admin Tidak ada komentar

Sembilan Tips Menghadapi Konflik Pasangan

Konflik pasangan. Dalam pernikahan, konflik dengan pasangan merupakan hal yang wajar. Konflik merupakan pertemuan dua kepentingan antara dua pasangan. Dalam konflik juga ada pertemuan hal yang disukai dan yang tidak disukai terkait aktivitas, perilaku, pemikiran dan sikap pasangan. Sehingga disini, konflik berguna untuk mempertemukan agar dua pihak saling menyesuaikan diri. Jika istri tidak suka suami merokok, kemudian muncul konflik. Upaya yang dihasilkan adalah apakah suami yang menjadi berhenti merokok, atau istri yang harus membiasakan diri disamping suami ketika sedang merokok. Upaya penyelesaikan konflik ini penting, agar masalah tidak muncul secara berulang-ulang atau dipendam selama bertahun-tahun oleh pasangan.

 

Wajarkah konflik Pasangan dalam pernikahan?

Konflik merupakan konsekuensi atas bersamanya dua orang yang berbeda secara esensi. Suami dan istri secara struktur fisik berbeda. Sehingga berbeda dalam persepsi, pemikiran, latar belakang, cara kerja hormonal, cara mengolah informasi, dan banyak hal lainnya. Sebab lain yang menjadikan konflik dalam pasangan yaitu perbedaan harapan, tingkat kepekaan yang berbeda, perubahan dalam perkawinan, perbedaan cara pandang, dan keinginan untuk dilayani dan dipahami. Hal-hal tersebut menjadikan konflik adalah upaya yang wajar untuk menyikapi perbedaan.

Ditambah dalam berkeluarga, konflik pasangan adalah hal yang mustahil ditiadakan. Pasti terjadi konflik antara suami dan istri. Jadi, konflik pasangan akan wajar jika ada resolusi konflik. Upaya untuk salah satu atau masing-masing menyesuaikan diri terhadap tuntutan dalam konflik.

Baca artikel lainnya, Terapi Keluarga

dan Pentingnya konseling Keluarga

 

Empat Area Konflik dalam Pernikahan

Jika kita kaji lebih jauh, penyebab atau wilayah konflik pernikahan berasal dari 4 area, yaitu:

  1. Adanya informasi yang tidak tersampaikan, atau ada kesalahan penafsiran infomasi yang disampaikan pasangan. Miskomunikasi sering menimbulkan prasangka, atau kesalahpahaman yang menjadikan konflik. Kondisi ini terjadi karena pasangan pendiam, tidak banyak bercerita, kurang percaya, sulit diajak berdiskusi, pertengkaran dan intonasi suara, kesenjangan kecerdasan, intimidasi dan merendahkan, dan melupakan rasa hormat.
  2. Konflik terkait perekonomian. Kerja keras membuat pasangan terlalu sibuk berada di tempat kerja. Pasangan yang beroritentasi ke pekerjaan terlalu besar menjadikan tidak memiliki atensi ke pasangan. Sumber konflik karena perekonomian seperti ketidakmampuan pasangan memenuhi kebutuhan finansial, Kesulitan perekonomian di awal pernikahan, ketidakterbukaan dalam mengambil keputusan pengeluaran keuangan, dan ketidakjujuran jumlah perolehan penghasilan.
  3. Konflik terkait isu seks. Berkaitan dengan Kurangnya informasi mengenai pendidikan seksual, mitos seksualitas, kehadiran anak, stres & kualitas hubungan seksual
  4. Pihak lain terlibat dalam pasangan. Dalam awal-awal pernikahan, tidak bisa dilepaskan dengan keterlibatkan pihak lain seperti mertua, orangtua sendiri, dan keluarga besar lainnya. Khususnya jika pasangan tinggal serumah dengan keluarga besar. Pihak lain seringkali memberikan saran, komentar, menuntut salah satu pasangan yang dapat menyebabkan konflik. Tidak jarang setelah terjadi konflik, anggota keluarga tidak bisa bersikap netral dan menjadikan konflik pasangan semakin berat.

Sembilan Tips Menghadapi Konflik Pasangan

Upaya menghadapi konflik Pasangan

  1. Mengenali kepribadian pasangan

Walaupun kita telah menikah, namun tidak menjamin kita memahami sepenuhnya kepribadian pasangan. Terkadang kita terlalu fokus ke diri sendiri sehingga hanya ingin diperhatikan dan dipenuhi keinginannya. Tetapi kita tidak ada waktu untuk memperhatikan dan memahami pasangan kita. Upaya mengenali kepribadian pasangan akan membuat kita bisa menyikapi hal-hal yang disukai dan tidak disukainnya. Serta bisa memprediksi perilaku dan kebiasaannya.

Cobalah untuk Mencari tahu mengenai sifat, topeng sosial, unfinish bussiness dari masa lalu, cara penyelesaian konflik, harapan yang tersimpan tentang pernikahan, dan pola asuh yang selama ini didapatkan pasangan.

Resolusi konflik dalam mengenali kepribadian pasangan adalah dengan mendengarkan kebutuhan pasangan kemudian mengkomunikasikan dengan tepat apa yang sebenarnya dipikirkan, dirasakan, dan diharapkan.

 

Baca juga, 5 Manfaat Menggunakan Psikotes Online untuk Perusahaan

dan Cara Daftarkan Diri Psikologi Konseling Untuk Individu

 

  1. Pahami apa yang bisa diubah dan tidak bisa diubah dalam diri pasangan

Ada hal-hal yang bisa dan tidak bisa dirubah dalam diri kita, begitu juga dengan pasangan kita. Seperti temperamen yang tidak bisa dirubah, apakah pasangan memiliki energi yang besar, terlalu sensitif, tipe yang meledak-ledak, gampang marah dan gampang melupakan, dan karakteristik temperamen lainnya yang susah dirubah dalam diri seseorang. Ada hal-hal lain yang bisa dirubah seperti kebiasaan, pemikiran, dan perhatian.

Saat menikah, kita perlu menurunkan standar dan meminimalkan harapan terhadap pasangan.

Ketahuilah, emosi, memori, kecerdasan, masa lalu adalah hal yang tidak bisa diubah, reaksi terhadap hal-hal tersebutlah yang mungkin bisa kita ubah/kelola. Dengan fokus ke hal-hal yang bisa diubah dari pasangan, membuat konflik pasangan bisa mendapatkan solusi, ada resolusi konfliknya.

 

  1. Diskusikan dan tetapkan tatanan keluarga dan peran masing-masing

Setiap keluarga memiliki kondisi berbeda yang unik dibandingkan dengan keluarga lainnya. Tetapkan aturan mainnya. Bahaslah dengan pasangan terkait keluarga tersebut berdiri di pijakan seperti apa. Pasangan bisa saling mendiskusikan terkait peran istri mencari nafkah atau tidak perlu dan harus di rumah saja. Apakah suami atau istri ada anggota keluarga lain yang perlu dibiayai. Ada hari-hari tertentu dalam seminggu yang harus berkunjung ke orangtua atau mertua. Misalnya di jam tertentu adalah waktu buat keluarga, pasangan tidak boleh kerja di jam tersebut, dan sebagainya. Samakan persepsi dengan pasangan. Bahkan hal lain terkait jika terjadi konflik pasangan, upaya apa yang perlu dilakukan.

 

  1. Terbukalah terhadap ide dan bahasan mengenai issue seksualitas

Permasalahan seksualitas merupakan kebutuhan biologis sama seperti kebutuhan makan dan minum. Kebutuhan dasar manusia. Jika kebutuhan seksualitas tidak terpenuhi, akan terjadi ketidakseimbangan hormonal dan emosional yang bisa berdampak terhadap kondisi pasangan. Kenyataannya dalam budaya Indonesia, permasalahan seksual termasuk hal tabu di bahas. Menjadikan issue seksualitas sering di repres dan muncul sebagai konflik pasangan. Banyak konseling pasangan yang setelah diberikan masukan oleh konselor untuk memperbaiki kualitas interaksi seksual maka masalah lain dalam pasangan itu selesai.

Issue seksual tidak hanya terbatas pada hubungan badan suami istri. Tetapi lebih luas lagi seperti dominasi suami, fantasi, persepsi dan nilai pasangan terkait gender.

 

  1. Bersiaplah dengan konflik, terbukalah untuk melakukan resolusi konflik

Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa konflik pasangan adalah kepastian dalam berumah tangga. Maka upaya yang diperlukan adalah menyiapkan jika terjadi konflik. Langkah awalnya misal seperti konflik diselesaikan dengan cara apa? Diselesaikan secara sembunyi-sembunyi antara suami istri. Jika masalah terlalu berat, apakah perlu melibatkan anggota keluarga atau mencari konsultan/ konselor pernikahan? Metode resolusi konflik yang digunakan seperti apa?

 

Dalam upaya terbuka melakukan resolusi konflik, dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi respons pertengkaran, pola peyelesaian konflik, dan kemampuan meminta maaf dan memaafkan. Belajar meminta maaf dan membuka lebih besar toleransi atas kesalahan pasangan (yang tidak melenceng jauh dari nilai-nilai yang dianut).

  1. Keterbukaan mengenai kondisi perekonomian

Keterbukaan terkait pemasukan dan pengeluaran. Adanya manajemen terkait keuangan pasangan. Apakah dijadikan satu, atau keuangan dipegang masing-masing. Apakah uang makan menjadi beban suami atau kesepakatan hasil kerja istri? Jika kondisi keuangan sedang defisit, apakah istri bisa membantu suami mencari nafkah atau tidak? Dan sebagainya. Hal-hal terkait finansial dan kebutuhan nafkah lahir perlu didiskusikan secara terbuka dengan pasangan.

 

  1. Kenali respons-respons keluarga besar

Setiap keluarga besar memiliki nilai-nilai yang berbeda. Perlu kita pahami apakah keluarga besar memiliki nilai yang sangat religius, demokratis, ingin terlibat atau tidak ingin terlibat dalam urusan keluarga kita.

Respons-respons keluarga besar berkaitan dengan bagaimana biasanya keluarga besar merespons masalah, sejauh mana mereka akan ikut campur, mempersiapkan diri untuk menjadi jembatan bagi pasangan berkomunikasi kepada keluarga besar.

Aspek budaya juga berpengaruh dalam respon keluarga besar. Jika mertua kita orang Jawa, berbeda sikap dan nilai jika mertua kita orang sunda atau batak.

 

  1. Kenali bahasa cinta pasangan

Setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk mencintai pasangannya dan merasa dicintai oleh pasangannya yang kita sebut sebagai bahasa cinta. Ada lima bahasa cinta yaitu:

  1. Kata-kata yang menguatkan/ pujian
  2. Hadiah/ pemberian
  3. Kebersamaan
  4. Pelayanan
  5. Sentuhan

Kita perlu gali karakteristik pasangan kita. Tipe bahasa cinta mana yang dominan dimiliki oleh pasangan kita. Kadang kita merasa tidak terapresiasi oleh pasangan dan merasa pasangan tidak mencintai kita karena tidak saling mengenal bahasa cinta.

 

  1. Tidak mudah menyerah

Dikarenakan pernikahan adalah aktivitas seumur hidup. Maka upaya resolusi konflik adalah aktivitas yang terus dilakukan seumur hidup.  Semakin lama usia pernikahan terkadang permasalahan semakin kompleks. Teruslah belajar hal-hal baru. Belajar ilmu psikologi, parenting, manajemen keuangan keluarga, tips keluarga harmonis, ikuti forum keilmuan, dan sebagainya.

 

 

Itulah Sembilan Tips Menghadapi Konflik Pasangan. Tentu setiap keluarga mempunyai kondisi yang berbeda dalam menghadapi konflik pasangan.semoga artikel singkat ini bermanfaat untuk membantu menyelesaikan permasalahan konflik pasangan.

 

Baca Juga: Manfaat Utama Psikologi Konseling Secara Ilmiah

dan Positif Talk untuk mental lebih sehat