaitu Franklin D. Roosevelt, dan presiden Argentina yaitu Gabriela Michetti. Jadi, dari mereka kita belajar bahwa kekurangan fisik tidak menjadi hambatan seseorang berkembang. Termasuk menjadi seorang pemimpin.

 

Tips menjadi pemimpin yang baik

Menjadi pemimpin harus selalu dituntut untuk belajar, menjadi karismatik, lebih sehat secara mental, dan dewasa. Akan lebih bagus jika memahami garis besar teknis bawahan yang dipimpinnya.

Beberapa hal yang harus dipelajari dari seorang pemimpin adalah:

  1. Memiliki sikap baik, beretika, berjiwa besar, dan hati yang bersih

Hal ini karena dia harus bisa menjadi contoh bagi banyak orang. Dia harus mampu bersikap adil kepada bawahan. Tidak berlebihan dalam merespon kesalahan orang. Dia juga harus mampu berpikir objektif dan tidak mudah terprovokasi pendapat orang lain.

  1. Pemimpin harus mampu menerima masukan, dan belajar kritis

Pemimpin yang baik tidak bisa bersikap bossy. Dia harus mau menerima masukan yang membangun dari orang lain. termasuk kritik dan saran atas cara dia memimpin. Sehingga, dia dapat memperbaiki diri untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Namun, dia juga perlu bersikap kritis. Untuk melihat bahwa masukan, atau hal-hal lain itu perlu disaring dan diterima atau tidak. Hal-hal yang diterima harus memberikan impact positif bagi kepemimpinannya dan tujuan organisasi.

  1. Mampu menjalin hubungan baik dengan Orang lain

Pemimpin tidak hanya fokus pada keuntungan dirinya sendiri. Tetapi dia juga harus memperhatikan kesejahteraan dan kepentingan orang lain. Hubungan yang dibangun haruslah hubungan saling menguntungkan.

  1. Haus untuk terus belajar

Pemimpin yang baik harus selalu belajar hal baru. Dia tidak bisa selalu menjadi orang yang dengan kemampuan spesialis. Dia harus menjadi generalis. Jika bawahannya ada beberapa kerjaan di bidang berbeda. Minimal dia harus memahami garis besar yang dikerjakan semua bawahannya. Agar dia bisa memberikan feedback bagi perkembangan perusahaan dan efektivitas pekerjaan mereka. Pemimpin juga harus belajar psikologi, kemampuan negosiasi, interaksi dengan orang di luar organisasi, dan belajar hal lainnya untuk menopang perkembangan usaha. Dengan pikiran yang semakin terbuka, dan wawasan yang luas. Maka, dia akan bisa menjadi pemimpin objektif dan bersikap lebih baik.

  1. Belajar mengembangkan kecerdasan emosional

Cerdas emosional artinya mampu bersikap sesuai dengan kondisinya dan tepat waktunya. Dia harus mampu merespon dengan baik dan tidak emosional. Orang yang cerdas emosional mampu bersikap tenang, objektif. Dia akan meminta maaf dan mengakui kesalahannya jika bersalah. Orang yang cerdas emosionalnya akan marah dengan cara yang elegan dan tidak kasar. Jika dia marah, maka orang yang dimarahinya tidak akan merasa dihakiminya. Pemimpin yang baik yang cerdas emosionalnya dapat mengapresiasi kinerja bawahannya yang bagus. Namun juga mampu memotivasi bawahannya yang kinerjanya kurang bagus. Dia tidak ragu dalam bersikap dan berperilaku.

artikel terkait: gaya kepemimpinan dan budaya organisasi

serta, psikotes kepemimpinan

 

Mengevaluasi kepemimpinan dalam diri kita

Kerena jika kepemimpinan ada dalam setiap diri kita. Maka, kita perlu mengetahui seberapa kuat kepemimpinan kita. Kita juga bisa mengukur aspek apa saja dari kepemimpinan kita yang perlu dikembangkan. Setelah mengetahuinya, kita bisa mengikuti kelas sesi pengembangan diri, membaca buku-buku pengembangan diri, dan upaya lainnya. Beberapa aspek kepemimpinan seperti motivasi memimpin, mampu mengambil keputusan, ketegasan bisa diukur dengan menggunakan psikotes. Tes psikologi tersebut akan mengukur kemampuan kepemimpinan kita dengan objektif. Anda bisa mengikuti psikotes di awal untuk mengetahui mapping potensi Anda. Sebelum mengikuti kelas pengembangan diri. Kami, biro Psikologi Deepa juga menyediakan psikotes untuk mengukur aspek kepemimpinan. Biro psikologi Deepa bisa menjadi salah satu alternatif bagi Anda untuk mengukur aspek kepemimpinan.