admin Tidak ada komentar

Apa itu Depresi : Berkenalan Lebih Dekat dengan Gangguan Suasana Hati

Apa itu Depresi? Setiap orang pasti pernah mengalami stres. Namun apa bedanya stres dengan depresi? Pada artikel ini, kita akan membahas secara singkat apa saja dampak depresi ini. terkait ciri-ciri, faktor yang memunculkannya, dan langkah untuk pulih dari depresi.

 

Memahami ‘Apa itu depresi’

Secara sederhana, depresi adalah kekacauan terkait aspek bio-psiko-sosial. Ada tiga permasalahan berkatian dengan biologis, psikologis, dan interaksi sosial. Jadi depresi tidak semata-mata tentang permasalahan psikologis, bukan hanya tentang krisis spiritual, bukan selalu tentang duka mendalam, atau gangguan pada otak saja.

Apa itu Depresi : Berkenalan Lebih Dekat dengan Gangguan Suasana Hati

Depresi meliputi:

  1. Depresi secara biologis terkait dengan gen, struktur otak, dan senyawa kimia yang ada di tubuh
  2. Secara psikologis depresi didasari oleh suasana hati/ mood negatif berkepanjangan
  3. Depresi secara sosial, depresi akan terkait dengan ketidakmampuan seseorang terhubung dengan orang lain dan lingkungan sosialnya
  4. Secara spiritual, bisa jadi juga terhubung dengan pemaknaan dan tujuan hidup yang selaras atau pun tidak selaras dengan agama.

Dilihat dari aspek biologis, ada orang-orang dengan potensi yang mudah depresi secara bawaan lahir. Karena struktur otak, kimiawi tubuh dan fisiknya sensitif dengan tekanan. Kondisi seperti ini umumnya diturunkan dari orangtua yang juga rentan depresi. Dari sisi interaksi sosial, seringkali hasil dari pendidikan dan pola asuh orangtua. Beberapa orangtua yang memiliki masalah dalam interaksi sosial secara tidak langsung menurunkan pendidikan interaksi sosial ke anaknya. Kesenjangan dan tekanan dari lingkungan sosial membuat seseorang tertekan dan depresi. Hal ini karena manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan butuh tergantung dengan orang lain. Depresi terkait permasalahan sosial ini juga berkaitan dengan konflik pasangan, konflik di dalam keluarga dan dengan anak.

 

Dampak depresi secara fisik

Oleh sebagian ahli kesehatan menyatakan bahwa depresi sebagai penyakit mental yang mampu menghancurkan hidup seseorang, bahkan membunuh seseorang.

Meskipun kelihatannya seperti kekacauan pada tataran mental, tetapi juga akan memberikan dampak yang besar pada fisik, seperti muncul mual, kelelahan, sakit/nyeri di seluruh badan, konstipasi, insomnia , radang, dan imunitas tubuh menurun. Sehingga pada kondisi depresi berat, terapi psikologis tidak lagi bisa membantu dan memerlukan bantuan farmakoterapi.

Baca Juga: Hal yang Wajib Dipersiapkan Sebelum ke Konsultan Psikologi

dan Persiapan Terpenting Sebelum Anda Datang ke Konsultan Psikologi

 

Perbedaan depresi, stres dan kesedihan

Apa itu depresi.. bedanya apa antara depresi, stres, dan kesedihan biasa? Kesedihan biasanya memiliki alasan dan penyebab yang jelas dan baru saja terjadi dalam hidup seseorang misalnya: nilai yang jelek, gagal mencapai target, dan mendapat komentar buruk.

Sedangkan stres, sumber stres umumnya berasal dari peristiwa yang netral, hanya saja respons kita terhadap sumber streslah yang membuatnya bermakna. Stres menghasilkan perasaan tertekan dan cemas. Namun, bisa menghasilkan dua kemungkinan pada diri kita, yaitu:

  • Ketika kita menganggapnya sebagai ancaman, maka kita akan merasa tidak berdaya (distress)
  • Ketika kita anggap sebagai tantangan, maka kita akan berupaya menjadi lebih baik lagi dan akhirnya membangun ketangguhan, kedewasaan, dan kompetensi kita (eustress)

Tekanan menjadi masalah atau tidak tergantung bagaimana seseorang merespon dan memaknainya. Satu kejadian yang sama bisa berdampak positif bagi satu orang tetapi bisa berdampak negatif bagi orang lain. Sehingga dari dampak stres, bisa kita kategorikan menjadi tiga jenis. Yaitu stres berdampak posisif yang disebut eustres. Stres berdampak negatif disebut distres, dan stres berdampak netral disebut sebagai neustres.

Eustres menjadikan seseorang bergerak dan berkembang karena tekanan. Misalnya ada kompetisi kerjaan, dengan stres kemudian dia memaksa untuk berkarya secara maksimal dan mencoba mengalahkan rivalnya. Sebaliknya, distres menjadikan seseorang terpuruk, tertekan, sakit dan menderita karena tekanan yang dirasakan. Orang yang mengalami stres ini menjadi depresi.

Berbeda dengan kesedihan dan stres, depresi seringkali muncul tanpa alasan. Bisa diawali oleh memori masa lampau bisa juga di picu oleh hal-hal sederhana yang terlihat remeh. Sumber stres dan tekanan bisa juga berasal dari pikiran-pikiran negatif yang belum muncul, dari praduga, kecurigaan, dan ketakutan-ketakutan tidak rasional. Kondisi tersebut membuat kita tidak mampu mengendalikan pikiran dan perasaan. Membuat perilaku kita dikendalikan oleh ketakutan dan kecemasan-kecemasan tersebut.

 

Diagnostic and statistical manual of mental disorder (DSM-5)

Jika mengalami lima atau lebih dari gejala berikut secara konsisten selama dua minggu, maka kita perlu konsultasi ke psikolog atau psikiater terkait gejala depresi.

  1. Depressed mood hampir setiap hari
  2. Kehilangan minat kesenangan pada hampir setiap kegiatan
  3. Penurunan atau kenaikan berat badan drastis
  4. Insomnia atau hypersomnia
  5. Psikomotor (gerakan tubuh) lamban
  6. Gelisah
  7. Kelelahan yang sangat
  8. Merasa tidak berharga/ merasa bersalah
  9. Kesulitan berpikir/konsentrasi
  10. Pikiran berulang tentang kematian

 

Baca Juga: Cara Cepat Mengatasi Masalah dengan Program Psikotes Online

dan tes psikologi online

 

Suicide Idea (ide bunuh diri)

Depresi pada seseorang dapat memunculkan pikiran dan dorongan bunuh diri. Pada orang yang depresi, ide bunuh diri dapat muncul dalam bentuk beragam. Berupa ide, keinginan, atau rencana. Munculnya ide bunuh diri pada orang depresi umumnya karena merasa keberadaannya tidak lagi berharga. Adanya nilai bahwa dengan mati adalah cara untuk bebas dari beban dan tekanan. Maka kita tidak bisa menganggap ide ini remeh, bila muncul pada diri kita. Segeralah cari bantuan, bila muncul pada orang terdekat. upayakan untuk memberi bantuan baik dari support psikologis, pemenuhan kebutuhan fisik, sampai di refer ke tenaga profesional.

Dari data di Indonesia, prevalensi pelaku bunuh diri pada laki-laki dan perempuan, lebih banyak perempuan. Berbanding terbalik dari data di dunia dimana angka bunuh diri laki-laki lebih banyak. Walaupun percobaan bunuh diri perempuan lebih banyak, namun percobaan bunuh diri laki-laki lebih fatal dan berbahaya. Laki-laki yang mencoba untuk bunuh diri lebih mungkin untuk meninggal dunia dibandingkan dengan perempuan.

 

Self Harm (Melukai diri sendiri)

Orang yang mengalami depresi rentan melakukan self harm. Pada self harm, adanya upaya melukai diri sendiri tetapi tidak ada dorongan untuk mengakhiri hidup. Hanya muncul dorongan untuk mempertahankan rasa sakit atau membuat diri sakit. Beberapa contoh perilaku self harm seperti :

  1. Memotong kuku sangat dalam
  2. Menyayat-nyayat pergelangan tangan
  3. Membenturkan kepala ke tembok
  4. Menampar diri berkali-kali
  5. Mengemudi ugal-ugalan dan berharap terjadi kecelakaan

Self harm bisa juga dikatakan sebagai coping stres yang salah. Karena untuk beberapa orang merasa perlu “segera” memindahkan perasaan sakit yang muncul dalam hati (yang rasanya tidak bisa di jelaskan) pada fisiknya. Mereka merasa “bisa lari sejenak” dari semua perasaan sakit yang muncul atau memori pahit yang tidak bisa dikendalikan

Faktor yang memperkuat kemunculan depresi

Ada dua faktor yang memperkuat kemunculan depresi. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal Depresi

  1. Kondisi otak ketika hypocampus /tempat memori menyusut dan kerja amigdala /tempat memberikan signal bahaya yang berpengaruh pada emosi meningkat.
  2. Hebenula bekerja terlalu aktif. Sehingga memunculkan rasa pesimis dan keraguan. Memunculkan persepsi negatif terhadap dunia.
  3. Prefrontal Cortex mengalami penyusutan. Sehingga sulit membuat penalaran, membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah.
  4. Hormon/senyawa kimiawi dan neurotranmiter dalam otak.
  5. Serotonin (hormon bahagia) yang tergolong rendah pada orang depresi.
  6. Sistem pencernaan dan pola makan yang bermasalah. Orang dengan depresi perlu mengelola pola makan agar lebih
  7. Probiotik /bakteri (biasanya dalam yogurt) bisa membantu produksi serotonin dalam tubuh.

 

Faktor Eksternal Depresi

  1. Toxic relationship dengan orang tua, pasangan, teman, pihak otoritas (termasuk dosen)
  2. Orang yang dibesarkan oleh orangtua dengan pola asuh bermasalah.
  3. Peristiwa traumatis. Seperti perkosaan, bullying, perceraian, dan sabagainya.
  4. Kecelakaan yang membuat struktur otak terbentur dan mengalami gangguan fungsi otak dan kinerja hormon.

 

Baca Juga: Jasa Psikotes Kebutuhan Seleksi dan Evaluasi Karyawan

dan jasa psikotes online

 

Dapatkah depresi disembuhkan?

Depresi bukanlah penyakit yang datang sekali lalu sembuh dan pergi. Depresi dapat bersemayam dalam badan kita, bersemayam, dan menghancurkan kesehatan mental secara perlahan. Bila tidak diupayakan untuk bisa lepas, kita akan semakin merasa kesulitan untuk mengendalikan pikiran dan emosi.

Menegakkan diagnosa depresi, memerlukan waktu tunggu selama minimal 2 (dua) minggu setelah gejala muncul. Menyembuhkan depresi bukanlah hal yang sederhana. Tidak jarang harus menggabungkan farmakotherapy dan psychotherapy. Untuk menggali sumber muncul depresi, apakah dari peristiwa traumatis masa lalu atau sumber dari pemikiran negatif dan prasangka. Perlu digali dengan pendekatan konseling.

Jika depresi berkaitan dengan struktur otak, hormonal perlu di rujuk ke psikiater. Terkait dengan kondisi fisiologis dan biologis bisa dilihat dari riwayat masa kecil dan kondisi orang tua atau saudara yang juga memiliki kondisi depresi. Terkait kondisi biologis/ fisik, pasien perlu meminum obat jenis antidepresan (pemberian oleh psikiater) dan mendapatkan pendampingan psikologis untuk membantu mengelola (regulasi) diri atau emosi (dilakukan oleh psikolog).

Langkah selanjutnya perlu dengan mengatur pola kehidupan, termasuk diantaranya pola makan dan pola tidur, istirahat jika lelah, perlu refreshing jika tertekan, dan membiasakan diri berjemur matahari setiap pagi.

Apakah mungkin penderita depresi relapse? Sangat mungkin terjadi, ketika seseorang belum sembuh secara holistik. Seringkali penderita depresi sudah merasa nyaman, karena gejala tubuh sudah mulai menghilang, tetapi masih ada beban emosi yang tersisa dan dibiarkan. Maka, akan memunculkan depresi lagi di waktu yang akan datang. Jadi memang upaya pengobatan penderita depresi tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, tetapi kerjasama sistem keluarga, dan lingkungan sekitar termasuk lingkungan kerja yang mendukung untuk sembuh.

 

6 Langkah Awal untuk Pulih

  1. Cek fungsi dasar kehidupan. Perhatikan bagaimana pola makan, pola tidur, kebersihan badan olah raga dan terkena sinar matahari, serta fungsi sosial. Pastikan hal-hal yang di atas sudah tidak ada gangguan lagi.
  2. Membuat daftar hal berharga pada diri kita. Menuliskan pencapaian yang pernah kita miliki.
  3. Berterima kasih kepada diri sendiri. Berterima kasih karena telah berjuang sampai sejauh sekarang. Dapat pula dilakukan dengan menambahkan relaksasi nafas, saat mengucapkan kata terima kasih
  4. Mencari dan mempelajari berbagai macam coping stress. Coping stress adalah upaya kita untuk mengelola stres. Kita perlu memiliki banyak ide tentang jenis coping stress, agar tidak jenuh dan menjadi lebih fleksibel setiap kali bertemu dengan hal yang menjengkelkan. Diantara coping stress adalah dengan menemukan dan melakukan hobi kesukaan kita. Seperti : memeluk bantal, berkebun, bernyanyi/mendengarkan musik, menangis, berjalan-jalan keluar rumah, dan memelihara hewan.
  5. Mencari teman bercerita yang dapat dipercaya. Jangan simpan sendirian, karena kita butuh mengosongkan kantong emosi
  6. Jangan malu untuk datang kepada tenaga profesional bila butuh bantuan. Bisa ke psikolog, psikiater, penasehat pernikahan, dan rohaniawan.

_____________________________

Demikian artikel tentang ‘ Apa itu Depresi : Berkenalan Lebih Dekat dengan Gangguan Suasana Hati’. Semoga memberikan pemahaman tentang kesehatan mental khususnya terkait depresi.