admin Tidak ada komentar

Teknik Terapi Psikoanalisa.  Konseling psikoanalisa diakui oleh Freud sebagai suatu pendekatan yang hanya tepat untuk kelompok individu tertentu.

Pada waktu psikoanalisa berkembang, gangguan mental dikelompokkan ke dalam dua kategori berdasarkan tingkat keakutannya. Yaitu, psikosis dan neurosis. Model konseling psikoanalisa menawarkan sebuah kerangka konseptual untuk pemahaman sejarah dari para klien dan memberikan sebuah jalan pikiran tentang bagaimana masa lalu mereka mempengaruhi mereka saat ini.

berikut video untuk memudahkan teori-teori Freud yang lainnya

Metode Psikoanalisa

Metode Psikoanalisa dimulai di tahun 1886 ketika Sigmund Freud bekerja sama dengan Burke (tokoh Physician) untuk mendalami kasus-kasus pada klien syaraf. Kemudian Freud membuka praktiknya sendiri. Dalam proses membuka praktik konseling, Freud banyak menangani hysteria pada wanita kalangan menengah atas. Freud mulai mengolah bahwa gejala hysteria bukanlah berkaitan dengan perempuan saja, tetapi laki-laki juga bisa mengalami histeria.

Metode hipnosis yang Freud terapkan membuat klien merasa bebas berbicara dan mengekspresikan emosi yang dimiliki. Metode hipnosis berfungsi sebagai katarsis.

Dalam Psikoanalisa, memahami tingkah laku manusia tidak cukup hanya mengungkap aspek kesadaran saja. Namun justru yang paling penting adalah mengungkap aspek ketidaksadarannya yang terhubung dengan pengalaman masa lalunya. Dengan mengangkat ketidaksadaran ke kesadaran untuk digali sumber masalah dasar atau hal-hal yang belum terselesaikan dan mengganggu kehidupan masa sekarang. Dengan menyelesaikan hal yang menjadi issue di masa lalu, maka akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan klien di masa sekarang.

 

Baca artikel lainnya, Terapi Keluarga

dan Pentingnya konseling Keluarga

 

Aplikasi Teori Psikoanalisa

Metode psikoanalisa memberikan sumbangan dalam bidang pendidikan dan perkembangan mengenai pemahaman pentingnya masa-masa lima tahun awal dalam perkembangan manusia. Masa ini dalam bidang pendidikan dan perkembangan disebut sebagai masa golden age. Pada masa ini, orangtua dan tenaga pendidik perlu sangat penting memperhatikan anak. Karena pada fase ini pertumbuhan anak sangat pesat sehingga kita sebagai orang tua ataupun pengasuh anak bisa membentuk karakter. Pada usia golden age ini 80 persen otak anak bekerja, oleh karena itu orang tua harus bisa mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak. Dalam psikoanalisa, perlakuan dan pendidikan yang diterima pada tahun-tahun awal kehidupan anak menentukan perkembangan kepribadian individu selanjutnya.

Psikoanalisa jua memberikan sumbangan dalam bidang psikoterapi berupa teknik pengobatan terhadap penderita gangguan jiwa dengan metode asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dalam metode psikoanalisa, diperlukan pemahaman adanya mekanisme pertahanan diri dalam diri manusia untuk mengatasi kecemasan-kecemasan yang dialami.

Ketika penanganan terapi psikoanalisa berhasil, maka individu diharapkan bisa menggunakan energi psikis untuk melakukan fungsi-fungsi ego dan mereka berhasil mengembangkan ego yang mencakup pengalaman yang dulunya direpresi. Klien dapat menyalurkan energi-energi ke arah yang lebih sehat dan membantu aktivitas hidup lebih produktif.

 

Teknik Terapi Psikoanalisa: Asosiasi Bebas dan Analisis Mimpi

Baca juga, 5 Manfaat Menggunakan Psikotes Online untuk Perusahaan

dan Cara Daftarkan Diri Psikologi Konseling Untuk Individu

 

Teknik Terapi Psikoanalisa Sigmund Freud

Dalam perjalanan praktik terapinya, Freud mengembangkan beberapa teknik terapi. Metode terapi tersebut sangat bermanfaat dalam proses konseling psikoanalisa. Berikut adalah beberapa teknik Terapi Psikoanalisa Sigmund Freud:

 

  1. Teknik Asosiasi Bebas

Metode asosiasi bebas untuk menggali informasi klien sampai ke alam tidak sadar dengan cara mulai dari ide yang disadari saat ini, menelusurinya melalui serangkaian asosiasi, dan mengikuti kemana ide ini pergi.

Dalam teknik asosiasi bebas, ada transferensi.  Transferensi merupakan pengungkapan isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak masa kanak-kanak dengan memakai terapis sebagai medianya. Transferens atau transference mengacu pada perasaan seksual (libido) atau agresif yang kuat, baik positif maupun negatif. Transferens positif memungkinkan klien menghidupkan/ menghadirkan kembali pengalaman masa kecil mereka dalam sesi terapi psikoanalisa yang tak mengancam. Sedangkan, transferens negatif muncul dalam bentuk kebencian dan perasaan negatif klien yang perlu dikenali oleh terapis. Dalam transferens negatif, klien perlu dijelaskan agar mereka bisa mengatasi resistensi (perlawanan) terhadap penanganan. Resistensi merupakan segala respons tidak sadar yang digunakan oleh klien untuk menghambat kemajuan mereka sendiri selama terapi. Upaya mengendalikan resistensi bisa menjadi sinyal positif karena ini berarti terapi mulai meninggalkan ranah yang superfisial.

Prosedur pada teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara-wawancara pendahuluan oleh terapis. Proses membangun raport dan pengungkapan informasi dari kesadaran. Kemudian klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab dengan kata pertama yang muncul di dalam pikiran. Peranan terapis pada teknik asosiasi bebas bersifat pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bila klien kehabisan kata-kata.

Ketika dalam tahapan asosiasi bebas, terapis tidak melakukan interupsi bila klien sedang berbicara.  Dengan melaporkan segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan. Klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh gangguan dari luar, terapis perlu membuat kondusif ruangan konseling. Dalam kondisi yang paling nyaman menurut klien. Klien diminta untuk berbaring di atas dipan dalam ruangan yang tenang. Posisi terapis duduk berada di belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian klien ketika berbicara, yaitu pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.

 

  1. Analisis Mimpi

Metode ini untuk menafsirkan mimpi berdasarkan simbol-simbol yang keluar dari mimpi klien. Simbol dalam mimpi tidak bisa diterjemahkan langsung tetapi perlu dilihat manifest content dan latent contentnya. Psikolog perlu menyadari manifest content pada mimpi klien menjadi latent content yang lebih penting. Manifest content dari mimpi merupakan makna mimpi pada permukaan atau deskripsi sadar yang disampaikan oleh orang yang bermimpi. Sedangkan, latent content merupakan hal-hal yang tak disadari.

Dalam teori psikoanalisa Freud, ada asumsi dasar dari analisis mimpi yaitu “hampir semua mimpi merupakan upaya pemenuhan keinginan (wish fulfillments)”. Bahwa mimpi merupakan upaya pemenuhan keinginan, yang dapat muncul dalam bentuk simbol-simbol yang bisa jadi berbeda.

Mimpi dapat ditafsirkan tidak muncul pada klien-klien yang mengalami pengalaman traumatis. Pada orang dengan pengalaman traumatis, mimpi muncul mengikuti prinsip kompulsi repetisi dibandingkan memenuhi keinginan. Mimpi-mimpi seperti ini lazim didapati pada orang-orang yang mengalami kelainan stres pasca trauma yang berulang kali memimpikan pengalaman yang menakutkan atau traumatis (Freud, 1920/1955a, 1933/1964). Menurut Freud, mimpi dibentuk di alam tidak sadar. Materi-materi psikis tidak sadar perlu bersembunyi dalam selubung penyamaran. Selubung ini bekerja dengan dua dasar yaitu kondensasi dan pengalihan.

Kondensasi mengacu pada kenyataan bahwa muatan manifes mimpi tidaklah seluas muatan pada tingkat laten, yang menyiratkan bahwa materi tidak sadar diringkas atau dikondensasikan sebelum muncul tingkah laku manifes. Sedangkan pengalihan berarti gambaran mimpi digantikan oleh gagasan lain yang tidak ada kaitannya (Freud, 1900/1953).

Kondensasi dan pengalihan muatan ini berlangsung menggunakan simbol. Gambaran-gambaran tertentu dipresentasikan secara universal oleh figur-figur yang tampaknya tak berbahaya.

 

Tujuan dan Fungsi Terapi Psikoanalisa

Corey (2009:69) secara umum menjelaskan bahwa ada dua tujuan terapi psikoanalisa Freudian yaitu menyadarkan alam bawah sadar dan memperkuat ego. Fungsi dan Peran psikolog atau terapis adalah menganalisis keterangan-keterangan yang diberikan oleh klien tentang masa lalunya.

 

Baca Juga: Manfaat Utama Psikologi Konseling Secara Ilmiah

dan Positif Talk untuk mental lebih sehat

 

Slip of Tongue dalam Freudian

Slip of Tongue juga disebut sebagai parapraxes atau untuk menyebut apa yang kini banyak dikenal sebagai “keliru ucap ala Freud”/ Freudian slips. Orang yang berbicara dan mengalami salah ucap juga bisa dimaknai dalam psikoanalisa. Gejala slip of tongue meliputi salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan objek, dan tiba-tiba lupa.

Menurut Freud Freudian slip memiliki makna:

“Kekeliruan ini bukanlah sekadar kebetulan, tetapi tindakan mental yang serius; mereka masuk akal; mereka muncul dari tindakan-tindakan lain yang sejalan atau tepatnya, tindakan yang sama-sama saling bertentangan dari dua tujuan yang berbeda” (Freud, 1917/1963, hlm. 44)

Slip of tongue yang tak disadari ini memiliki konsep serupa seperti mimpi. Keduanya sama-sama hasil dari alam bawah sadar dan alam tidak sadar yang terangkat naik ke permukaan dan muncul dalam bentuk- bentuk yang terlihat. Salah ucap muncul dari ketidaksadaran yang begitu dominan sehingga mengganggu dan menggantikan tujuan yang ada di alam sadar.

 

Kritik terhadap teknik terapi Freud

Sebagai aliran psikologi yang besar, teori psikoanalisa freud juga mendapatkan sejumlah kritikan, diantaranya Freud (1933/1964) mencatat adanya sejumlah keterbatasan dari penanganan psikoanalisis.

  1. Metode yang digunakan oleh Freud dapat diyakini dan bisa digunakan dengan hasil yang bagus, tetapi tidak mudah dibuktikan dengan pendekatan keilmuan.
  2. Teknik psikoanalisa terkadang merendahkan martabat manusia meskipun tidak selalu disadari dengan baik. Memandang manusia dari instink-instink hewani, ketidaksadaran yang berisi pengalaman-pengalaman negatif.
  3. Konsep psikoanalisa terlalu menekankan pada masa lalu sehingga seolah olah tanggung jawab individu menjadi berkurang meskipun maksudnya tidak demikian. Mengesampingkan konsep aktualisasi diri manusia.
  4. Perilaku seseorang ditentukan oleh energi psikis yang didominasi oleh energi seksual merupakan teori kurang etis secara budaya disampaikan ke masyarakat.
  5. Efisiensi waktu dan biaya yang kurang baik jika teori psikoanalisis di terapkan. Hal ini karena terapis butuh effort yang besar untuk menggali informasi per klien. Juga dikarenakan untuk mengali masa lalu dan membantu pasien menemukan kemampuan dirinya tidaklah cukup dengan hanya satu atau dua kali pertemuan saja. Bisa berkali-kali sesi.
  6. Klien bisa merasa bosan di tengah sesi terapi. Klien juga bisa merasa kelelahan dan tentu saja membutuhkan biaya yang cukup mahal.

————

Demikian artikel singkat tentang Teknik Terapi Psikoanalisa. Menjelaskan tentang Metode Psikoanalisa yang digunakan, teknik terapi psikoanalisa, tujuan dan fungsi terapi psikoanalisa, slip of tongue dalam Freudian, dan kritik terhadap teknik terapi Freud. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah informasi tentang teori psikoanalisa.

Silahkan follow sosial media instagram Deepa Psikologi untuk mendapatkan informasi terbaru terkait layanan dari Deepa Psikologi

Silahkan follow sosial media instagram Deepa Psikologi untuk mendapatkan informasi terbaru terkait layanan dari Deepa Psikologi