admin Tidak ada komentar

Mengenal Pengertian Stres, Dampak yang Muncul dari Stres dan Cara Mengatasinya

deepapsikologi.com — Orang awam memahami stres dengan gambaran negatif. Seolah-olah dalam persepsi masyarakat, stres disamakan dengan orang yang mengalami gangguan jiwa. Atau beberapa orang memandang stres sebagai kondisi dimana seseorang bermasalah. Tentu hal tersebut tidak benar. Kami akan menjelaskan secara singkat terkait stres, latar belakang munculnya stres. Serta bagaimana kita menyikapi jika kita mengalami stres. Berikut kami sampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan stres.

Mengenal Pengertian Stres, Dampak yang Muncul dari Stres dan Cara Mengatasinya

Mengenal Pengertian Stres, Dampak yang Muncul dari Stres dan Cara Mengatasinya

Istilah Stres dan Pandangan Masyarakat Menyikapi Stres

Istilah stres sendiri berarti kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu. stres tersebut muncul sebagai persepsi pribadi karena hasilnya dipandang tidak pasti dan penting baginya. Stres menjadi beban mental dimana secara persepsi pribadi melebihi kemampuan atau dalam batas maksimal mental seseorang untuk menghadapinya. Stres dapat memunculkan pemikiran, perasaan, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Tentu hal ini tergantung dari seseorang memaknai permasalahan dan menyikapinya. Hal tersebut tentu berbeda dengan pemahaman masyarakat awam tentang stres yang identik dengan gangguan jiwa (istilah psikologis mendekati Skizofrenia).

Sebagai tambahan, ada penjelasan stres menurut Ahli (Santrock, 2003). Menjelaskan stres sebagai respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).

 

Respon Fisiologis Munculnya Stres

Stres memunculkan rasa takut dan perasaan cemas dari perasaan dan tubuh kita terhadap tekanan dari lingkungan. Bagaimana stres muncul dapat dilihat secara fisiologis. Bila ada sesuatu yang mengancam dan menekan pikiran, membuat ketidakseimbangan tubuh, sehingga kelenjar pituitary otak mengirimkan “‘alarm” dan hormon ke kelenjar endokrin.

Dari kalenjar endoktrin yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh mengeluarkan energi lebih agar menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Energi lebih tersebut menjadi tegangan yang harus disalurkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Efek secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk. Hal tersebut adalah respon fisik, ketika kita menghadapi tekanan atau tegangan baik dari stimulus luar, maupun dari tekanan pemikiran.

Ketika kondisi stres muncul, maka tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Hal inilah yang menjadi penyebab bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh biasanya. Namun, bagaimana kita menyikapi stres berpengaruh terhadap penyesuaian tubuh. Jika tidak mampu menyikapi stres dengan lebih baik dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis.

 

Gangguan Fisik yang Bisa Muncul Sebagai Akibat Stres

Dengan meningkatnya hormon adrenalin dan hidrokortison yang dihasilkan akibat reaksi tubuh terhadap stres. Jika dua hormon tersebut meningkat secara berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama akan dapat mengakibatkan rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Sehingga beberapa fungsi organ tubuh pada manusia terhambat dalam bekerja. Menyebabkan beberapa penyakit fisik yang mungkin bisa mengganggu dan dapat menyebabkan kematian. Menurut penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa 6 (enam) penyebab utama kematian yang erat hubungannya dengan stres adalah penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan yang disebabkan karena gangguan konsentrasi, pengerasan hati dan bunuh diri.

 

Dampak Positif dan Negatif Stres

Karena stres sebagai respon munculnya tekanan dari luar. Maka, stres menjadi indikator agar kita bergerak untuk mengatasi masalah yang muncul. Analogi stres hampir sama seperti ketika kita terluka karena jatuh. Rasa sakit tersebut adalah stressor, yang menjadi indikator tubuh bahwa ada rangsangan dari luar yang membuat tubuh bekerja untuk mengobati sesuatu yang bersumber dari rasa sakit yang muncul.  Sehingga, stres itu bersifat netral. Stres bisa menjadi baik dan tidak baik, adalah dari bagaimana kita menyikapi tekanan tersebut. Hal ini berbeda dari pandangan awam, bahwa stres itu selalu buruk dan harus dihindari. Stres bernilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan energi untuk bergerak mendapatkan potensi hasil.

Sebagai contoh, banyak pekerja memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan deadline pekerjaan yang menekan sebagai tantangan positif yang meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Jika mereka selalu bisa menyelesaikan tekanan tersebut, maka kualitas pekerjaan mereka akan meningkat. Kemudian, perusahaan memandang karyawan tersebut kompeten, dan layak untuk mendapatkan kenaikan jabatan.

 

Klasifikasi Stres Berdasarkan Dampaknya

Jadi, menyikapi dampak positif dan negatif stres. Stres bisa diklasifikasikan menjadi 3 jenis:

Eustres dipahami sebagai stres yang memberikan dampak baik. Stres membuat kita waspada terhadap ancaman dari luar yang mengancam keberlangsungan hidup kita. Stres tipe ini juga mendorong seseorang bergerak maju dan mencapai potensi maksimal seseorang berusaha, sehingga mencapai hasil yang lebih baik.

Distres. Tipe stres ini memberikan dampak destruktif bagi seseorang. Stres tipe ini menjadikan seseorang kurang produktif, berkurang daya kreatif, dan semangatnya. Beban yang dirasakan menjadikan seseorang patologis, dan memunculkan gejala-gejala fisik, psikis, dan perilaku dari stres.

Neustres sebagai dampak stres ketiga dipahami stres berada antara eustres dan distres. Stres tersebut pada tahap yang lebih netral. Tidak memberikan dampak yang signifikan baik dampak positif mapun dampak negatif. Tampaknya orang yang mengalami neustres memberikan pemaknaan yang kurang besar terhadap permasalahan dan beban yang dirasakannya.

 

Sumber Penyebab Stres secara Umum

Stresor (sumber stres) dapat muncul dari beberapa macam masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Ada sumber stres yang berasal dari gangguan fisik, seperti kuman dan penyakit, kecelakaan, kurang gizi, dan cacat fisik. Dari segi Psikologi, stresor bisa disebabkan karena masalah kejiwaan, seperti frustrasi, konflik, kecemasan, fobia/ trauma, tekanan. Sedangkan dari segi budaya, lingkungan dan sosial, sumber stres bisa muncul karena permasalahan seperti kemiskinan, konflik agama, pandangan politik, stres di tempat kerja, pengangguran/PHK, pernikahan, serta Isu suku, ras, dan golongan.

 

Penyebab Stres di Tempat Kerja

Di lingkungan kerja, banyak stimulus yang membuat karyawan di dalamnya mengalami stres kerja. Bisa karena kondisi tuntutan kerja, sering berinteraksi dengan mesin, atau rekan kerja dan tantangan yang diberikan perusahaan. Pekerja menghabiskan rata-rata sepertiga hidupnya di tempat kerja, menjadikan stres kerja penting untuk di bahas. Karena seringkali, stres kerja berdampak pada aktivitas hidup selepas pulang kerja.

Setidaknya ada 10 dimensi stres kerja yang menjadi permasalahan umum penyebab stres di lingkungan kerja.

Yang pertama adalah work overload, atau pekerjaan yang berlebihan. Karyawan diberikan beban kerja yang di atas kemampuan jumlah yang dikerjakan. Sehingga, tugas pekerjaan akan menumpuk, dan karyawan dituntut untuk menyelesaikannya. Dampaknya, mungkin karyawan akan kerja lembur melebihi jam pulang kerja. Agar pekerjaan tersebut selesai.

Kedua, time urgency atau waktu kerja yang mendesak. Beberapa aktivitas kerja dituntut untuk diselesaikan dengan segera. Sehingga, karyawan dituntut kerja secara cekatan namun harus tidak boleh salah. Proses kerja yang harus dikerjakan secara buru-buru ini yang membuat karyawan menjadi tertekan.

Ketiga, quality of supervisor atau sistem pengawasan dari atasan. Sikap atasan yang kurang baik menjadi tekanan bagi bawahan. Ada beberapa sikap atasan yang menjadi sumber stres bagi bawahan, seperti pilih kasih, suka menyalahkan, tidak mau mendengarkan keluhan bawahan, suka menuntut dan menyalahkan bawahan, terlalu menekan bawahan, dan pemimpin yang tidak mau tahu.

Keempat, yaitu Inadequate authority to match responsibility, atau kurang tepatnya pemberian kewenangan sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan. Beberapa contohnya seperti pimpinan yang memberikan tugas tidak sesuai dengan kompetensi dan mainjob karyawan. Memberikan perintah yang melanggar SOP perusahan atau melanggar aturan savety.

Kelima, Performance Feedback atau umpan balik prestasi kerja. Dalam bekerja, karyawan juga butuh diapresiasi kinerjanya. Sehingga, penghargaan, pengakuan hasil kerja, apresiasi, reward, dan ucapan terima kasih sangat dibutuhkan oleh karyawan. Dengan adanya umpan balik prestasi kerja, karyawan akan bersemangat dalam bekerja karena adanya penghargaan. Sebaliknya, kurang adanya penghargaan dari perusahaan menjadikan karyawan tertekan, dan demotivasi dalam bekerja.

Bagian 2, Penyebab Stres di Tempat Kerja

Keenam, Role Ambiguity atau Ketidakjelasan peran. Peran atau posisi kerja yang berganti-ganti dengan cepat menuntut karyawan harus cepat menyesuaikan diri dengan suasa kerja dan project baru. Misalnya, karyawan dari posisi kurir terus dialihkan menjadi petugas admin, dan tiba-tiba dialihkan lagi di posisi customer service. Hal ini bisa membuat karyawan tertekan karena peran yang diberikan oleh perusahaan tidak jelas dan selalu berganti-ganti.

Ketujuh, Change of Any Type atau Perubahan dalam pekerjaan. Perusahaan yang selalu berinovasi akan menuntut karyawan selalu beradaptasi dan belajar hal baru. Perusahaan harus menjaga performa dan kualitas agar tetap bisa bersaing dengan kompetitor. Produk baru, SOP baru, mesinisasi, brand Change, penambahan dan perampingan karyawan juga membuat karyawan harus menyesuaikan diri.

Kedelapan, Interpersonal/ Intergroup Conflict atau Konflik antar pribadi dan kelompok. Dalam lingkungan kerja, karyawan selalu berinteraksi dengan rekan kerja. Baik dalam rekan tim kerja, tim satu divisi, dan beda divisi dalam satu induk usaha. Tuntutan perusahaan membuat satu tim dengan tim lainnya saling berinteraksi dan membutuhkan. Sehingga, memunculkan kepentingan dan tugas yang diberikan. Seringkali, pola komunikasi dan tuntutan perusahaan membuat konflik yang terjadi antar divisi, antar tim, maupun konflik dalam tim kerja sendiri. Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam konflik rekan kerja ini menjadi beban stres tersendiri bagi karyawan. Karena akan menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman dan tertekan. Sedangkan, mau tidak mau, dia harus selalu berinteraksi dengan rekan kerjanya tersebut.

Kesembilan, Frustasi. Frustasi adalah perasaan kecewa yang dialami oleh seseorang karena tidak tercapainya cita-cita, tuntutan, dan keinginannya. Frustasi muncul karena kegagalan, atau karena terlalu banyak berharap. Karyawan bisa menjadi sangat frustasi jika dia serius dalam bekerja tetapi mengalami kegagalan, terlalu berharap terhadap bawahan, rekan atau atasan. Gagal dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di perusahaan. Gagal mencapai target perusahaan, dan sebagainya.

Yang terakhir, sumber stres kerja yang kesepuluh yaitu Permasalahan keluarga mempengaruhi pekerjaan. Permasalahan yang muncul dalam keluarga, baik konflik keluarga inti maupun grounded Family, seperti kasus perceraian, konflik keluarga, krisis finansial keluarga menjadi sumber stres seseorang. Sehingga, masalah tersebut bisa dibawa ke perusahaan menjadikan performa kerjanya menurun, tidak bersemangat dalam bekerja dan memungkinkan muncul kecelakaan kerja karena kurang konsentrasi.

Itulah sepuluh dimensi stres yang muncul dalam dunia kerja. Permasalahan stres tersebut dapat di telaah untuk diselesaikan sumber stres sehingga performa kerja karyawan bisa ditingkatkan.

 

 

Gejala-gejala yang muncul akibat Stres

Stres muncul tidak dengan seketika. Ada tahapan stres yang bisa muncul dengan tingkatan rendah, kemudian berkembang ke tingkatan tinggi/akut. Gejala stres sering berantai dan berkembang selama waktu tertentu hingga mencapai tingkatan yang berat. Gangguan bisa muncul dari segi permasalahan kognitif, seperti susah konsentrasi, tidak mampu berpikir jernih dalam membuat keputusan, hilangnya kreativitas, dan tidak mampu berpikir lagi.

Gejala fisik yang muncul berupa keringat dingin, jantung berdegub kencang, merasa panas, susah tidur atau malah banyak tidur. Sampai dengan tanda aktivitas fisik yang berat seperti nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, sakit kepala, mencret, sembelit, letih yang tidak beralasan, otot-otot tegang, dan salah urat. Gejala selanjutnya, setelah muncul tanda fisik seringkali berdampak pada perilaku. Seperti mudah marah, cemas, bingung, salah paham, tidak mau bersosialisasi, gampang teledor, tidak semangat bekerja, tidak mau berbuat, dan menurunnya motivasi.

 

Tipe Kepribadian yang Mudah Mengalami Stres

Kami tidak bermaksud mengkotak-kotakkan orang menjadi golongan- golongan tertentu. Karena manusia adalah mahluk yang unik dengan individual deferences-nya. Karakteritistik berdasarkan dari sifat yang paling banyak dimiliki oleh seseorang menjadi penentu sering munculnya stres. Setidaknya ada empat tipe kepribadian yang rawan stres.

Pertama, orang yang sangat hati-hati. Dengan berhati-hati menjadikan dirinya banyak pertimbangan, perfeksionis, kaku, dan seringkali kurang memiliki toleransi terhadap perbedaan. Karena banyak pertimbangan, hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan menjadi dipikirkan. Hal yang tidak menjadi masalah bisa dianalisa sebagai masalah. Karena orang yang berhati-hati berusaha melihat kemungkinan terburuk yang bisa muncul. Hal-hal terburuk yang bisa muncul itu baik jika ada antisipasinya, tetapi jika tidak menemukan antisipasinya, maka memunculkan stres berlebih.

Bagian 2, Tipe kepribadian yang mudah mengalami stres

Kedua, orang yang pencemas. Hampir sama dengan tipe berhati-hati, karakteristik pencemas juga lihai untuk melihat kemungkinan terburuk yang muncul dalam situasi tertentu. Namun, pencemas tidak berdasarkan analisa logika seperti yang dilakukan oleh kebayakan orang yang berhati-hati. Orang jenis ini sering merasa tidak aman, cenderung kurang tenang, dan sering meresahkan segala sesuatu. Perasaan-perasaan yang muncul tersebut membuatnya jadi cepat panik/stres dalam menghadapi suatu masalah. Dan seringkali, kecemasan tersebut tidak rasional atau tidak benar-benar nyata.

Ketiga, orang yang kurang percaya diri. Ketidakpercayaan diri menjadikan dia mudah dipengaruhi oleh orang lain. Pengaruh orang lain tersebut bisa baik bagi dirinya, juga bisa tidak sesuai jika diterapkan ke dirinya. Stres bisa muncul jika ada dua pendapat orang lain yang saling bertentangan. Atau pendapat orang lain tidak tepat untuknya. Orang tidak percaya diri juga tidak percaya diri dalam berbuat untuk menyelesaikan masalahnya. Sehingga, dia stres dalam memandang permasalahannya. Tetapi tidak berani dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Keempat, karakteristik temperamental. Orang temperamental memiliki ketidakseimbangan emosi, sehingga emosinya cepat terpancing. Masalah kecil bisa berakibat besar karena kecenderungannya yang mudah meledak-ledak. Akibatnya, banyak orang yang tertekan dan akhirnya bereaksi. Masalah bisa muncul karena respon emosinya. Padahal jika dia tidak berespon secara berlebihan, bisa jadi masalah tersebut tidak ada. Orang yang temperamental sering mendapatkan masalah karena ketidak seimbangan emosinya, sehingga, masalah-masalah tersebut membuatnya stres.

Itulah 4 karakteristik kepribadian yang bisa menjadikan orang rawan dengan permasalahan stres.

Risiko yang Muncul karena Stres

Tidak ada orang yang bebas dari stres sepanjang rentang hidupnya. Semua stres yang terjadi dapat menyenangkan atau menyiksa seseorang tergantung cara seseorang menghadapinya atau sudut pandang seseorang melihat permasalahan.

Perubahan denyut jantung, irama nafas, tegangan pada otak, dan dampak lain yang muncul ketika stres, seperti tidak bisa tidur, tidak nafsu makan. Menjadikan tubuh mengalami ketidakseimbangan. Sehingga, bisa muncul beberapa penyakit jika kondisi tubuh berlarut-larut menghadapi stres. Khususnya, respon individu tersebut menghadapi stres dengan cara yang tidak baik. Seperti menjadi tidak baik dalam mengatur pola makan, istirahat, dan bekerja. Resiko yang kemudian muncul jika kondisi stres berlarut-larut pada seseorang bisa mengalami gangguan seperti jantung, sakit maag, dan stroke. Kesedihan mendalam dan berlarut-larut menyebabkan lambung mengeluarkan asam berlebihan, sehingga mengganggu kinerja aktivitas lambung.

Dampak Stres pada Perilaku

Manifestasi stres yang nampak dalam perilaku dan tanda-tanda yang terlihat ada beberapa cara. Misalnya, seorang yang sedang stres berat bisa jadi mengalami tekanan darah tinggi, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, seriawan, mudah jengkel, kurang nafsu makan, rentan terhadap kecelakaan, dan yang lainnya. Secara umum, dampak stres dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu gejala psikologis, gejala perilaku, dan gejala fisiologis.

Gejala stres yang seringkali muncul pertama adalah gejala psikologis.  Perasaan yang muncul seperti perasaan tertekan, cemas, takut, tidak puas, marah, dan jenuh. Dampak umum dari stres dari sisi psikologis adalah ketidaknyamanan. Sehingga, manusia dituntut untuk menyelesaikan, atau melakukan mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi sumber stres tersebut.  Pengaruh fisiologis, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Akan berdampak terhadap meningkatnya frekuensi detak jantung, tarikan nafas tidak teratur, kontraksi berlebih pada lambung, sakit kepala, rasa lemas pada tubuh, dan gejala fisik lainnya. Dampak stres pada fisik ini, jika sumber stres tidak diselesaikan. Sehingga memunculkan dampak fisik dalam waktu lama, akan memunculkan penyakit kronis dan malfungsi organ tubuh. Seperti sakit jantung, stroke, vertigo, maag kronis, dan penyakit lainnya.

Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi sikap menarik jarak, penakut, atau pemarah, gampang tersinggung, pola makan tidak teratur, pola tidur tidak teratur, kurang bersemangat dalam beraktivitas. Perilaku-perilaku tersebut mengakibatkan perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan konsumsi alkohol.

 

Upaya Mengatasi Pemasalahan Stres

Sebelum membahas bagaimana mengatasi permasalahan stres. Kita ulang lagi dampak stres yaitu ada yang disebut eustres. Jika stres memberikan dampak baik pada performa dan membuat seseorang bergerak maju untuk mencapai potensi terbaiknya. Maka, stres tipe ini tidak perlu dihilangkan. Stres tipe ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Bagi orang yang mengalami tipe distres, maka perlu dialihkan menuju tipe eustres.

Proses merubah seseorang menuju tipe eustres adalah dengan pendekatan coping stres, baik melalui merubah sudut pandang seseorang dalam menyikapi permasalahan, sampai merubah pola pikir dan pola perilaku.

Beberapa orang dengan gangguan stres patologis, perlu bantuan terapis seperti psikolog dan psikiater, atau tokoh spiritual, seperti ulama atau guru untuk membantu menyelesaikan permasalahannya. Upaya penyelesaian stres dibantu oleh psikolog dengan pendekatan konseling. Proses konseling ditujukan agar klien mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri. proses pendekatan melalui terapi psikologi, seperti Cognitive Behavior Theraphy, rogerian, Inner Child, dan terapi psikologi lainnya. Pendekatan stres dibantu oleh psikiater dibantu oleh obat untuk mengurangi gejala sakit, dan sebagai efek menenangkan. Sedangkan, pendekatan stres dibantu oleh ulama/ tokoh spiritual dengan menggunakan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Mengajarkan nilai-nilai kesabaran, ketabahan, dan keimanan dalam menyelesaikan masalah.

Pendekatan psikiater, seringkali jika memang upaya penyelesaian dibantu oleh psikolog kurang memberikan dampak yang optimal. Pendekatan Psikiater untuk gangguan psikosomatis pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara dengan mempertimbangkan pengobatan somatis (berorientasi pada organ tubuh yang mengalami gangguan).  Psikofarmakoterapi adalah penggunaan obat-obatan yang berhubungan untuk menyelesaikan permasalahan psikologis. Metode mana yang kemudian dipilih oleh dokter sangat tergantung pada jenis kasus dan faktor yang berkaitan dengannya.

___________________-

Itulah artikel singkat kami terkait, memahami stres, dampak-dampak stres, resiko yang bisa ditimbulkan jika kita mengalami gangguan stres akut, dan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan stres. Semoga artikel terkait stres ini bermanfaat.