Berkenalan dengan Mindfulness — Sebagai manusia yang menjalani hidup, kita tidak mungkin terlepas dari kecemasan. Saat kecemasan ini menghampiri, kita menjadi merasakan dan memikirkan sesuatu yang sebetulnya belum tentu benar terjadi. Pikiran-pikiran dan perasaan yang timbul saat sedang merasa cemas ini membuat kita menjadi tidak nyaman. Bahkan, terkadang membuat kita memberikan respons yang kurang tepat terhadap situasi yang sedang dihadapi.
Sebetulnya, kecemasan itu apa sih ?
Kecemasan secara umum merupakan pemikiran dan perasaan yang timbul ketika kita mengetahui sedang berada dalam situasi yang mengancam kesejahteraan diri. Misalnya, merasa cemas ketika akan berbicara didepan umum, cemas berkendara dimalam hari, cemas tidur dalam keadaan gelap, dan lain sebagainya.
Ketika kita sedang merasa cemas, biasanya respons yang dimunculkan oleh tubuh adalah detak jantung berdegup lebih kencang, otot tubuh lebih tegang, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan tidur, pikiran tertuju pada hal yang selalu membuat cemas dan tidak jelas objeknya, hingga kehilangan kemampuan mengendalikan kondisi diri sendiri.
Lalu, merasa cemas itu boleh atau tidak ?
Tentu saja boleh, karena kita tidak selalu bisa mengendalikan hal-hal diluar diri kita. Hal-hal yang diluar kendali inilah yang seringnya membuat cemas. Misalnya, pemikiran/pendapat orang lain, iklim/cuaca, masa depan dan masa lalu.
Sepanjang perjalanan kehidupan manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa kecemasan akan selalu berjalan beriringan membersamai kita. Kecemasan dalam batas yang normal adalah saat kecemasan tersebut dapat membantu kita untuk lebih waspada terhadap kondisi diri sendiri. Cemas sewajarnya dijadikan alarm dan pengingat agar kita lebih bisa mengendalikan diri.
Namun, cemas dapat dikatakan patologis, saat keluhan cemas sudah meningkat sampai kita tidak mampu lagi mengontrol dan mengendalikannya. Bahkan, sampai pada tahap mengganggu fungsi hidup sehari-hari. Misalnya, sampai kita tidak bisa beraktivitas seperti biasa, menarik diri dari lingkungan sosial, hingga akhirnya menjadi tidak produktif. Jika sudah sampai pada tahap yang seperti ini ada baiknya kita mendatangi tenaga profesional untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Nah, agar tidak sampai pada tahapan patologis, kita perlu belajar bagaimana cara menanggapi kecemasan secara responsif. Maksud dari responsif adalah saat kita menanggapi kecemasan dengan proses pemikiran yang baik, tenang dan penuh pertimbangan. Tanggapan seperti ini biasanya akan lebih tepat dan efektif dibandingkan apabila kita menganggapi kecemasan secara reaktif, dimana kita menanggapi kecemasan dengan tegesa-gesa dan tidak terkontrol, tanggapan seperti ini biasanya akan memicu serangkaian reaksi yang membuat panik dan kacau.
Berkenalan dengan Mindfulness, sebagai caara menghadapi kecemasan
Salah satu cara menanggapi kecemasan secara responsif adalah dengan teknik mindfulness. Konsep mindfulness memiliki makna yaitu individu dapat melakukan kontak dengan masa kini secara total dan sadar sehingga dapat fokus terhadap apa yang sedang dilakukan. Hal ini dianggap penting karena biasanya kita hidup terjebak dalam masa lalu atau terlalu mencemaskan masa depan sehingga tidak mampu berkonsentrasi secara utuh terhadap apa yang sedang dikerjakan di masa kini.
Dengan mindfulness, kita meletakkan perhatian pada apa yang sedang terjadi di momen kini, memberi jeda untuk menghayati rasa. Perhatian diletakkan terhadap apa yang hadir di panca indra, tanpa perlu memberikan penilaian dan menganalisanya. Cukup merelakan dan mengikhlaskan apapapun untuk hadir. Entah itu, suka duka, marah senang, sakit nyaman. Kita mengizinkan tubuh ini untuk merasakan seluruh pengalamannya sebagai manusia.
Kita bisa menerapkan mindfulness untuk menunjang kehidupan sehari-hari, misalnya saat beribadah, makan, mandi, berjalan, memasak, bekerja, mengasuh anak, hingga olah raga dan berkebun. Mindfulness bukan sekedar teknik dan teori, tapi mindfulness merupakan cara hidup. Demikian artikel dengan tema, berkenalan dengan mindfulness. Semoga bermanfaat.