Deepapsikologi.com — Keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Kita dibesarkan dari keluarga. Dan masing-masing dari kita diharapkan dapat membangun keluarga yang baik, yang sehat. Bekerja mencari nafkah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sehingga, dengan bekerja yang baik akan mendapati keluarganya tercukupi kebutuhannya. Bisa mendapatkan keluarga yang mapan finansial. Tetapi, yang patut kita perhatikan tidak hanya fisik dari keluarga seperti sandang, pangan, dan papan. Ada hal yang tidak kalah penting, yaitu kebahagiaan dan ketenangan anggota keluarga. Tidak ada konflik yang besar dan lama, hubungan harmonis. Dapat menjadikan rumah sebagai tempat melepas penat dan beban hidup. Itulah harapannya.
Namun, kenyataannya.. banyak permasalahan terjadi di keluarga. Ada konflik berkepanjangan. Banyak terjadi perceraian. Korban dari konflik keluarga adalah pihak yang paling lemah, yaitu anak-anak. Sehingga, jika kita ingin mempunyai anak yang kuat mental, fisik dan psikologisnya. Perlu kita didik dengan cara yang benar. Kita perlu melakukan proses evaluasi diri. Sudah tepatkah kita dalam mendidik anak? Berikut cara cek pola asuh kita kepada anak di rumah…
- Bagaimana cara kita menegur perilaku anak yang menurut kita salah?
- Menanamkan nilai seperti apa pada anak-anak kita?
- Bagaimana cara kita merespons pertanyaan anak?
- Bagaimana cara kita menyelesaikan konflik dengan anak kita?
Tipe pengasuhan Anak dan jenis mana yang paling baik
Bicara tentang pengasuhan perlu kita ketahui ada beberapa jenis pola asuh. Berikut adalah tipe-tipe pola asuh:
- Pola asuh Otoriter. Pola asuh jenis ini, ada unsur memaksa pada anak untuk mengikuti kehendak orang tua. Aturan yang diterapkan di rumah harus dipatuhi.
- Demokratis: Pola asuh demokratis, adalah pola asuh yang menghargai kepentingan anak, tapi juga memberi rambu mana boleh dan mana tidak boleh.Pola asuh demokratias, biasanya membuat orang tua terjebak dalam hal kompromi. Anak yang biasa menyampaikan pendapat, relatif mudah minta toleransi atas kesalahan dengan argumen versi anak.
- Pola asuh Permisif. Semua dilonggarkan nyaris tidak ada aturan. Orang tua tidak menerapkan batasan, cenderung memberi kebebasan anak mengerjakan apapun semaunya.
Dari ketiga pola pengasuhan ini. Manakah yang paling baik? Sebenarnya tidak bisa dibilang pola asuh permisif lebih baik dari otoriter, atau sebaliknya. Juga demokratis lebih baik dari otoriter. Pola asuh yang baik adalah kombinasi dari ketiga pola asuh di atas. Disesuaikan dengan situasi dan waktu yang tepat. Jika dalam kondisi yang wajar, demokratis bisa dibilang adalah pola asuh yang lebih baik. Tetapi tidak baik juga jika demokratis dilakukan sepanjang waktu. Ada saat kita sebagai orangtua, melakukan pengasuhan tipe permisif, dan tipe otoriter.
Misalnya, ketika anak kita yang masih kecil ketahuan mengakses situs porno. Tidak bisa kita bersifat demokratis dan permisif. Kita perlu menggunakan segala kekuasaan kita sebagai orangtua untuk mengatur anak agar tidak melakukan hal tersebut lagi. Perlu ketegasan, aturan perlu diberikan tanpa ada secuil pun negosiasi. Pelanggaran aturan disertai dengan sanksi.
Bagaimana sih pengasuhan yang tepat?
Ada peribahasa yang berbunyi:
“Berikan aku seekor ikan, maka aku akan kenyang hari itu;
Ajari aku cara memancing, maka aku akan kenyang seumur hidup”
Pengasuhan yang sehat berarti memahami kapan memberi dan kapan tidak memberi, kapan menolong dan kapan mendorong agar mandiri. Orangtua dapat memberikan ketiga pola pengasuhan yang kami sebutkan di atas, secara tepat waktu dan situasi. Juga berlaku dengan pertolongan dan pemberian kepada anak. Menyesuaikan situasi kondisi dan waktu yang tepat. Berikut adalah contohnya:
- Orang tua memberikan ekspresi cinta kasih ketika bermain dengan anak
- Orang tua memperlihatkan penerimaan kepada anak mereka
- Bukan berarti selalu mengijinkan mereka untuk melakukan semua hal, tetapi anak-anak memahami bahwa mereka berarti bagi orang tua mereka
- Anak-anak diterima tanpa syarat, dengan segala keunikannya dan kemampuan yang dimilikinya
- Fleksibel dan memahami dengan tepat kapan menerapkan tiga jenis pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif)
Namun, hal tersebut hanya bisa dilakukan bila diri kita berada dalam kondisi perasaan yang stabil.
Perasaan yang stabil akan membuat kita dapat berpikir jernih dan mengambil tindakan secara tepat dan efektif. Jangan menghukum anak jika kondisi kita sedang marah. Jika kita sedang marah, dan kita menghukum anak. Seringkali yang keluar adalah ucapan dan perilaku yang berlebihan. Jika ucapan, yang keluar adalah ucapan kasar ke anak, dan jika perilaku bisa bentuk kekerasan fisik.
Artikel terkait: Kelas Parenting
Konseling pengasuhan anak — butuh ilmu agar bisa menjadi orangtua yang baik bagi anak
Bagaimana kita bisa lebih stabil emosi dalam menghadapi anak
Ada tips dari kami terkait membentuk perasaan yang lebih stabil dalam bersikap kepada anak. Berikut adalah upaya yang perlu kita lakukan:
- Menyadari bahwa kita mungkin belum dewasa
- Akui bahwa kita masih perlu banyak belajar untuk jadi (tambah) dewasa
- Membuka diri dengan pengalaman baru
- Bersedia untuk belajar
Perasaan yang lebih stabil ini akan membuat kita bersikap wajar dalam menghadapi anak. Tidak meledak-ledak. Tidak menghukum anak berlebihan. Bisa bersikap dengan kepala dingin, memberikan otak kemampuan berpikir dalam bersikap. Agar dapat memberikan pengasuhan yang tepat walaupun kita sedang dalam kondisi marah. Kemarahan yang perlu diredakan dahulu. Berikut ada lima langkah membuat perasaan lebih stabil:
- Asah kecerdasan intrapersonal: Ngobrol dengan diri sendiri tentang apa yang sedang dirasakan, dipikirkan, dan diinginkan…
- Peluk dan dengarkan
- Letakkan tangan di pundak, dan bilang “gak apa-apa”
- Katakan pada diri kita bahwa semua akan baik-baik saja
- Dengarkan hati kita yang sedang berbicara
- Jangan abaikan, tapi hormati dan hargai setiap perasaan yang muncul
Seringkali kita bicara:
- Aku gak boleh marah
- Gak sopan, membenci seseorang
- Aku bukan iri
- Kenapa sih harus punya perasaan negative?
- Harus positif, harus positif à tapi malah gak pernah bisa positif J
Ganti dengan:
- Betul, aku sedang marah
- Adakalanya mereka tidak memahami aku, dan rasanya ini tidak nyaman
- Aku iri, karena aku ingin lebih baik
- Ok, ini memang kondisi emosi lagi gak stabil
- Mengapresiasi dan menyayangi diri sendiri
- Hebat sudah beradaptasi menjadi ibu
- Keren sudah bisa multitasking
- Mantul! Sudah belajar
- Ucapkan terima kasih pada diri sendiri
- Terima kasih karena telah berjuang sejauh ini
- Mengucapkan terima kasih karena telah kuat
- Terima kasih karena telah tersenyum hari ini
- Terima kasih karena telah menjadi ibu/ayah yang baik
Deepa Psikologi Memberikan Layanan Konseling Pengasuhan Anak Bagi Orangtua
Mengingat bahwa keluarga merupakan titik pusat dimana kesehatan mental dibangun. Maka, kami sebagai biro psikologi sadar bahwa konseling perlu diaplikasikan dalam konseling pengasuhan. Deepa psikologi memberikan layanan konseling pasangan, konseling pranikah, dan konseling hubungan orangtua dan anak. Untuk membantu proses konseling dan psikoterapi, jika membutuhkan data interaksi keluarga. Kami ada beberapa tes psikologi, seperti tes kepribadian dan tes relasi keluarga. Terkadang, dalam menghadapi konflik rumah tangga, dibutuhkan penengah yang netral. Bukan anggota keluarga yang cenderung memihak dan menyalahkan pihak lainnya. pihak netral dan terlatih dalam menangani konflik pasangan diantaranya adalah psikolog. Anda bisa mendatangi biro psikologi di daerah Anda. Untuk membantu menyelesaikan permasalahan keluarga atau masalah konseling pengasuhan anak. Jika lokasi Anda dekat dengan tempat kami, bisa datang ke tempat kami di Karawang. Jika Anda, membutuhkan layanan konseling online. Bisa menghubungi tim kami. Semoga biro psikologi Deepa bisa menjadi salah satu alternatif Anda untuk mendapatkan layanan psikologi kebutuhan keluarga.