admin Tidak ada komentar

Tokoh-tokoh dalam Psikologi Selain Sigmund Freud

Tokoh-tokoh dalam Psikologi. Ketika mendengar kata psikologi, yang sering terlintas dipikiran kita adalah salah satu tokoh terkenalnya, yaitu Sigmund Freud dengan konsep id – ego – superegonya . Tapi ternyata banyak tokoh lain yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi yang digunakan saat ini selain Sigmund Freud.

Sebelum mempelajari ilmu psikologi lebih dalam, alangkah lebih baiknya bila kita berkenalan terlebih dulu dengan tokoh-tokoh tersebut. Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam ilmu psikologi :

 

  1. Wilhelm Wundt (1832 – 1920)

Wilhelm Wundt merupakan tokoh psikologi yangseringkali dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig. Wundt awalnya dikenal sebagai seorang sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan Wundt adalah dari bidang hukum dan kedokteran.

Wundt dikenal sebagai seorang ilmuwan yang banyak melakukan penelitian. Termasuk penelitian tentang proses sensori yaitu suatu proses yang dikelola oleh panca indera. Pada tahun 1875, Wundt pindah ke Leipzig, Jerman.

Pada tahun 1879 Wundt dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya yaitu Ilmu Filsafat dan Ilmu Faal. Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan teori.

 

  1. Ivan Petrovich Pavlov (1849 – 1936)

Pavlov sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi. Hal ini karena Pavlov adalah seorang sarjana di bidang ilmu faal yang fanatik. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan.

Dalam penelitian tersebut Pavlov melihat bahwa subyek penelitiannya berupa seekor anjing akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Pavlov membuat perlakuan khusus pada anjing tersebut yang diiringi dengan pemberian makanan. Kemudian diamatinya, bahwa ada respon-respon tertentu yang memunculkan air liur ketika ritual pemberian makanan diberikan. Walaupun ada maupun tidak ada makanan yang diberikan ke anjing tersebut.

Pavlov kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan. Kemudian teori ini dikenal dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan yang disebut sebagai stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari akan dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai stimulus yang dikondisikan atau dipelajari). Maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan.

 

Hasil penelitian ini kemudian menghantarkan Pavlov menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu, teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, Sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar.

 

  1. Emil Kraepelin (1856 – 1926)

Kraepelin menjadi dokter di Wurzburg tahun 1878. Kemudian menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 Emil Kraepelin pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, Emil Kraepelin menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.

Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai DSM. DSM yaitu Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders merupakan buku panduan yang terus dikembangkan dan menjadi buku panduan bagi psikolog dan ilmuan psikologi diseluruh dunia hingga saat ini.  DSM diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA).

Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti.

Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Emil Kraepelin membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia.

Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan.

Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Tes Kraepelin berupa tes hitung deret angka. Digunakan untuk mengukur tingkat ketelitian, kecepatan kerja, dan kemampuan seseorang bekerja di dalam tekanan kerja. Test Kraepelin banyak digunakan oleh psikolog dan ilmuan psikologi sampai dengan saat ini. Dan merupakan salah satu alat tes psikologi yang sering digunakan dalam proses psikotes untuk ke perusahaan. Baik dalam proses seleksi karyawan, promosi jabatan, rotasi, evaluasi kinerja, maupun efisiensi karyawan.

 

  1. Alfred Binet (1857 – 1911)

Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara atau ahli hukum. Hasil karya terbesar dari Alfred Binet di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan IQ atau Intelligence Quotient. Binet menggolongkan kemampuan mental seseorang ke dalam nilai IQ. Alfred Binet merupakan anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis. Dia menemukan masalah berkaitan dengan aspek kognitif pada bidang pendidikan.

Alfred Binet kemudian mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Sehingga didapatkan kemampuan mental seseorang dibandingkan dengan rata-rata orang di usia yang sama. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukan bagi anak berusia sepuluh tahun maka ia dikatakan telah memiliki usia mental sepuluh tahun.

 

  1. Alfred Adler (1870 – 1937)

Adler mendapat tawaran kerjasama pada tahun 1902 dari Freud untuk bergabung dalam kelompok diskusi untuk membahas masalah psikopatologi. Adler akhirnya ikut bergabung dan kemudian menjadi teman diskusi setia Freud. Namun hubungan Freud dan Adler tersebut tidak berlangsung lama.

Pada tahun 1907, Adler menulis sebuah paper berjudul “Organ Inferiority” yang menjadi pemicu rusaknya hubungan Freud dengan Adler. Dalam tulisan tersebut Adler mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Manusia tidak dilengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam seperti yang dimiliki oleh hewan untuk bertahan hidup.

Beberapa hewan dimiliki kemampuan kamuflasi, kemampuan lari untuk menghindari pemangsa, taring dan cakar untuk, sensitivitas penciuman, dan pendengaran, serta kemampuan survival lainnya. Kelemahan-kelemahan organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan).

Adler juga tidak sependapat dengan teori psikoseksual Freud. Pada tahun 1911, Adler meninggalkan kelompok diskusi, bersama dengan delapan orang koleganya, dan mendirikan sekolah sendiri. Sejak itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Freud.

 

  1. Carl Gustav Jung (1875 – 1961)

Jung lulus dari fakultas kedokteran di University of Basel dengan spesialisasi di bidang psikiatri pada tahun 1900. Pada tahun yang sama ia bekerja sebagai asisten di rumah sakit jiwa Zurich. Di rumah sakit ini, Jung tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan para pasien schizophrenic. Kemudian ketertarikan ini akhirnya membawa Jung melakukan kontak dengan Freud.

Setelah Jung membaca tulisan Freud yang berjudul Interpretation of Dreams, Jung mulai melakukan korespondensi dengan Freud. Akhirnya mereka bertemu di rumah Freud di Vienna tahun 1907. Dalam pertemuan tersebut Freud begitu terkesan dengan kemampuan intelektual Jung dan percaya bahwa Jung dapat menjadi juru bicara bagi kepentingan psikoanalisa karena ia bukan orang Yahudi. Jung juga dianggap sebagai orang yang patut menjadi penerus Freud dan berkat dukungan Freud Jung kemudian terpilih sebagai presiden pertama International Psychoanalytic Association pada tahun 1910. Namun pada tahun 1913, hubungan Jung dan Freud menjadi retak. Tahun berikutnya, Jung mengundurkan diri sebagai presiden dan bahkan keluar dari keanggotaan assosiasi tersebut. Sejak saat itu Jung dan Freud tidak pernah saling bertemu.

 

  1. John Broades Watson (1878 – 1958)

J.B. Watson mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul “Animal Education”. Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang. Pada tahun 1908 Watson menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 Watson meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen. John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat.

Karya J.B. Watson yang paling dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view it” (1913). Menurut Watson, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkah laku yang nyata saja.

Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap dianggap penting. Karena Watson berkontribusi mengembangkan metode-metode obyektif dalam psikologi. Disini, watson berkontribusi mengangkat Psikologi sebagai ilmu pasti yang bisa diuji validitas, reliabilitas dan objektivitasnya disetarakana dengan ilmu pasti lainnya.

Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Watson menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkah laku. J.B. Watson percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Watson bahkan memberikan statemen yang sangat ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: “Berikan kepada saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan kehendak saya”.

 

  1. Jean Piaget (1896 – 1980)

Jean Piaget mulai terjun dalam dunia psikologi pada tahun 1940 dengan menjadi direktur laboratorium psikologi di Universitas Jeneva. Lalu kemudian ia juga terpilih sebagai ketua dari “Swiss Society for Psychologie”. Piaget adalah seorang tokoh yang amat penting dalam bidang psikologi perkembangan. Teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsur kesadaran (kognitif) masih dianut oleh banyak orang sampai hari ini. Teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang dilakukan Piaget dianggap sangat orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dahulu ditemukan orang lain. Selama masa jabatannya sebagai profesor di bidang psikologi anak, Piaget banyak melakukan penelitian tentang Genetic Epistemology (ilmu pengetahuan tentang genetik). Ketertarikan Piaget untuk menyelidiki peran genetik dan perkembangan anak, akhirnya menghasilkan suatu mahakarya yang dikenal dengan nama Theory of Cognitive Development (Teori Perkembangan Kognitif). Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya di bidang pendidikan.

 

  1. Carl Rogers (1902 – 1987)

Carl Ransom Rogers memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University pada tahun 1928 dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metodemetode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society. Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy.

 

  1. Erik Erikson (1902 – 1994)

Erik Homburger Erikson belajar psikologi pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud) di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu tahun 1927-1933. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center). Pada tahun 1939 ia pindah ke Amerika serikat dan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajar di beberapa universitas terkenal seperti Harvard, Yale, dan University of California di Berkley. Erik Erikson sangat dikenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak. Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Dia mengembangkan teori yang disebut theory of Psychosocial Development (teori perkembangan psikososial) dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.

 

  1. Burrhus F. Skinner (1904 – 1990)

Burrhus Frederic Skinner menyelesaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh gelar doktor (Ph.D) untuk bidang yang sama. Pada tahun 1945, ia menjadi ketua fakultas psikologi di Indiana University dan tiga tahun kemudian ia pindah ke Harvard dan mengajar di sana sepanjang karirnya. Skinner adalah salah satu psikolog yang tidak sependapat dengan Freud. Menurut Skinner meneliti ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah suatu hal yang percuma karena sesuatu yang bisa diteliti dan diselidiki hanya perilaku yang tampak/terlihat. Oleh karena itu, ia juga tidak menerima konsep tentang self-actualization dari Maslow dengan alasan hal tersebut merupakan suatu ide yang abstrak belaka. Skinner memfokuskan penelitian tentang perilaku dan menghabiskan karirnya untuk mengembangkan teori tentang Reinforcement. Dia percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang, atau perilaku yang terjadi adalah sebagai akibat dari respons terhadap adanya kejadian eksternal. Dengan kata lain, kita menjadi seperti apa yang kita inginkan karena mendapatkan reward dari apa yang kita inginkan tersebut. Bagi Skinner hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui Reward dan Punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur seperti emosi, pikiran dan kebebasan untuk memilih sehingga Skinner menerima banyak kritik.

 

  1. Abraham Maslow (1908 – 1970)

Abraham Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934. Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).

 

  1. Albert Bandura (1925 – )

Albert Bandura memperoleh gelar Master di bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doktor (Ph.D). Setahun setelah lulus, ia bekerja di Standford University. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972.