admin Tidak ada komentar

Agresi dalam Persepektif Psikologi. Secara umum, agresi adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Jadi, agresi bukan hanya meliputi perbuatan nyata yang ditujukan untuk menyakiti fisik, namun ketika dengan sengaja kita memaki-maki orang lain dengan maksud untuk melukai hati dan harga dirinya, itu juga termasuk kedalam agresi verbal/lisan.

Apa sih dampak agresi terhadap kesehatan mental manusia ?

Agresi yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, apalagi jika terjadi pada anak-anak atau sejak masa kanak-kanak, hal tersebut anak mempunyai dampak pada perkembangan kepribadian. Misalnya, seorang wanita yang mengalami salah perlakuan fisik/seksual saat masa kanak-kanak, makai a akan tumbuh menjadi wanita dewasa yang rentan mengalami depresi, memiliki harga diri yang rendah, rentan menjadi korban pelecehan seksual serta rentan terlibat dalam penyalahgunaan obat (Fox & Gillbert, 1994).

Agresi ini seperti menjadi lingkaran setan. Ia dapat berlanjut dari generasi ke generasi. Seorang ayah yang agresif cenderung mempunyai anak yang agresif terhadap keturunannya kelak.

Agresi dalam Persepektif Psikologi

Aspek Perilaku Agresi

Menurut Buss dan Perry, tindakan agresi dapat dibagi menjadi empat, diantaranya ialah:

1. Agresi fisik, agresi yang dilakukan secara fisik untuk melukai orang lain, misalnya memukul, menendang, melukai orang lain.

2. Agresi verbal

Merupakan agresi yang dilakukan untuk menyakiti perasaan orang lain, mengganggu, menolak atau mengancam secara verbal, misalnya membentak, mengejek, mengumpat, mengancam.

3. Agresi kemarahan, merupakan emosi negatif sebagai bentuk ekspresi karena harapan yang tidak terpenuhi. Kemarahan dapat menyakiti orang lain dan diri sendiri, misalnya kesal, sebal, temperament, tidak bisa mengendalikan amarah.

4. Agresi Hostility, tindakan mengekspresikan kebencian, permusuhan dan kemarahan pada orang lain. Agresi ini sering tidak terlihat, namun dapat berakibat buruk bagi orang lain.

 

Teori-Teori Tentang Agresi

  1. Teori Bawaan

Teori bawaan terdiri dari teori naluri dan teori biologi. Menurut teori naluri, Freud dalam teori psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Jika naluri seks berfungsi untuk mlanjutkan keturunan, naluri agresi berfungsi untuk mempertahankan jenis.

Sementara menurut teori biologi, Moyer berpendapat bahwa perilaku agresif ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf pusat. Demikian pula hormone laki-laki (testosterone) dipercaya sebagai pembawa sifat agresif.

  1. Teori Lingkungan

Teori lingkungan terdiri dari teori frustrasi – agresi klasik dan teori frustrasi – agresi baru. Menurut teori frustrasi – agresi klasik bahwa agresi dapat dipicu oleh frustrasi. Frustrasi sendiri merupakan hambatan yang terjadi ketika individu ingin mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, agresi merupakan pelampian dari perasaan frustrasi.

Sementara itu, teori frustrasi – agresi baru merupakan modifikasi dari teori frustrasi- agresi klasik. Salah satunya adalah yang diungkapkan oleh Burnstein & Worchel yang membedakan antara frustrasi dan iritasi. Jika suatu hambatan terhadap pencapaian tujuan dapat dipahami dan dimengerti alasannya, yang terjadi adalah iritasi (rasa gelisah, kesal) bukan frustrasi (kecewa, putus asa).

Frustrasi lebih memicu agresi daripada iritasi. Hal tersebut dikarenakan frustrasi memicu kemarahan dan emosi marah inilah yang menimbulkan agresi.

Inti dari teori lingkungan adalah bahwa perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau stimulus yang terjadi di lingkungan.

Pencegahan Dan Pengendalian Agresi

  1. Hukuman

Hukuman (punishment) yaitu pemberian konsekuensi yang menyakitkan untuk mengurangi perilaku tertentu. Dalam hal ini yaitu sebagai suatu teknik untuk mengurangi agresi.

Pertama-tama, kita harus perhatikan bahwa, dilihat secara keseluruhan, bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa hukuman dapat berhasil dalam mencegah individu untuk terlibat di banyak bentuk perilaku. Namun, dampak seperti ini tidak pasti dan tidak otomatis. Bila hukuman yang diberikan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar, maka hukuman dapat menjadi tidak efektif untuk tujuan ini. Kondisi-kondisi apa yang harus dipenuhi sehingga hukuman dapat berhasil ?  Empat hal yang penting adalah:

  1. Harus segera-harus mengikuti tindakan agresif secepat mungkin.
  2. Pasti-probabilitas bahwa hukuman akan menyertai agresi haruslah sangat tinggi.
  3. Harus kuat- cukup kuat untuk dirasa sangat tidak menyenangkan bagi penerimanya.
  4. Harus dipersepsikan oleh penerimanya sebagai justifikasi atau layak diterima.
  1. Katarsis

Hipotesis katarsis (chatarsis hypothesis) adalah pandangan bahwa jika individu mengekspresikan kemarahan dan hostilitymereka dalam cara yang relatif tidak berbahaya, tendensi mereka untuk terlibat dalam tipe agresi yang lebih berbahaya akan berkurang (Dollard dkk., 1939). dalam berbagai aktivitas yang tidak berbahaya untuk orang lain (misalnya, aktivitas olahraga keras, berteriak-teriak dalam ruangan kosong) dapat mengurangi keterangsangan emosional yang berasal dari frustasi atau provokasi (Zilmann, 1979). Sayangnya ternyata, efek seperti ini hanya sementara.

Keterangsangan emosi yang berasal dari provokasi dapat segera muncul kembali ketika individu mengingat kejadian yang membuat mereka marah (Caprara dkk, 1994). Dengan kata lain, faktor-faktor kognitif seringkali membuat dampak katarsis, jika ada hanya berumur pendek. Agresi terbuka tampaknya tidak berkurang dengan (1) melihat adegan kekerasan di media (Geen, 1998), (2) menyerang objek mati (Bushman, Baumeister, & Stack, 1999; Mallick & McCandless, 1966), atau (3) melakukan agresi verbal terhadap orang lain, bahkan beberapa temuan menyatakan bahwa agresi dapat ditingkatkan oleh aktivitas ini.

 

Baca Juga: Tips Memulai Jasa Konseling yang Baik

dan Ragam Hal tentang psikotes Online

 

  1. Intervensi kognitif : Permintaan maaf dan mengatasi defisit kognitif

Pengakuan kesalahan-kesalahan yang meliputi permintaan ampun/maaf sesungguhnya seringkali sangat bermanfaat untuk mengurangi agresi (Kameda, Ohbuchi & Agarie, 1989). Sama halnya, alasan-alasan yang baik (good excuses) yang merujuk pada faktor-faktor di luar kontrol pemberi alasan –  juga dapat efektif mengurangi marah dan agresi terbuka dari orang-orang yang telah diprovokasi dalam kadar tertentu (Baron, 1989b; Weiner dkk., 1987). Jadi jika Anda merasa bahwa Anda membuat orang lain marah, segeralah minta maaf. Masalah yang dapat Anda hindari membuat ucapan “saya menyesal” menjadi berharga.

  1. Pemaparan terhadap model non-agresif: Pertahanan yang menular

Jika pemaparan terhadap tindakan agresif yang dilakukan orang lain di media atau secara langsung dapat meningkatkan agresi, tampaklah memungkinkan bahwa pemaparan terhadap perilaku non-agresif menghasilkan dampak yang sebaliknya. Bahkan, hasil dari beberapa penelitian, menunujukkan bahwa hal ini memang benar.

  1. Pelatihan dalam keterampilan sosial: Belajar untuk memiliki hubungan baik dengan orang lain

Salah satu alasan mengapa banyak orang yang terlibat dalam tanggapan agresif adalah karena mereka tidak memiliki keterampilan sosial dasar. Mereka tidak mengetahui bagaimana merespons provokasi dari orang lain dalam cara yang akan menenangkan orang lain ini alih-alih mengganggu mereka. Mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk membuat permintaan atau bagaimana caranya untuk menolak permintaan orang lain tanpa membuat orang lain tersebut marah. Orang-orang yang tidak memiliki keterampilan sosial dasar tampak terlibat dalam kekerasan dengan proporsi yang cukup tinggi di banyak masyarakat (Toch, 1985), jadi membekali orang-orang ini dengan keterampilan sosial yang lebih baik dapat sangat bermanfaat untuk mengurangi agresi.

 

Baca artikel lainnya, Psikologi Konseling

dan Tips Memilih Jasa Konseling yang Tepat

  1. Respons yang tidak tepat. Sulit untuk tetap marah jika tersenyum

Bayangkan Anda berada dalam situasi dimana Anda merasa diri Anda marah dan kemudian seseorang menceritakan sebuah lelucon yang membuat Anda tertawa. Apakah Anda akan tetap marah ? Mungkin tidak. Kemungkinannya besar bahwa ketika Anda tertawa, Anda akan merasa kemarahan Anda berkurang. Mengapa ? Karena tertawa dan afek positif yang dibawanya tidak sesuai dengan perasaan marah dan tindakan agresi. Hal ini merupakan dasar dari pendekatan lain untuk mengurangi agresi, yang dikenal sebagai teknik respons yang tidak tepat (incompatible response techniques). Teknik menyatakan bahwa agresi akan berkurang jika individu dipaparkan pada kejadian atau stimulus yang menyebabkan mereka mengalami keadaan afeksi yang tidak tepat dengan kemarahan atau agresi.

Sumber Referensi : Sarlito Wirawan Sarwono. 2002. Psikologi Sosial; Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka

Demikian artikel tentang Agresi dalam Persepektif Psikologi, semoga bermanfaat.

 

Baca artikel lainnya, Tanda Anda Butuh ke Psikologi Konseling

dan layanan psikologi