admin Tidak ada komentar

Psikologi Konseling: Fungsi dan Tujuan Konseling

Psikologi Konseling. Dari segi bahasa istilah Konseling dari serapan bahasa inggris counseling yang berasal dari kata ‘counsel’ (dari bahasa latin): ‘counselium’ yang berarti  ”bersama” atau ”bicara bersama”. Sehingga konseling bisa diartikan sebagai pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien (counselee).

Carl Rogers sebagai tokoh Psikolog Humanistik menjelaskan konseling sebagai hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Proses konseling menekankan pada perubahan system self klien sebagai tujuan konseling untuk mendapatkan penyelesaian permasalahan psikologis klien.

 

Guidance, Konseling, dan Psikoterapi

Ada istilah-istilah yang sering kita dengar dalam proses konseling. Diantaranya adalah guidance dan psikoterapi. Apa perbedaan diantaranya? Dan posisinya dimana dalam tahapan konseling?

guidance, konseling, dan psikoterapi posisinya saling tumpang tindih. Untuk bisa melihat perbedaan diantaranya bisa dilihat pada tabel di bawah:

Psikologi Konseling: Fungsi dan Tujuan Konseling

 

Dalam pendekatan Rogers, konseling sama dengan proses terapi psikologi. Istilah konseling sering dipakai di kalangan pendidikan, sedangkan dikalangan pekerja sosial, psikolog, & psikiater sering menyebut sebagai terapi.

 

Baca artikel lainnya, Tips Memilih Jasa Konseling yang Tepat

dan Tanda Anda Butuh ke Psikologi Konseling

Tujuan Tahapan Konseling

Berdasarkan sejarah lahirnya konseling, proses konseling memiliki beberapa tujuan, yaitu

  1. Membimbing/Memandu
  2. Menyembuhkan
  3. Memfasilitasi
  4. Memodifikasi
  5. Merestrukturisasi
  6. Mengembangkan
  7. Mempengaruhi
  8. Mengkomunikasikan
  9. Mengorganisasikan

Berikut adalah penjabaran dari tujuan proses konseling:

1. Memandu (Guiding)

Dalam tujuan memandu, artinya konseling adalah proses mengarahkan klien. Tidak ada paksaan agar klien menuruti kemauan terapis. Klien memiliki kebebasan untuk menuruti atau tidak menuruti panduan dari terapis. Namun proses memandu artinya terapis mencarikan alternatif dari problem solving permasalahan psikologis pada diri klien. Proses memandu juga berarti mengabaikan perasaan atau terlalu mengendalikan pandangan-padangan pribadi.

Williamson menjelaskan ada enam tahap metode konseling:

Analisis -> Sintesis -> Diagnosis -> Prognosis -> Konseling -> Tindak Lanjut

Proses Intervensi dalam konseling bertujuan untuk mengumpulkan informasi, mengevaluasi kemajuan, mengajarkan keterampilan problem solving, membicarakan masalahnya, atau memfasilitasi perkembangan potensi Klien. Dalam tahapan intervensi juga bertujuan untuk membangun hubungan interpersonal, mendiagnosis, membantu mengevaluasi diri, serta meningkatkan keterampilan pemahaman diri, misalnya memunculkan kesadaran diri klien, latihan bersikap asertif, dan sebagainya.

 

2. Menyembuhkan (Healing)

Psikologi Konseling memiliki tujuan untuk menyembuhkan permasalahan psikologis klien. Metode yang digunakan dalam tujuan menyembuhkan adalah dengan psikoterapi. Di psikologi dikenal banyak metode psikoterapi, diantaranya adalah hipnoterapi, innerchild, CBT, terapi psikoanalitik, terapi psikoseksual, terapi bermain, terapi kelompok dan sebagainya.

Dalam psikologi konseling, psikoterapi dinamik (yang diawali dengan praktik-praktik penyembuhan terhadap pasien neurosis, yang dipelopori oleh Freud) kemudian diadaptasi dalam bentuk psikoterapi singkat (brief psychoterapy) dan konseling psikoanalitik.

Tujuan akhir dari proses menyembuhkan adalah dimana klien lepas dari permasalahan psikologis lama, menuju perilaku, pola pikir, dan kebiasaan baru yang lebih sehat.

 

Baca artikel lainnya, Jasa Konseling Untuk Memperbaiki Kualitas Diri

dan Gunakan Jasa Psikologi Konseling Profesional

3. Memfasilitasi (Facilitating)

Memfasilitasi : membolehkan, menyemangati atau mendorong, dan memberdayakan klien dalam aktivitas-aktivitas yang diprakarsai oleh dirinya sendiri à percaya bahwa individu punya kemampuan utk m’arahkan diri sndri

Dicirikan dengan ‘pendekatan yang berpusat kepada klien’ dari Carl Rogers à upaya menolak konotasi pengarahan langsung oleh terapis dan pasien sebagai orang yang sakit

klien harus ditempatkan sebagai seorang yang layak untuk dipercaya (trustworthiness)

Beberapa sikap konselor yang perlu diaktualisasikan, yaitu keaslian (genuineness), penghargaan positif, dan pemahaman emphatik.

4. Memodifikasi (Modifying)

Tujuan Memodifikasi seringkali dipakai dalam pendekatan aliran Behaviorisme. Metode yang digunakan adalah dengan modifikasi perilaku klien dari perilaku lama menjadi perilaku baru yang lebih sehat mental. Modifikasi perilaku merupakan suatu pendekatan yang berkenaan dengan mengubah organisme yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Modifikasi perilaku menekankan pada perkembangan dan evaluasi terhadap efek khusus dari perlakuan. Klien diberikan perlakuan dan pengkodisian oleh terapis agar klien bisa memunculkan perilaku baru.

Beberapa konselor behavioral menggunakan model ABC untuk mendeskripsikan proses asesmen modifikasi perilaku. Yaitu menganalisis stimulus yang mendahului atau peristiwa yang menggerakkan (A), mengidentifikasi perilaku bermasalah yang dialami (B), dan konsekuensi atau perasaan yang dihasilkan (C).

Karakteristik pendekatan behavioral adalah komitmennya terhadap metode ilmiah, pengukuran, dan evaluasi. Analisa hasil perlakuan dapat dilakukan mulai dengan menggunakan metode subyek tunggal, antar kelompok sampai kepada evaluasi metode perlakuan berbasis pengujian laboratorium.

Intervensi dalam tujuan memodifikasi adalah desensitisasi sistematis, latihan keterampilan sosial, dan penguatan. Evaluasi melalui subjek tunggal dapat dilakuan melalui desain ABAB, ABA, atau AB. Desain antar kelompok dilakukan dengan menggunakan kelompok kontrol.

 

5. Merestrukturisasi (Restructuring)

Tujuan merekonstruksi merupakan perpaduan antara metode behavioral dengan teori kognitif.  Dimana target asesmen yaitu kerangka referensi diri yang negatif atau kemampuan- kemampuan membuat generalisasi yang relatif stabil sepanjang waktu dan situasi.

Strategi asesmen merekonstruksi melalui metodologi pelaporan diri, terutama terhadap keadaan yang mengelilingi pikiran-pikirannya dan frekuensi munculnya pikiran-pikiran tersebut.

Penderitaan yang dialami seseorang disebabkan adanya gangguan dalam berpikir, sehingga dengan merekonstruksi pemikiran akan memulihkan penderitaan psikologis seseorang. Upaya merekonstruksi pemikiran ini dibutuhkan pengkondisian perilaku pada klien. Bisa dengan pengkondisian stimulus-respon.

Beberapa metode yang digunakan dalam tujuan merekonstruksi yaitu metode RET dari Albert Ellis, Terapi kognisi dari Beck, atau pengajaran diri dari Meichenbaum.

 

6. Pengembangan (Developing)

Tujuan pengembangan dalam konseling adalah perlu memperhatikan pentingnya manusia yang tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Manusia selalu menerima informasi dari luar, harapannya dengan informasi itu tidak membuat manusia menjadi lebih lemah dan rapuh. Justru harus lebih menguatkan. Manusia juga tumbuh dalam rentang usia dan tugas-tugas perkembangan. Mulai dari fase anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa madya, dewasa akhir dan lansia. Untuk menjadi manusia yang sehat mental, dia harus memenuhi tapahan-tahapan dan tugas-tugas perkembangan di tiap fase perkembangan.

Dalam tujuan pengembangan, diasumsikan bahwa individu akan tumbuh efektif melalui interaksi yang sehat antara pertumbuhan diri dengan lingkungan.

 

7. Mempengaruhi (Influencing)

Pengaruh sosial dalam konseling lebih kepada menawarkan kontrol baru yang dipandang lebih efektif dalam rangka mengatur perilaku klien yang kurang bagus di masa lalu menuju perspektif dan pemikiran yang lebih baik. Upaya mempengaruhi berarti tidak ada upaya memaksakan. Tetapi ada upaya mengendalikan/ mempersepsi atau mensugesti agar klien mendapatkan perspektif baru.

Oleh karena itu dibutuhkan skill dari konselor agar teknik mempengaruhi lebih bisa bersifat natural dan hangat. Klien dapat dipengaruhi tanpa harus merasa terpaksa mengikuti keinginan dari konselor demi kemajuan tahapan konseling. Konselor harus memiliki minat tulus melalui komunikasi reflektif dan empatik sehingga mampu membuka tindakan, pandangan, dan perasaan klien bahwa konselor adalah seorang yang ahli, atraktif, dan dapat dipercaya. Dalam intervensi tujuan mempengaruhi, interpretasi yang didapatkan klien penting diperhatikan. Konselor perlu menggunakan sistem bahasa yang secara bermakna dapat digunakan untuk merubah masalah-masalah klien.

 

Upaya mengkomunikasikan meliputi mengklarifikasi, membuat nyata, membantu klien memahami masalahnya. Di dalam mengkomunikasikan ada upaya memberikan informasi baru, atau menghubungkan dua pihak klien untuk saling ada informasi yang terhubung. Tujuan mengkomunikasikan penting diaplikasikan dalam konseling keluarga atau pasangan. Hal ini karena komunikasi dalam keluarga itu penting.

Dalam tujuan ini, klien yang memiliki masalah psikologis adalah klien yang memiliki hambatan dan kurang mampu dalam mengkomunikasikan informasi, pemikiran, pendapat ke orang lain. Sehingga memunculkan prasangka, konflik, dan salah pengertian dari pihak lain di lingkungan klien. Penyelesaian problem individual dengan memperbaiki pola komunikasi klien. Konselor atau terapis juga bisa bertujuan mengkomunikasikan ide, gagasan, terkait hal-hal yang membantu klien mencapai kesehatan mental.

 

9. Mengorganisasikan (Organizing)

Tujuan mengorganisasikan meliputi aktivitas menyusun, merestrukturisasi, efeisiensi atau bertujuannya bagian-bagian yang berhubungan. Di dalam kelompok atau lingkungan sosial, perlu dibuat aturan atau prosedur sebagai kerangka kerja dalam membantu anggota saling berelasi satu dengan yang lainnya secara otonomi. Terapis bisa membantu klien agar klien mampu mengorganisasikan diri sendiri, atau sebagai orang di dalam masyarakat.

Mengorganisasikan diri bisa berupa melihat masalah dengan lebih sistematis dan mencari akar masalah dengan lebih baik. Juga bisa berupa melihat prioritas-prioritas tugas hidup klien, agar klien tidak tertekan dengan aktivitas hidup.

Baca artikel lainnya, Kenapa Konseling dengan Psikolog Cuma Sebentar?

dan Konseling dengan psikolog

 

Fungsi Psikologi Konseling

Konseling memiliki beberapa fungsi diantaranya:

  1. Upaya Preventif, yaitu membantu klien menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Jangan sampai masalah klien muncul kembali.
  2. Fungsi Kuratif atau korektif, yaitu upaya membantu klien memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Konselor atau terapis perlu mengupayakan agar klien tidak mendapatkan permasalahan psikologis yang lebih kompleks. Disamping ada upaya menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi klien.
  3. Upaya Presentatif, yaitu membantu klien untuk menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik menjadi lebih baik.
  4. Upaya Developmental atau perkembangan, yaitu upaya membantu klien memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih baik. Agar selalu ada proses bertumbuh dan berkembang pada klien.

Sartono (1998) menambahkan tiga tujuan psikologi konseling :

  • Tujuan Penyaluran, merupakan bantuan kepada klien dalam memilih kemungkinan- kemungkinan kesempatan yang terdapat dalam lingkungan klien.
  • Upaya Pengadaptasian, yaitu upaya pemberi bantuan kepada orang-orang yang berkaitan dengan klien. Dalam hal upaya pengadaptasian, kerjasama klien dengan orang dekatnya sangat penting dan sangat memerlukan kecakapan hubungan yang tinggi bagi konselor sebagai bekal utama untuk saling mengerti antara klien dengan lingkungan sekitarnya.
  • Tujuan Penyesuaian, merupakan pemberi bantuan kepada klien agar memperoleh penyesuaian pribadi dan maju secara optimal dalam perkembangan pribadinya

Demikian artikel singkat tentang Psikologi Konseling: Fungsi dan Tujuan Konseling. Semoga menambah pemahaman kita tentang Psikologi Konseling, Tujuan dan fungsi konseling.