Psikotes Mengemudi Berisiko. Belakangan ini, beberapa perusahaan memperhatikan karyawan dan staf dalam keselamatan kerja tidak hanya di dalam tempat kerja. Tetapi melihat kemungkinan keselamatan kerja diluar tempat kerja, khususnya dalam perjalanan menuju dan pulang dari tempat kerja. Banyak sekali pekerja yang harus pulang sampai larut malam karena jam lembur. Tidak jarang karyawan yang pulang lembur tersebut di perjalanan menjadi kelelahan sehingga kurang konsentrasi. Atau karena kerja lembur dan kurang istirahat, kemudian paginya harus pergi ke kantor lagi sehingga di perjalanan ke kantor dalam kondisi menyetir kurang konsentrasi.
Beberapa perusahaan memberikan karyawan dalam job desk atau dalam penempatan di bagian driver. Bisa berupa mengantarkan barang atau staf. Tidak jarang karyawan tersebut mendapatkan tuntutan harus tepat waktu, dan memenuhi target kiriman. Sehingga karyawan tersebut di perjalanan memforsir tenaga. Menjadikan karyawan tersebut rentan kecelakaan di jalan.
Disisi lain, perusahaan akan merugi jika mendapatkan karyawan mengalami kecelakaan kerja. Perusahaan akan kekurangan SDM yang kompeten, mengeluarkan biaya maintenance dan perawatan, kehilangan aset dan logistik yang dibawa karyawan, berpengaruh terhadap produksi dan aktivitas divisi, serta banyak dampak negatif oleh perusahaan dan karyawan itu sendiri.
Disini pentingnya psikotes mengemudi berisiko untuk menganalisa aspek-aspek dari perilaku mengemudi berisiko sehingga data bisa digunakan perusahaan untuk pengambilan kebijakan. Tes psikologi tersebut diberikan kepada driver untuk melihat tekanan kerja yang berdampak pada aktivitas mengemudi.
PENGERTIAN PERILAKU MENGEMUDI BERISIKO
Mengemudi merupakan kegiatan yang diarahkan pada tujuan yang kompleks dengan menempatkan tuntutan yang tinggi pada persepsi, kognitif, dan proses berkendara (Ross, dkk; 2014). Proses mengemudi melibatkan peran indra, konsentrasi, dan respon gerak yang tinggi. Dalam mengemudi kendaraan bermotor roda dua, dibutuhkan keseimbangan tubuh untuk memastikan motor dalam kondisi tegak berdiri ketika berjalan. Sedangkan dalam mengemudikan mobil dan roda tiga keatas, pengemudi dibutuhkan ketepatan, kecerdasan spasial/ruang, pengendalian, dan penguasaan kendaraan. Khususnya bagi kendaraan bermuatan berat, seperti truck trailer.
Perilaku mengemudi berisiko merupakan perilaku berkendara yang membahayakan akan tetapi tidak ditujukan secara sengaja untuk menyakiti diri sendiri, pengendara lain dan penumpang transportasi (Willemsen, dkk; 2008). Jadi, mengemudi berisiko adalah penurunan penghambatan respon dan kinerja kerja-memori saat proses berkendara yang dapat menimbulkan suatu ancaman bagi pengendara tersebut dan orang lain.
Dalam mengemudi berisiko, ada variabel-variabel lain yang mempengaruhi kenapa seseorang menjadi rentan kecelakaan di jalan raya. Seperti karena kelelahan, mengantuk, stres atau tekanan kerja, kurang konsentrasi, dan distraksi.
Silahkan baca artikel lainnya, biro psikologi
ASPEK-ASPEK PERILAKU MENGEMUDI BERISIKO
Terdapat beberapa aspek dalam perilaku mengemudi berisiko. Aspek tersebut merupakan hal-hal yang memungkinkan seseorang bisa menjadi berisiko dalam mengemudi.
- Driving Error of Commission
Keterlibatan pada kecelakaan pengendara yang disebabkan oleh kelalaian pengguna. kurang memperhatikan lingkungan sekitar saat berkendara.
Contoh, perilaku mengemudi dengan Berhubungan dengan pengendara lain, penyeberang jalan, dan kontur jalan, melanggar lampu merah dan mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata.
- Pengemudi yang nekat (reckless driving/funriding),
Perilaku pengemudi yang bersifat nekat tanpa memperhitungkan risiko dari perbuatannya.
- Driving Errors of Omission
Tidak menggunakan peralatan penunjang keselamatan selama mengemudi atau karena kelalaian pada penggunaan atribut berkendara.
Seperti Lampu Sinyal saat berbelok dan menyalip, penggunaan Segitiga pengaman, sabuk pengaman, memakai helm pada pengendara motor, menyalakan lampu penerangan, dan pengecekan keamanan mesin kendaraan.
- Mengemudi di bawah pengaruh minuman keras (drinking and driving).
- Distraction
Dikaitkan dengan perilaku destruktif, dimana semua jenis perilaku yang bisa mengancam kenyamanan dirinya sendiri atau orang lain. Berhubungan dengan agresivitas dan respon kemarahan dalam menghadapi stres di jalan.
Sumber teori gabungan antara (Iversen, 2004), dan (Ferreira, Martinez, dan Guisande, 2009).
Silahkan baca artikel lainnya, jasa psikologi
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENGEMUDI BERISIKO
1. Faktor ketekunan dan motivasi untuk mencapai tujuan (Personality)
Ketekunan dan motivasi mencapai tujuan ini mendeskripsikan orang-orang yang teratur, disiplin, bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Beberapa karakteristik lain di faktor ini seperti terkontrol, terorganisasi, ambisius, terfokus pada pencapaian, berhati-hati dan memiliki disiplin diri: Lebih bisa mengendalikan diri dalam mengemudi.
2. Faktor Usia.
Masa remaja cenderung lebih impulsif, agresivitas tinggi dan memiliki relevasi terhadap perilaku berisiko di jalan (Kusumadi, 2012). Faktor lain adalah jenis kelamin atau gender. Pria secara konsisten menunjukkan mengemudi berisiko yang lebih besar, dan terlibat perilaku tidak menyenangkan di jalan, dibanding dengan perempuan (Fernandes, Hatfield dan Job, 2006).
3. Kehadiran penumpang
Pengemudi dengan membawa penumpang cenderung lebih memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan berisiko, hal tersebut dikarenakan pengemudi merasa lebih tertantang bila mengemudi dengan kehadiran penumpang (Rhodes, Pivik dan Sutton, 2015).
4. Suasana hati atau mood
5. Kognitif
Kemampuan kognitif yang bagus bisa lebih memperkirakan posisi mengemudi yang bagus dengan mempertimbangkan faktor-faktor penyebab kecelakaan. Lebih mampu menggunakan kecerdasan spasial untuk memperkirakan kendaraan. Lebih bisa menggunakan logika sebab akibat yang ditimbulkan jika melanggar aturan. Mampu menggunakan imaginasi untuk membayangkan risiko kerja dan kondisi jika melanggar aturan atau melakukan kesalahan dalam mengemudi.
Silahkan baca artikel lainnya, jasa psikotes online
dan jasa psikotes
Psikotes Mengemudi Berisiko
Tes psikologi ini menggunakan pendekatan kuesioner untuk melihat data secara komunitas. Dengan pendekatan kuantitatif, psikotes mengemudi berisiko mencoba menggali aspek apa saja dan faktor yang mempengaruhi perilaku mengemudi berisiko. Sehingga data tersebut bisa digunakan perusahaan atau pembuat kebijakan untuk bahan evaluasi kerja. Jika memang ada beberapa kandidat atau karyawan yang sangat berpotensi mengemudi berisiko, bisa diberikan evaluasi kerja. Atau perusahaan bisa memberikan pelatihan, self manajemen kerja, pendidikan, bahkan rotasi kerja untuk ditempatkan ke bagian yang lebih tidak berisiko.
Psikotes mengemudi berisiko merupakan penelitian kualitatif yang dihubungkan dengan stres kerja. Untuk melihat pengaruh (korelasi) antara stres dan perilaku mengemudi berisiko. Dengan asumsi awal, semakin tinggi tekanan kerja berpengaruh terhadap perilaku mengemudi berisiko.
Walaupun begitu, di dalam aspek dan faktor penyebab perilaku mengemudi berisiko ada hal-hal yang tidak berkaitan dengan stres kerja. Seperti karena kebiasan meminum minuman beralkohol, faktor kepribadian, tidak disiplin menggunakan aspek keselamatan. Sehingga, psikotes mengemudi berisiko bisa diteliti dengan variabel lain selain stres kerja. Jadi, psikotes ini menjadi mungkin dikembangkan ke beberapa hal yang diasumsikan mendorong mengemudi berisiko di sebuah perusahaan.
Demikian artikel psikotes mengemudi berisiko, Semoga bermanfaat.