Memaafkan diri sendiri dan orang lain. Apa artinya memaafkan? Memaafkan adalah melepaskan masa lalu dari kesalahan, keinginan untuk menyalahkan, tidak lagi melihat diri sendiri sebagai korban, dan menciptakan hal baru dengan damai dan memberdayakan diri sendiri. Perlu dipahami bahwa memaafkan berarti mengembalikan perhatian pada diri sendiri daripada orang lain serta mendapatkan kembali rasa kedamaian.
Dalam memaafkan orang lain, kita biasanya merasa menjadi korban atas perlakuan orang lain. Hal tersebut yang menyulitkan kita untuk mengapa kita harus memaafkan diri sendiri. Menerima apa adanya diperlukan sebagai upaya untuk memaafkan diri sendiri. Terkadang tuntutan terhadap diri sendiri menjadikan kita menyalahkan diri atas pencapaian yang tidak sesuai dengan harapan. Sehingga kita perlu mengidentifikasikan manakah yang lebih besar, apakah ego, rasa takut atau rasa sakit kita?
“Pengampunan bukanlah tindakan sesekali. Ini adalah sebuah Kebiasaan terus menerus.”
-Martin Luther King, Jr-.
Alasan mengapa kita harus bisa memaafkan diri sendiri dan orang lain
Pernahkah kita dalam menghadapi situasi atau hubungan yang penuh tekanan, Kita seringkali berusaha menghindar dengan orang yang terlibat dan menahan emosi negatif yang dirasakan?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang memiliki konflik dengan orang lain dan memendam emosinya akan berdampak pada kesehatan.
Penelitian dari Luskin, dkk, telah menunjukkan bahwa konflik berbahaya bagi kesehatan seseorang. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa konflik dapat menyebabkan:
- Tubuh melepaskan hormon stres dan merespons dengan cara yang berbahaya.
- Berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
- Perasaan marah atau kesal akan meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.
- Stress yang berdampak buruk pada tubuh dari waktu ke waktu. Stres tersebut dapat menyebabkan kenaikan berat badan, ketegangan otot, kondisi yang ekstrim dapat menyebabkan depresi.
Memendam amarah justru dapat mengurangi kesejahteraan hidup. Dengan belajar memaafkan dapat memperbaiki kondisi yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Namun stigma masyarakat mengasosiasikan bahwa memaafkan merupakan bentuk dari kelemahan. Sebaliknya, budaya kemarahan, balas dendam, kebencian, tidak memaafkan adalah bentuk dari kekuatan seseorang. Padahal stigma tersebut tidaklah benar. Selalu ada kemungkinan untuk memaafkan. Faktanya dalam situasi tertentu selalu ada alasan mengapa seseorang memilih untuk memaafkan walaupun mungkin memaafkan itu sulit.
Memaafkan sebenarnya tidak lebih dari tindakan penyembuhan diri dan pemberdayaan diri. Saya menyebutnya obat ajaib. Ini gratis; itu bekerja dan tidak memiliki efek samping.- Eva Kor
Proses Memaafkan Diri Sendiri dan Orang Lain
Disclaimer: Proses step by step dalam memaafkan bukanlah terapi, bukan menggantikan sesi konseling atau treatment lainnya.
Sebelum memulai Proses Pengampunan, langkah-langkah berikut disarankan:
- Jangan terburu – buru melakukannya. Luangkan banyak waktu dalam setiap proses.
- Berikan support kepada diri sendiri. Support system bisa berupa konselor atau teman terpercaya yang dapat diajak bicara selama menjalani proses.
- Temukan partner atau buatlah support group berskala kecil. Yang paling ideal adalah dilakukan bersama sama, membuat suatu grup dapat berdiskusi mengenai progress, sharing session, dan saling mendukung satu sama lain.
- Lakukan langkah – langkah tersebut secara berurutan. Dimulai dari langkah yang paling pertama.
- Pilihlah kejadian yang ingin dicoba untuk Hal ini dirancang untuk mengidentifikasikan mana yang berpotensi untuk dimaafkan terlebih dahulu sesuai
Langkah pertama, Persiapan
Pikirkan tentang berbagai kejadian dalam kehidupan Anda. Buat daftar semua orang yang perlu Anda maafkan, teman, keluarga, atasan dikantor, jangan lewatkan termasuk diri Anda sendiri.
Berikan juga alasan untuk apa Anda perlu memaafkan setiap orang. Sebagai pilihan, tuliskan diatas kertas sesuai kebutuhan.
Langkah kedua, Jelaskan situasi Anda
Deskripsikan rangkaian kejadiannya. Siapa yang terlibat, apa yang terjadi, bagaimana perasaan dirimu tentang hal itu. Jangan menahan diri. Berikaplah dengan jujur dan ungkapkan kejadian tersebut selengkap – lengkapnya. Tuliskan diatas ketas sebanyak yang dibutuhkan untuk menulis hal– hal penting yang telah terjadi.
Langkah 3, Dekonstruksi Kisah Anda
Buat Kisah Keluh Kesah. Dengan menceritakan keluh kesah, Anda dapat menginterpretasikan kejadian tersebut dan apa yang dirasakan. Setelah Anda mengetahuinya, Anda dapat erekonstruksi cerita tersebut.
Hal tersebut membuat Anda dapat melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Anda belajar melihat dari sudutpandang yang lebih luas, lebih bertanggungjawab atas perasaan Anda sendiri dan tidak melihat diri Anda sebagai korban.
Langkah 4, Pertimbangkan Dampaknya
Tulislah apa dampak dari peristiwa yang Anda alami. Bagaimana hal itu membentuk dan memengaruhi berbagai aspek pengalaman hidup Anda? Bagaimana dampak terhadap Anda baik secara mental, emosional, spiritual ataupun fisik? Namun sebelumnya, Luangkan waktu sejenak untuk memejamkan mata dan pikirkan tentang kejadian yang menimpa Anda dan perhatikan pengaruhnya terhadap fisik Anda.
Perhatikan bagaimana perasaan Anda saat membayangkan situasinya. Perhatikan setiap tempat yang membuat Anda merasa tegang atau tertekan.
Langkah 5, Dengarkan Emosi Anda
Emosi adalah bagian dari sisi kemanusiaan, dan sangat penting untuk kesejahteraan psikologis. Untuk itu penting bagi kita untuk belajar merasakan perasaan kita dan tetap terhubung dengannya. Mulailah kenali perasaan yang dialami.
Berilah nilai dalam skala 1 – 10 atas perasaan/ emosi apa yang terkoneksi dengan peristiwa yang Anda alami dan emosi apa yang paling membuat anda terpicu dalam peristiwa tersebut.
Langkah 6, Shift Perspective: Tidak Ada yang Perlu dimaafkan
Dalam perspektif ini kita diajarkan untuk dapat menerima segala peristiwa menyakitkan tersebut apa adanya. Bahwa dengan menerimanya membuat kita tidak lagi melihat diri kita sebagai korban yang dapat membuat kita membuka diri untuk merasakan perubahan positif.
Namun hal ini menjadi perdebatan. Karena akan sulit dan mustahil diimplementasikan untuk orang– orang yang mengalami peristiwa traumatis.
Langkah 7, Apakah Anda Siap Memaafkan?
Apa Anda merasa Anda “harus” memaafkan, tetapi tidak benar-benar ingin memaafkan?
Apakah Anda merasa “harus” siap, tetapi tidak benar- benar merasa siap?
Apakah Anda merasa menolak untuk memaafkan?
Jika demikian, jangan coba mengabaikan atau menyangkalnya. Izinkan diri Anda untuk benar benar merasakan yang seharusnya.
Langkah 8, Carilah Niat Positif
Carilah alasan positif mengapa Anda mengalami atau merasakan peristiwa menyakitkan tersebut. Bukan hanya untuk diri Anda sendiri tetapi mungkin terdapat alasan positif dibalik peristiwa bagi orang yang terlibat didalamnya.
Langkah 9, Maafkan dirimu sendiri
Tanpa memaafkan diri Anda sendiri, Anda berpotensi membuat cerita keluhan yang baru yang mungkin dapat menghancurkan proses memaafkan yang sudah dilalui. Deskripsikan mengapa Anda harus memaafkan diri sendiri dan pembelajaran apa yang sudah Anda dapatkan sejauh ini.
Langkah 10, Tulis ulang Ceritanya
Menceritakan kisah baru tentang apa yang terjadi. Tuliskan dan ceritakan kembali cerita Anda sedemikian rupa. Di dalamnya memuat,
- Positive Intentions : Tulislah maksud/ alasan bagi setiap orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut yang berdampak positif.
- Self- Forgiveness : Ceritakan penilaian diri Anda setelah memaafkan diri sendiri
- Ucapan Rasa Syukur : Ungkapkan rasa syukur dan terimakasih Anda atas peristiwa yang sudah terlewati termasuk orang yang terlibat didalamnya
Langkah 11, Integrasi
Anda perlu mengintegrasikan ke dalam pikiran, emosi, dan tubuh anda. Kisah baru tersebut perlu ditambatkan dengan imajinasi dan perasaan Anda. Baca kembali cerita baru yang sudah Anda tulis. Setiap Anda membaca kembali, bayangkan diri Anda dalam cerita tersebut penuh dengan kedamaian dan penuh dengan cinta.
Langkah 12, Penyelesaian
Jika anda mengalami perubahan yang signifikan, hal ini berarti titik dimana anda sudah menyelesaikan masalah yang menjadi beban terberat selama ini. Mungkin anda merasa dapat menyelesaikannya setelah menulis berbagai peristiwa, lalu menulis ulang cerita baru dan mengintegrasikannya. Tetapi jika anda merasa belum sepenuhnya terselesaikan, ada cara untuk benar benar mengakhirinya dengan melaksanakan sejumlah ritual:
- Fire Ritual. Deskripsikan sepenuhnya konflik yang terjadi untuk melepas beban yang dirasakan diatas kertas. Selanjutnya bakar kertas tersebut dan biarkan terbakar sepenuhnya.
- Water Ritual. Ritual kuno yang menggunakan media air untuk membersihkan diri. Dapat dilakukan di lautan luas atau dapat juga dilakukan dengan mandi berendam didalam bathup.
- Sweat Lodge. Proses ritual yang biasa dilakukan oleh budaya etnis di Amerika Utara, Asia, Eropa Barat dan Timur yang bertujuan membersihkan diri dengan mandi keringat atau berdiam di sauna untuk menghasilkan keringat.
Demikian artikel terkait Memaafkan diri sendiri dan orang lain, semoga bermanfaat. Untuk menutup artikel ini, kami cuplikkan kata mutiara dari Harriet Nelson, “Maafkan semua yang menyinggung Anda, bukan untuk mereka, tapi untuk diri Anda sendiri.”
Oleh : A l i y a W i d i y a n t i