Siapa yang tak mengenal istilah kepribadian introvert dan ekstrovert?
Kedua istilah tersebut sangat populer di kalangan anak muda jaman sekarang hingga orang dewasa. Tak jarang kita mendapati istilah tersebut untuk memberikan gambaran tentang bagaimana diri kita kepada orang lain agar mereka tak jadi salah paham dengan kita, sehingga kita pun dapat dihargai dan dihormati.
Belakangan ini, ada fenomena yang diperbincangkan, di mana seseorang mengakui dirinya sebagai introvert sehingga hal tersebut membuat dirinya enggan apabila harus bekerja dan berinteraksi dengan orang asing.
Apakah kalian pernah mendengar pernyataan seperti di bawah ini,
“Aku orangnya introvert. Makanya, aku malas banget kalau harus kerja yang selalu berhadapan sama orang-orang. Aku paling nggak bisa untuk mulai bicara sama orang.”
Hal tersebut sebenarnya mampu menjadi sorotan.
Masih banyak orang beranggapan bahwa orang yang pemalu dan pendiam, selalu menyendiri, serta tidak mampu bergaul dengan orang lain disebut sebagai introvert. Namun, apakah istilah kepribadian introvert benar-benar memiliki arti yang demikian? Mari kita bahas terlebih dahulu mengenai siapa sebenarnya pencetus dari istilah kepribadian introvert dan ekstrovert serta pengertiannya.
Tokoh yang mempopulerkan istilah introvert dan ekstrovert adalah Carl Gustav Jung atau akrab disapa dengan Jung. Menurutnya, kepribadian introvert merupakan keadaan di mana seseorang cenderung mementingkan dunia internal pikiran, perasaan, fantasi, dan mimpi mereka, sementara kepribadian ekstrovert merupakan keadaan di mana seseorang cenderung mementingkan dunia eksternal yang terdiri dari segala benda, orang lain, dan aktivitas-aktivitas di luar.
Kepribadian introvert dikenal mirip dengan sifat pemalu karena keduanya dicirikan oleh interaksi sosial yang terbatas, tetapi keduanya merupakan suatu hal yang berbeda. Biasanya orang yang pemalu memiliki keinginan untuk terlibat dengan orang lain, tetapi mereka takut untuk melakukannya.
Sedangkan orang yang memiliki kepribadian introvert pada dasarnya mampu untuk bersosialiasi, meskipun memang lebih tertarik pada kelompok yang sangat kecil. Mereka—orang yang introvert—menikmati obrolan yang memiliki makna mendalam bersama orang lain, sebab mereka menyukai keterlibatan yang kuat dengan dunia kreativitas dalam imajinasi seseorang.
Istilah kepribadian introvert dan ekstrovert pun lebih menjelaskan tentang bagaimana cara energi kita dapat terkuras habis atau dapat ditingkatkan kembali dengan perilaku kita, serta bagaimana cara kita memproses sebuah informasi dalam pikiran kita.
Menurut Scott Dust, seseorang yang introvert akan lebih nyaman memproses informasi sendirian dan dengan banyak lead-time. Ekstrovert lebih nyaman memproses informasi di hadapan orang lain dan secara real-time. Ciri khas orang dengan kepribadian ekstrovert adalah cenderung terbuka dalam lingkungan sosial, di mana mereka mampu untuk membicarakan apa saja dengan orang lain secara konsisten. Mereka akan memiliki energi yang terus bertambah apabila mendapatkan stimulus lingkungan. Sebaliknya, energi yang dimiliki seseorang yang introvert cenderung lebih cepat habis apabila mendapatkan stimulus lingkungan yang begitu banyak, sehingga mereka lebih dikenal sebagai orang yang tertutup dalam lingkungan sosial dan hanya mau membicarakan hal-hal yang mereka anggap sebagai sesuatu yang penting.
Jadi, apabila seorang introvert mulai terlihat tidak banyak bicara, hal tersebut biasanya terjadi karena mereka telah menghabiskan tangki energi mereka atau secara proaktif sedang mencoba untuk menyimpan energi mereka untuk nanti.
Kepribadian introvert dan ekstrovert hanya berbeda dalam memilih untuk berinteraksi dengan siapa. Ekstrovert memang cenderung memiliki jaringan dukungan yang lebih luas dan bersedia untuk berbagi pekerjaan dan informasi pribadi dengan banyak orang.
Di sisi lain, orang dengan kepribadian introvert pun cenderung berbagi banyak informasi, tetapi hanya dengan beberapa rekan kerja tertentu. Hal tersebut bukan berarti introvert tidak menginginkan koneksi dengan teman sebaya, mereka hanya melakukannya dengan jumlah orang yang lebih sedikit, misalnya teman dekat.
Oleh karena itu, kepribadian introvert seharusnya tidak menjadi alasan seseorang untuk menolak bergaul dan berinteraksi dengan orang lain karena mereka tetap memiliki energi untuk terlibat dengan kontak sosial meskipun sangat terbatas.
Dalam lingkungan bekerja maupun kegiatan sosial yang melibatkan banyak orang, mereka yang mengaku tak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan melakukan pekerjaan secara tim, serta mereka yang tak mampu berinteraksi bersama orang-orang sekitar sehingga menyebut dirinya sebagai introvert sebenarnya tidak tepat.
Hal-hal yang disebutkan justru merupakan keahlian yang sebaiknya bisa dilatih dan dipelajari oleh siapapun, terlepas dari apakah dia seorang introvert maupun ekstrovert.
(Penulis : Syifa Intan Mutiara)
Sumber:
https://www.psychologytoday.com/us/basics/introversion
https://www.psychologytoday.com/us/blog/what-we-really-want-in-leader/202104/the-unexplored-differences-between-introverts-and