Deepapsikologi.com — Psikotes pemagangan biasanya bertujuan untuk mengukur sejauh mana kesiapan siswa LPK memenuhi target mental yang dibutuhkan TKI. Hal ini karena tenaga kerja Indonesia memiliki tekanan yang luar biasa bekerja di negeri orang.
Banyak beban mental menjadi seorang TKI
Sebagian besar tenaga kerja Indonesia dibutuhkan kerja di luar negeri dengan usia yang produktif dan fresh worker. Artinya, rata-rata pekerja TKI dari siswa LPK berada di usia lulus SMA sampai usia kurang dari 30 tahun. Di usia tersebut, pemuda memasuki usia dewasa awal, bahkan ada yang masih di masa pubertas. Sehingga, emosi lebih tidak stabil. Yang cenderung ingin selalu dekat dengan konflik dan kecemasan.
Ditambah dengan tekanan kerja di luar negeri yang berbeda dibandingkan daerah asal. TKI banyak diforsir tenaga dan waktunya. Kerja yang overtime dan overwork menjadikan nuansa di area kerja penuh tekanan. Kemudian, di luar negeri yang memiliki budaya berbeda dengan di Indonesia. Menuntut para TKI harus banyak beradaptasi. Juga beberapa tahun para TKI tidak bisa pulang dan kumpul dengan keluarga. Menjadikannya tekanan hidup tersendiri.
Mengingat begitu banyak stressor emosional menjadi TKI. Pemerintah sadar bahwa menjadi TKI butuh persiapan teknis, fisik dan mental. Sehingga, butuh ada pengukuran jelas untuk mengukur kesiapan mental tersebut. Prosedur pengukuran kesiapan mental TKI tersebut dengan menggukanan asesmen psikologi yang dikenal dengan istilah psikotes.
Psikotes pemagangan dibutuhkan untuk mengukur kesiapan mental calon TKI
Karena untuk mengukur psikologis seseorang, psikotes pemagangan harus memenuhi standar pengukuran alat tes. Psikotes pemagangan tersebut mampu mengukur aspek-aspek psikologis seperti kecerdasan, kepribadian, cara kerja, sikap kerja, dan kepemimpinan. Psikotes mampu mengukur gambaran psikologis secara menyeluruh. Gambaran dari bagaimana cara sikap kerja, kepribadian dan kecerdasan tersebut bisa dijadikan analisa. Tentang prediksi kemungkinan dibenturkan dengan sumber stres dan kondisi peserta pemagangan nantinya bekerja. Apakah memang dia mampu dan siap bekerja di tempat tersebut atau belum…
Jika belum, maka pelatihan perlu diadakan. Atau peserta pemagangan perlu diberikan plot rencana tempat yang sesuai dengan karakteristik mentalnya. Terkait pelatihan misalnya, jika setelah diberikan psikotes ternyata penyesuaian diri rendah. Maka, perlu diberikan traitmen dan pelatihan agar fleksibilitas hidupnya lebih baik. Beberapa dari aspek mental memang tidak bisa dirubah, dan bersifat menetap dari karakteristik seseorang. Sehingga, ada value dari psikologis yang sulit dirubah seperti potensi kecerdasan. Jika, peserta Pemagangan ternyata memiliki kemampuan intelegensi yang rendah… maka dari LPK perlu menempatkan rencana kerja dia nantinya di tempat yang tidak banyak membutuhkan proses berpikir. Seperti bagian teknis, operator, atau dibagian lapangan dengan instruksi yang jelas.
Baca juga: Psikotes CTKI
Penyelenggara Psikotes untuk mengukur kesiapan mental CTKI
Biro psikologi Deepa sebagai penyedia layanan psikotes, memberikan layanan psites bagi siswa LPK untuk mengukur kesiapan mental. Kami sudah concern selama beberapa tahun untuk support para calon tenaga kerja Indonesia. Kami telah bekerja sama dengan beberapa LPK untuk memberikan psikotes bagi para siswa dan staf pengajar. Beberapa perusahaan LPK yang terkoneksi dengan layanan psikotes dari kami seperti LPK Yutaka dan LPK Toei Teknologi Indonesia. Beberapa LPK mensyaratkan format laporan psikotes sesuai yang disyaratkan dari perusahaan yang dituju. Misalnya mensyaratkan skor minimal IQ di range tertentu, atau batas cara dan sikap kerja tertentu. Hal ini juga dihubungkan dengan bidang kerja nantinya calon TKI. Harus sesuai dengan job deskripsi yang ditawarkan.
Jika perusahaan Anda sebagai penyedia CTKI membutuhkan psikotes pemagangan sebagai tools pengukuran kesiapan mental. Anda bisa menggunakan jasa psikotes di biro psikologi kami. Layanan kami tersedia melalui psikotes offline maupun online.