Toxic Relationship — Menjalin hubungan dengan orang lain artinya siap menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki satu sama lain dan menjalani masa “up and down” secara bersama-sama. Saling menyayangi, saling memberi, saling menguatkan dan saling melengkapi satu sama lain atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Namun, jika kata saling telah hilang, merasa berjuang sendirian dan bahkan merasa dirugikan oleh pasangan, apakah hubungan ini masih bisa dikatakan hubungan yang menghubungkan? Hubungan yang lebih banyak memberikan kesedihan daripada kebahagiaan, merasa takut bukan merasa aman bahkan hubungan yang dibalut oleh kemarahan dan kekerasan sehingga menjadikanmu berada dalam toxic relationship.
TOXIC RELATIONSHIP : Ketika Hubungan Tak lagi Menghubungkan
Baca artikel terkait, toxic relationship
Apa sih toxic relationship?
Seberapa membahayakan toxic relationship itu? Here we go…!! Yuk, kenali kualitas hubungan hubunganmu dengan pasangan sebelum terjebak ke dalam toxic relationship!
Toxic relationship merupakan hubungan yang ditandai dengan sering muncul perilaku bersifat emosional dan melukai pasangan secara fisik. Dimana hubungan yang sehat memberikan kontribusi yang baik terhadap harga diri pasangan dan memberikan emotional energy yang baik, sedangkan toxic relationship akan melukai harga diri dan menguras energi.
Jika ada toxic relationship, maka ada juga healthy relationship yang bisa kita sebut hubungan yang sehat. Apa sih bedanya hubungan toxic dengan hubungan yang sehat? Hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling peduli satu sama lain, saling menghargai, saling menyayangi dan memberikan kesejahteraan terhadap pasangan. Saling menjaga, membuat keputusan bersama, dan membahagiakan satu sama lain. Hubungan yang sehat merupakan hubungan yang memiliki rasa aman, dimana kita bisa menjadi diri kita apa adanya tanpa rasa takut, tempat dimana kita merasa nyaman dan aman. Sedangkan toxic relationship bukanlah tempat yang aman. Toxic relationship ditandai dengan adanya perasaan tidak aman, keterpusatan diri, dominasi dan kontrol satu pihak.
Pasangan yang menjadi pelaku toxic atau kita sebut Toxic Partner akan melakukan pengontrolan yang berlebihan kepada pasangan dan memunculkan perliaku manipulatif dalam keseharian sehingga sewaktu-waktu ia dapat berperilaku baik dan di waktu lain ia akan berperilaku sebaliknya.
Pada prinsipnya, pelaku toxic akan berperilaku dengan alasan ia harus mengendalikan pasangan, memberikan intervensi dan harus mendominasi dalam sebuah hubungan. Sehingga dalam hubungan toxic akan ada satu pihak yang mengendalikan dan tidak akan saling berbagi kekuatan. Pasangan yang terjebak dalam toxic relationship akan menjalankan hubungan dengan penuh resiko dan rentan mengalami perilaku-perilaku negatif yang berdampak buruk terhadap kesahatan fisik ataupun psikologis.
Karakteristik Toxic Partner
Jika kita kenali lebih dalam, Toxic Partner memiliki banyak jenis karakteristik yang berbeda-beda, diantaranya adalah sebagai berikut :
-
Suka merendahkan/meremehkan
Individu dengan jenis toxic ini akan meremehkanmu secara terus menerus. Dia akan menganggap konyol dan bodoh semua pendapatmu ataupun keinginanmu. Individu dengan toxic ini tidak akan ragu untuk meremehkanmu didepan banyak orang, didepan teman-temanu atau keluargamu sekalipun. Tujuannya adalah untuk menurunkan harga dirimu serendah-rendahnya dengan demikian kamu tidak akan bisa untuk menentangnya dalam mengendalikan hubungan.
-
Tempramental
Seringkali banyak terjadi, orang-orang yang menyerah menghadapi pasangannya karena tempramental yang dimunculkan dari pasangan. Mereka tidak ingin berinteraksi dengan pasangannya selama berhari-hari bahkan tak jarang mereka melukai pasangan dengan alasan yang tidak masuk akal.
Seringkali individu dengan toxic jenis ini sulit diprediksi dan memiliki kemarahan yang ekstrim. Pasangan mereka seringkali menggambarkannya seperti “berjalan diatas cangkang telur”, tidak akan pernah mengetahui kapan mereka akan memunculkan amarahnya. Sehingga pasangan perlu waspada atas ketidaktahuan dalam memprediksi kapan kemarahan akan meledak yang akan menyebabkan korban terganggu secara emosi dan kesehatan fisik. Di sisi lain, dia juga seringkali terlihat menyenangkan, mudah bergaul dan disukai banyak orang. Sehingga pasangan akan semakin merasa sulit meninggalkan toxic partner dengan jenis ini.
Silahkan baca artikel lainnya, biro psikologi
dan jasa psikotes online
-
Mendorong rasa bersalah pasangan
Sebuah hubungan yang mengalami toxic tentu tidak hanya mengenai dua orang individu yang memiliki komitmen dalam menjalani hubungan, tetapi juga bisa terjadi antara teman atau orang tua dan anak dewasa mereka. Individu dengan jenis toxic ini, mereka akan mendorong dirimu pada rasa bersalah saat melakukan hal-hal yang tidak disukainya. Tak jarang mereka meminta orang lain untuk menyampaikan perasaan kecewa mereka terhadapmu. Sebagai contoh seorang ayah yang menyampaikan seberapa besar rasa kecewa ibumu terhadapmu.
Mereka tidak hanya mengendalikanmu untuk merasakan perasaan bersalah, tetapi mereka juga berupaya untuk menghapuskan rasa bersalah yang dirsakan setelah kamu mampu melakukan apa yang mereka inginkan. Untuk individu yang rentan terhadap perasaan bersalah dapat berpotensi adiktif, sehingga mereka memiliki kontrol yang yang sangat kuat terhadap dirimu. Pada umumnya dorongan rasa bersalah adalah hal yang sering dilakukan dalam melakukan kontrol orang tua terhadap anak dewasa.
-
Menuntut kebahagiaan dari pasangan
Jika kamu berhadapan dengan Toxic Partner jenis ini, kamu perlu menemukan cara untuk mengurus ketidakbahagiaan mereka, perasaan terluka, atau kemarahan yang mereka rasakan. Kamu juga harus menghibur mereka, bukan mendapatkan kenyamanan diri sendiri. Dan bahkan lebih buruk lagi, kamu akan dibuat merasa buruk tentang dirimu yang “begitu egois” karena banyak membuat pasanganmu merasa marah terhadapmu. Selain itu, kamu juga akan merasa bahagia jika berhasil membuat pasanganmu bahagia tanpa memedulikan apa yang telah kamu lakukan ataupun yang kamu korbankan demi kebahagiaan yang dia rasakan.
-
Suka bergantung
Salah satu metode kontrol adalah menjadi begitu pasif sehingga kamu harus membuat sebagian besar keputusan untuk mereka. Toxic partner ini, menginginkan kamu yang membuat hampir setiap keputusan untuk mereka seperti pergi kemana, makan apa, dan membeli apa. Toxic partner jenis ini mengingkan pasangannya yang bertanggung jawab terhadap semua hasil keputusan yang diambil sehingga dia tidak akan disalahkan oleh pasangan karena kesalahannya dalam memutuskan. Dan, tentu saja, kamu akan tahu kapan kamu telah membuat keputusan yang “salah” karena toxic partner akan berperilaku agresif seperti cemberut atau tidak berbicara denganmu karena kamu memilih film atau restoran yang tidak mereka sukai.
Pasangan yang pasif dapat menjadi sarana yang sangat kuat untuk melakukan kontrol. Jika kamu terlibat dalam hubungan dengan pengontrol pasif, kamu mungkin akan mengalami kecemasan dan/atau kelelahan secara terus menerus, seperti kamu khawatir tentang efek keputusan yang diberikan dan dipaksa harus membuat hampir setiap keputusan.
-
Acuh dan menuntut kebebasan
Prinsip toxic partner dengan jenis ini adalah “Saya tidak akan membiarkan siapa pun mengendalikan saya”. Individu toxic ini akan jarang menjaga komitmennya. Sebenarnya, yang individu ini lakukan adalah mengendalikanmu dengan membuat kamu tidak yakin tentang apa yang akan dia lakukan. Dia akan sering membuat janji tanpa ditepati dengan tujuan membuatmu tidak percaya pada janji-janji yang dibuat. Dengan demikian, dia bisa melakukan apa saja yang dia ingingkan tanpa banyak berurusan dengan pasangannya.
Selain itu, yang lebih menyedihkan adalah bahwa jenis toxic ini tidak membuat dirimu merasa nyaman dan aman dalam hubunganmu. Bukan hanya perilakunya yang labil, kamu tidak pernah yakin bahwa kamu menjadi prioritas dalam hidupnya, sehingga kamu akan sering meminta kepastian darinya dengan menanyakan soal keseriusannya terhadapmu, komitmen untuk melanjutkan ke hubungan pernikahan, dll. Tanggapannya, dia hanya mengabaikan dan membuatmu semakin merasa penasaran. Kamu akan merasakan kecemasan baik sering ataupun tidak dalam menjalankan hubungan tersebut dan akan mengganggu kesehatan emosional dan fisik kamu sebagai pasangannya.
-
Memanfaatkan pasangan
Individu ini pada awal hubungan tampaknya sangat baik, sopan, dan menyenangkan selama mereka mendapatkan semua yang mereka inginkan dari dirimu. Dalam hubungan ini kamu akan berakhir dengan tidak pernah membuatnya merasa cukup. Dia akan menghabiskan banyak waktu, energi bahkan uangmu. Mereka akan meninggalkanmu jika menemukan yang lebih baik dari dirimu.
Sebenarnya, Toxic partner jenis ini sangat mahir sesekali melakukan hal-hal kecil untukmu, biasanya memberikan uang dengan nominal yang tidak terlalu banyak. Berhati-hatilah: dia tidak memberimu hadiah, dia telah memberikanmu kewajiban untuk membalasnya dengan lebih. Jika kamu berhenti melakukan sesuatu yang dia inginkan, dia akan mendorongmu untuk merasakan rasa bersalah. Dalam menjalankan hubungan ini, kamu tidak akan mendapatkan investasi untuk dirimu melainkan memberi banyak investasi kepada pasangan.
-
Posesif
Tipe individu toxic ini adalah toxic partner yang paling membahayakan. Dalam sesaat, individu yang posesif akan memunculkan perilaku baik-baik saja dalam hubungan pernikahan atau hubungan berkomitmen tetapi jangan mudah terpengaruh oleh hal sesaat.
Seiring berjalannya waktu, Individu posesif ini akan menjadi lebih curiga dan mengendalikanmu. Mereka akan memastikan kamu tidak pergi ke suatu tempat yang tidak mereka inginkan, mereka akan menginterogasimu jika kamu harus pulang terlambat dari tempat kerja, Singkatnya mereka akan membuat hidupmu sengsara. Seiring waktu mereka akan bekerja keras untuk menghilangkan hubungan yang kamu miliki dengan teman, dan bahkan dengan keluarga. Mereka tidak melihat diri mereka adalah bagian dari hubunganmu; mereka melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang memilikimu seutuhnya. Upaya kamu untuk meyakinkan orang posesif tentang kesetiaan dan komitmen akan berbuah sia-sia. Jika kamu berada dalam hubungan ini, kamu akan akan merasa terisolasi secara sosial dan penuh tekanan.
So, jenis-jenis toxic partner menerikan bukan? Be careful and be safe! Berhati-hatilah dalam memilih pasangan dan menjalin hubungan. Pastikan kamu tidak terjebak dalam toxic relationship dan menjalin hubungan dengan toxic partner J
Silahkan baca artikel lainnya, jasa psikologi
dan konsultan psikologi
ditulis oleh : Chairunnisa, S.Psi