Psikologi Keluarga – Permasalahan keluarga menyumbangkan sebagian besar permasalahan gangguan mental pada anak yang kemudian dibawa anak sampai mereka dewasa. Orang yang tumbuh dalam lingkungan keluarga bermasalah akan cenderung mengalami gangguan psikologi dan memiliki kepribadian yang rapuh. Mereka yang tumbuh dalam keluarga yang bermasalahan cenderung pesimistis memandang dunia, tidak tahan stres, gampang depresi, dan memiliki kecemasan yang tinggi. Orang yang bermasalah karena tumbuh dalam keluarga toxic memiliki kecenderungan membesarkan anaknya secara toxic juga. Akibatnya anak tersebut menjadi pribadi yang toxic juga ketika dewasa. Begitu seterusnya sampai melahirkan keturunan-keturunan bermasalah secara psikologis. Kecuali rantai setan dampak toxic parent bisa diputus dengan pembelajaran dan insigt dari orangtua dan anak.
Disinilah pentingnya pendidikan psikologi keluarga dimana akan membangun generasi yang sehat mental. Pendidikan parenting menjadi hal yang paling penting mengatasi sebagian besar permasalahan yang berhubungan dengan tujuan kesehatan mental seseorang. Pola asuh yang tepat akan menghadirkan anak tumbuh dengan kepribadian yang sehat. Sebaliknya, Pola asuh yang tidak tepat akan menghadirkan anak tumbuh dengan kepribadian yang rapuh. Toxic parent adalah orangtua yang tidak memiliki kematangan emosional yang cukup untuk berperan sebagai orang tua sehingga memberikan pola asuh yang buruk terhadap anak. Toxic parent tidak mampu membangun interaksi hangat, bahkan mungkin menarik diri dari kedekatan emosional terhadap keluarga terutama anak-anak.
Permasalahannya, pola asuh yang tidak baik merupakan hal yang tidak disadari oleh sebagian besar orangtua kepada anaknya. Orangtua tidak sadar bahwa perilaku ke anaknya justru akan membuat anak menjadi rapuh secara psikologis. Disinilah pentingnya pendidikan psikologi keluarga untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
Bagaimana Toxic Parent Berdampak Negatif pada Tumbuh Kembang Anak?
Seperti dijelaskan di atas, toxic parent berdampak pada perilaku yang sering muncul pada anak-anak yang telah dewasa. Berikut adalah beberapa perilaku yang muncul pada anak dalam pengasuhan toxic parent:
- Memiliki kecemasan tinggi, perasaan ketakutan dan tidak aman yang sangat besar terhadap lingkungan,
- Merasa kesepian dan tidak ada yang memahami dan mengerti dirinya
- Sering bersikap tidak konsisten, kesulitan membangun prinsip dan nilai hidup
- Dorongan agresif keluar, ingin menentang aturan sosial, melawan figur dominan.
- Mengembangkan pertahanan diri yang sangat kuat sehingga menutupi diri mereka yang sesungguhnya/tidak mengenal diri sendiri.
- Kesulitan mengekspresikan emosi, respon emosi terkadang tidak sesuai dengan stimulus yang diberikan.
- Tidak memiliki tujuan pribadi yang jelas. Tujuan mereka seringkali untuk membahagiakan orangtua mereka
- Merasa tidak bisa membangun kedekatan emosioal dengan orang lain.
- Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial
- Kesulitan berempati dan memberikan kasih sayang yang tepat kepada orang lain
- Terlalu patuh atau sebaliknya, menjadi sangat memberontak kepada orang lain.
- Memiliki ketergantungan yang kuat pada orang selain dirinya
- Selalu menyalahkan orangtua ketika bertemu dengan masalah-masalah dalam hidup
- Dalam level yang lebih berat adalah munculnya gangguan kecemasan, gangguan fisik, dan depresi.
Berikut video dokumentasi toxic parent
Pembelajaran Psikologi Keluarga Tentang Menyikapi Orangtua Toxic
Berikut adalah beberapa tips umum dalam menyikapi toxic parent:
-
Perlunya memahami mengapa mereka menjadi Toxic Parent.
Dengan memahami penyebab orangtua menjadi toxic, maka akan membuat kita menjadi toleran dan menerima kondisi orangtua kita yang bermasalahan. Penerimaan kita akan membuat diri kita lebih sehat mental. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab orangtua menjadi toxic, diantaranya yaitu karena :
- Memiliki masalah emosional yang tidak selesai waktu kecil
- Kakek dan nenek yang mengasuh dengan cara yang salah (perilaku toxic parent oleh kakek dan nenek)
- Mengalami kekerasan selama masa kecil
- Memiliki perasaan kesepian yang besar
- Peristiwa traumatik pada orangtua ketika mereka kecil
Silahkan baca artikel kami lainnya, tes psikologi online
-
Menanamkan nilai diri agar tidak meletakkan kebahagiaan kita pada kebahagiaan orang tua
Hal ini karena setiap orang pada dasarnya bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri termasuk kebahagiaan pribadinya. Ada perbedaan antara berbakti, menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Ketiga kata tersebut sangat jauh perbedaannya. Kebahagiaan itu sifatnya sangat personal. Sebagai anak bisa memberikan segalanya ke orangtua, bisa berbakti secara maksimal. Tetapi belum tentu orangtua akan bahagia. Karena kebahagiaan tergantung dari sudut pandang orangtua melihat masalah dan sesuatu, tergantung besarnya keinginan orangtua merasa cukup.
Kita sebagai anak perlu mengenali diri termasuk kebutuhan, keinginan, dan kemampuan yang dimiliki. Buatlah tujuan hidup pribadi. Karena kita sebagai manusia bebas, memiliki kehidupan dan masa depannya sendiri. Sadari dengan kehidupan kita yang lebih baik akan melahirkan keturunan dari diri kita dengan kehidupan yang lebih baik juga. Bersikaplah fleksibel bila tujuan hidup tersebut perlu diubah karena kondisi keluarga yang tidak mendukung.
-
Membangun Nilai-nilai baru tentang orang tua.
Nilai yang kita bangun agar membuat kita tidak selalu berpikir negatif kepada orangtua. Kita perlu melepaskan beberapa nilai mengenai orang tua, seperti
- Semua orang tua mencintai anak-anak mereka.
- Orang tuamu akan mencintaimu apa pun yang terjadi.
- Orangtua akan selalu ada
- Orang tua adalah satu-satunya orang yang bisa dipercayai.
- Kita bisa memberi tahu orang tua mengenai apa saja.
- Kita selalu bisa kembali ke rumah.
- Orang tua kita selalu tahu yang terbaik untuk diri kita.
- Orang tua kita tahu lebih banyak daripada diri kita sendiri.
Semakin kita punya nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh orangtua. Jika nilai tersebut tidak dilakukan oleh orangtua akan membuat kita semakin menderita dan semakin memusuhi orangtua. Semakin sedikit pengharapan dan keinginan terkait apa yang harus orangtua berikan ke kita, hal tersebut akan membuat kita semakin ‘sehat’. Berhentilah banyak berharap ke orangtua.
-
Berkenalan dengan coping stress yang efektif
Saat berhadapan dengan toxic parent, anak umumnya akan memunculkan dua jenis coping stres. Yaitu,
- Internalizing coping style, penyelesaian masalah oleh diri sendiri
- Externalizing coping style, mengharapkan penyelesaian masalah dibantu oleh orang lain
Dengan belajar untuk mengembangkan diri, meningkatkan kompetensi akan memberikan kesempatan kepada diri menyalurkan energi ke hal positif. Menyibukkan ke aktivitas yang lebih baik daripada selalu memikirkan kondisi orangtua. Keterampilan yang perlu kita kuasai seperti manajemen stres, belajar sabar, berkontribusi positif di pekerjaan, lingungan masyarakat, dan kegiatan kerohanian. Keterampilan yang terus kita pelajari dan asah akan membantu kita memiliki fokus hidup yang lebih baik dan tidak terus menerus berkubang dalam masalah toxic parent.
Silahkan baca artikel kami lainnya, jasa psikotes online
dan jasa psikotes
-
Bersikap asertif
Kita tidak perlu memaksakan diri kita untuk bicara dengan orangtua ketika mereka sedang berlaku tidak baik pada kita. Perjelaslah & tentukanlah, mana yang merupakan tanggung jawab kita dan mana yang bukan. Konflik antara ayah dan ibu kita bisa jadi bukan urusan kita. Memang kesannya agak kejam. Tetapi, orangtua juga perlu belajar memanajemen konflik antara ayah dan ibu. Kami sering melihat dalam kasus konseling, bahwa konflik suami istri yang berasal dari permasalahan seksual sampai harus berdampak kepada anak-anak mereka.
-
Hargai dan cintai diri kita sendiri
Percayalah bawa diri kita berharga dan patut mendapatkan kondisi hidup yang lebih baik. Anda bisa “take your time”, dan mengambil jarak kepada orangtua yang toxic bila memang diperlukan. Latihan pernafasan untuk menenangkan diri. Setelah merasa lebih stabil, baru lakukan kembali aktifitas terutama interaksi dengan orang tua.
Demikian adalah artikel singkat kami tentang psikologi keluarga: dampak toxic parent pada perkembangan kepribadian anak. Semoga kita bisa belajar menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak kita. Dan bagaimana kita bisa berbakti dan berinteraksi kepada orangtua, tetapi tidak mengganggu kesehatan mental kita.
Silahkan baca artikel kami lainnya, jasa psikologi
dan biro psikologi