admin Tidak ada komentar

Psychological First Aid: Pertolongan pertama pada Gangguan Psikologis

Pertolongan pertama pada Gangguan Psikologis — Berbagai macam krisis dan pengalaman tidak menyenangkan banyak sekali terjadi di dunia. Meskipun dampak dari kondisi tersebut beragam dan reaksi dari setiap orang berbeda-beda, tetapi banyak orang yang mungkin merasa bingung, cemas, ketakutan atau bahkan sangat tidak memahami apa yang sedang terjadi. Sama seperti luka yang terjadi pada fisik kita, pengalaman tidak menyenangkan yang kita hadapi bisa juga menghadirkan luka pada psikologis kita. Kondisi ini bisa berlanjut pada gangguan psikologis yang lebih kompleks dan rumit kalau tidak segera dibantu kesembuhannya.

Setiap orang mungkin sudah memahami apa yang sebaiknya dilakukan jika fisik kita terluka? Seperti halnya jatuh dari sepeda, setiap orang sudah memahami pertolongan pertama apa yang perlu dilakukan yang dapat membantu kesembuhannya. Namun, bagaimana jika psikologis kita atau bahkan psikologis orang terdekat kita yang terluka? Apa yang bisa kita lakukan? Bisakah kita memberikan pertolongan pertama yang bisa membantu kondisi psikologisnya semakin membaik? Jawabannya “tentu bisa!”.

 

Pertolongan pertama pada gangguan psikologis

Tahukah kamu pertolongan pertama pada gangguan psikologis atau yang biasa disebut Psychological First Aid bisa dilakukan oleh semua orang? Semua orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda baik sebagai orang terdekat, keluarga atau teman (bukan profesional) yang sering dipercaya untuk mendengarkan cerita teman atau kita memiliki keluarga gejala gangguan psikologis atau bahkan kita yang memang tertarik dengan tama-tema psikologis.

Cara melakukan Psychological First Aid

Lalu, bagaimanakah cara melakukan Psychological First Aid? Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk memberikan pertolongan pertama pada gejala awal gangguan psikologis, diantaranya adalah:

  1. Menjadi pendengar yang baik, tidak menjeda atau terburu-buru memberikan saran
  2. Mengajak mereka yang kita lihat memiliki gejala awal gangguan psikologis untuk melakukan self care seperti berjalan-jalan keluar ruangan.
  3. Memberikan rasa aman kepada mereka dengan bersikap tenang pada saat berbicara dan menunjukkan kekhawatiran yang wajar.
  4. Mendorong keberfungsian dengan memberikan rasa nyaman baik dengan perilaku verbal ataupun nonverbal, seperti menunjukkan kepedulian dan antusias pada cerita mereka dan mengajarkan cara mengelola stres sederhana seperti latihan bernafas, relaksasi sederhana, terapi safe place, dll.

Nah, mau tau tentang Psychological First Aid lebih detail? Bagaimana cara yang tepat untuk mengaplikasikannya? Yuk, join workshop Psychological First Aid yang akan diselenggarakan oleh biro psikologi Deepa. Supaya kita gak worry ataupun bingung kalau ada temen yang curhat atau melihat orang sekitar kita mulai mengalami gejala awal gangguan psikologis. Untuk informasi lebih lanjut bisa diakses di website Webinar.psikotes.net atau bisa juga melihat informasi di instagram @deepafamilycare.

admin Tidak ada komentar

Alasan Dibalik Kenapa Kita Memutuskan untuk Membeli Sesuatu Menurut Psikologi Konsumen

Memutuskan untuk Membeli Sesuatu — Dibalik proses pengambilan keputusan membeli, kita sebenarnya melewati lima tahap, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif-alternatif, keputusan pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian.

Proses pembelian dimulai jauh sebelum saat kita melaksanakan pembelian dan mempunyai konsekuensi jauh setelah pembelian tersebut. Hal ini mendorong pemasar untuk menitik beratkan perhatian pada proses pembelian keseluruhan, bukan sekedar pada keputusan pembelian.

  1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika kita menyadari bahwa terdapat suatu masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal maupun eksternal.

  1. Pencarian informasi

Pada tahap ini kita akan terdorong untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin terkait produk yang akan dibeli. Semakin banyak informasi yang diperoleh, kesadaran dan pengetahuan kita akan merek dan fitur yang tersedia meningkat. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang mendesain bauran pemasarannya untuk membuat konsumen menyadari dan mengetahui merek atau toko tersebut.

2. Evaluasi alternatif

Pada tahap ini kita memproses informasi untuk mengevaluasi toko alternatif dan sekelompok pilihan. Cara kita dalam mengevaluasi alternatif bergantung pada diri pribadi dan situasi pembelian tertentu, sehingga banyak pemasar harus mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana pembeli mengevaluasi pilihan toko untuk selanjutnya mempengaruhi keputusan pembeli.

3. Keputusan pembelian

Pada umumnya kita akan cenderung membeli di toko yang kita sukai. Tetapi ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yakni sikap orang lain dan faktor situasional yang tidak diantisipasi

4. Perilaku pasca pembelian

Pada tahap ini, kita sudah dapat memberikan evaluasi tentang apakah produk yang dibeli sudah dapat memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan masalah atau justru kita tidak mendapatkan manfaat sama sekali dari suatu produk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli

Menurut Kotler dan Amstrong, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi.

  1. Faktor kebudayaan

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam tingkah laku kita sebagai konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh budaya, sub-budaya, dan kelas sosial pembeli.

Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang kita pelajari dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai suatu budaya, dan pengaruh budaya pada tingkah laku membeli bervariasi amat besar dari negara ke negara. Kegagalan menyesuaikan perbedaan ini dapat menghasilkan pemasaran yang tidak efektif.

Sub-budaya merupakan pencacahan dari budaya, didalamnya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografi. Sub-budaya merupakan salah satu yang membentuk segmen pasar, oleh karena itu pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Kelas sosial menunjukkan pilihan produk dan merek tertentu dalam bidang-bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga, aktivitas di waktu senggang, dan mobil.

2. Faktor-faktor sosial

Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial konsumen.

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara mendalam. Anggota keluarga dapat amat mempengaruhi tingkah laku pembeli.

Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada di sekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.

3. Faktor-faktor pribadi

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian konsep diri pembeli.

Orang merubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesaui dengan kedewasaannya.

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pekerja kasar cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor membeli lebih banyak jas dan dasi. Selain itu, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian konsep diri pembeli pun dapat mempengaruhi keputusan kita ketika akan membeli sesuatu.

4. Faktor-faktor psikologis

Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis yang penting yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap.

Terkadang kita memiliki banyak kebutuhan pada suatu waktu. Ada kebutuhan biologis, yang muncul dari keadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau merasa tidak nyaman. Selain itu, ada pula kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini yang akhirnya akan memunculkan motivasi pada diri individu untuk membeli sesuatu demi memenuhi kebutuhannya. Selain motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap juga dapat mempengaruhi keputusan kita ketika akan membeli sesuatu.

admin Tidak ada komentar

Parafilia : Macam-Macam Penyimpangan Seksual

 Macam Penyimpangan SeksualIstilah parafilia mungkin masih terdengar asing di telinga kita. Definisi Parafilia berdasarkan DSM-IV adalah sekelompok gangguan yang mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Parafilia meliputi aspek fantasi, dorongan dan perilaku seksual yang menyimpang, hal tersebut setidak-tidaknya harus berlangsung secara intens selama minimal 6 bulan.

Parafilia disebut penyimpangan karena, fantasi, dorongan dan perilaku seksual ini umumnya melibatkan suatu bentuk aktivitas, objek, baik orang atau benda, maupun situasi yang pada kondisi normal tidak merangsang secara seksual. Seringnya, parafilia menyebabkan masalah terhadap hidup seseorang karena hasrat tersebut akan diwujudkan menjadi sebuah perilaku sehingga. Jenis-jenis penyimpangan seksual yang tegolong ke dalam parafilia sangat beragam. Berikut ini adalah penjelasannya :

 

  1. Fetishisme

Orang dengan fetishisme akan memiliki ketertarikan seksual terhadap benda mati. Penderita fetishisme mayoritas adalah laki-laki, mereka memiliki dorongan seksual yang berulang dan intens terhadap benda non genital seperti sepatu perempuan, celana dalam, stoking, sarung tangan, dll. Benda-benda ini yang umumnya digunakan untuk menimbulkan gairah seksual bagi para fetisis.

  1. Fetishisme Transvestik

Orang dengan fetishisme transvestic merasakan gairah seksual ketika memakai pakaian lawan jenisnya meskipun ia tetap merasa sebagai laki-laki/perempuan. Misalnya dengan menggunakan pakaian dalam.

  1. Pedofilia

Penyimpangan seksual yang terjadi pada individu dewasa yang mendapatkan kepuasan seksual dengan cara berkontak fisik dan/atau seksual dengan anak-anak pra-pubertas yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka. Kasus pedofilia banyak terjadi di Indonesia.

  1. Incest

Merupakan hubungan seksual antarkerabat dekat. Hal yang paling sering terjadi adalah antara kakak-adik atau bahkan antara ayah dan anak kandung perempuannya.

  1. Voyeurisme

Kondisi dimana seseorang memiliki ketertarikan yang tinggi untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat orang lain yang sedang tanpa busana atau sedang melakukan hubungan seksual. Kadang seorang vouyer berfantasi melakukan hubungan seksual dengan orang yang diintipnya.

  1. Eksibisionisme

Seorang eksibisionis akan mendapatkan kepuasan seksual dengan cara memamerkan organ vitalnya kepada orang yang tidak dikenal. Seorang eksibisionis akan merasakan kepuasan apabila orang yang menjadi melihat aksinya terkejut, takut, dan merasa malu.

  1. Froteurisme

Melakukan sentuhan yang berorientasi seksual pada bagian tubuh seseorang yang tidak menaruh curiga akan terjadinya hal tersebut. Penderita froterisme biasanya menggesekan alat vital ke bagian tubuh korban dan biasanya dilakukan ditempat umum yang padat, seperti didalam bus, kereta ataupun didalam antrian.

  1. Sadisme dan masokisme

Penderita sadisme memiliki ketertarikan yang tinggi untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan cara menyiksa pasangannya secara psikologis dan fisik. Seperti memperkosa, menyiksa, mempermalukannya dengan kata-kata kotor. Sementara itu, penderita masokisme memiliki ketertarikan yang tinggi untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan cara menjadikan diri sendiri sebagai subjek rasa sakit atau kondisi dipermalukan.

Penderita masokisme dapat menyayat atau membuat luka bakar pada dirinya sendiri. Seringkali orang dengan kelainan masokisme mencari pasangan yang meraih kepuasan seksual dengan melakukan kekerasan (sadisme). Pasangan sadomasokisme, di mana yang satu adalah seorang masokis dan yang lain adalah seorang sadis. Biasanya melakukan aktivitas seksual meliputi jeratan atau ikatan (bondage), pemukulan pada bokong (spanking), atau simulasi pemerkosaan.

Referensi :

Davison, Gerald C, dkk. 2006. Psikologi Abnormal Edisi ke 9. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

 

 

 

 

admin Tidak ada komentar

Hidup kok gini-gini aja ya? Memahami perspektif psikologi well-being

Hidup kok gini-gini aja ya? Semakin bertambah usia, mungkin sebagian orang semakin mempertanyakan tujuan hidup yang sesungguhnya “untuk apa aku hidup?” atau mungkin “kemana aku harus melangkah melanjutkan hidup?”. Banyak orang berlomba-lomba mencari kepuasan hidup semata, hari-harinya selalu disibukkan untuk melakukan pekerjaan, menyelesaikan tugas harian sampai lupa menata kebahagiaan dalam kehidupannya bahkan muncul statement “hidup kok gini-gini aja ya?”.

Banyak orang melakukan berbagai cara untuk menemukan kebahagiaan. Kenapa? Apakah kebahagiaan itu penting untuk menjalankan kehidupan? Jawabanya adalah “ya, sangat penting”. Salah satu alasan seseorang bersemangat menjalani hidup adalah agar bahagia.

Kebahagiaan bukan hanya memiliki, tetapi kebahagiaan adalah kemampuan menggunakan apa yang kita miliki dengan baik. Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang (pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna, atau bisa juga merasakan kebermaknaan (contentment). Bebebrap ahli yang telah melakukan penelitian menyatakan bahwa well-being adalah istilah dari kebahagiaan (happiness) itu sendiri.

 

Perspektif psikologi well-being

Dalam perspektif psikologi well-being atau disebut juga sebagai subjective well being berkaitan dengan dengan rasa puas seseorang akan kondisi hidupnya, seringkali seseorang merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif. Dalam artian seseorang akan merasakan banyak emosi bahagia daripada ketidakbahagiaan dalam menjalani hidup. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi subjective well being seseorang maka semakin positif juga seseorang menjalankan kehidupannya karena penuh dengan semangat, rasa senang dan optimis. Dalam kata lain, semakin puas seseorang akan kehdupannya maka kehidupannya akan semakin bahagia.

Lalu, bagaimana cara meningkatkan kepuasan dalam menjalani kehidupan biar hidup gak gini-gini aja?

  1. Menghargai diri sendiri

“Harga diri” adalah komponen penting yang dapat membangun kepuasan seseorang dalam menjalani hidup karena menghargai diri sendiri akan membantu seseorang menilai kepuasan dan kebahagiaan yang akan dirasakan.seseorang yang memiliki harga diri rendah cenderung tidak puas dengan kehidupannya, alih-alih menghargai diri mereka hanya menyalahkan diri sendiri. Cobalah untuk mereflesikan diri dan memaknai kelebihan atau kekurangan diri agar bisa memandang diri sendiri dengan lebih positif. Cobalah ucapkan “I like my self” aku menyukai diriku dengan segala kelebihan dan kekurang yang dimiliki.

  1. Memiliki makna dan tujuan hidup

seseorang akan merasakan kepuasan maupun kebahagiaan dalam hidupnya jika memiliki makna dan tujuan dalam hidup. dalam hal ini, nilai-nilai religiusitas menjadi faktor pengaruh yang penting agar seseorang bisa memaknai dan menentukan tujuan hidupnya. Dengan adanya makna dan arah dalam hidup akan menimbulkan kepuasan dalam hidup dan kebahagiaan.

  1. Menjalin hubungan yang positif

Terciptanya hubungan yang positif bila adanya dukungan sosial dan keintiman emosional. Hubungan yang didalamnya ada dukungan dan keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis, kemampuan pemecahan masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik. Hubungan positif bisa dijalin dengan keluarga, sanak saudara, dan teman dekat.

  1. Bersikap optimis akan masa depan

Orang yang optimis mengenai masa depan merasa lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi dirinya dalam cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya, sehingga memiiki impian dan harapan yang positif tentang masa depan.

 

 

admin Tidak ada komentar

Tips menerapkan kedisiplinan yang adil pada anak

Tips menerapkan kedisiplinan. Kedisiplinan yang adil bukan berarti kedisiplinan yang sama bagi semua anak. Setiap anak tentu memiliki karakter yang berbeda maka akan berbeda pula kedisiplinan yang dibutuhkan oleh anak dalam memberikan pembelajaran dan batasan.

Berikut adalah tips menerapkan kedisiplinan yang adil menurut dr. Brazelton, dokter anak terfavorit di Amerika :

  1. Pertama-tama, dalam memberikan hukuman harus sesuai dengan jenis kenakalan yang dilakukan oleh anak.
  2. Ketika anda sebagai orang tua terlalu banyak mengeluh dan memarahi anak pada saat berkelahi, cobalah untuk berhenti sejenak. Pikirkan dan pertimbangkan, apakah anda memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri? Mungkin anak akan lebih merasa nyaman ketika diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah daripada mendengarkan omelan dari orang tua.
  3. Seimbangkanlah antara hal-hal positif dan hal-hal negatif. Ketika anda dengan anak atau antar anak bisa menjalin kerjasama yang baik bahkan mengerjakan pekerjaan atau bermain bersama, berilah kata-kata pujian sebagai reward yang menyenangkan bagi anak.
  4. Jika masalah yang berhubungan dengan perilaku anak sering terjadi, tanyakan pada anak-anak apa yang bisa membantu mereka untuk bersikap lebih baik. berikan mereka kesempatan untuk andil merencanakan solusi bersama.
  5. Membanding-bandingkan anak adalah hal yang paling tidak disukai anak, maka membanding-bandingkan anak dengan anak lainnya bukanlah solusi untuk menegakkan kedisiplinan.
  6. Cobalah untuk tidak membiacarakan satu anak pada anak lain agar tidak menimbulkan perasaan iri pada saudaranya, karena setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda.
  7. Jangan permalukan satu anak didepan anak lain.
  8. Cara yang paling efektif dalam menerapkan kedisiplinan agar diserap oleh anak adalah menerapkan kedisiplinan secara pribadi. Namun, adakalanya dua anak atau lebih memerlukan kedisiplinan pada waktu bermasaan. Anda bisa mengingatkan mereka sebagai satu kelompok untuk menerima pelajaran dan konsekuensi yang diterapkan pada mereka semua, tanpa pilih kasih.
  9. Perlu Tarik ulur untuk menyesuaikan kedisiplinan seorang anak. Orang tua pasti memahami temperamen, tahap perkembangan, cara belajar dan batasan setiap anak, jika menyesuaikan kedisiplinan sesuai pada karakter anak maka mereka memiliki peluang yang lebih baik. Amati wajah dan gerakan tubuhnya sebagai bukti bahwa anda sudah berhasil mengasainya.
  10. Pastikan anda sebagai orang tua menemukan kata-kata dan perilaku yang tepat untuk mengimbangi kedisiplinan yang telah diterapkan. Bagaimanapun orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya, anak akan lebih mudah menjalankan kedisiplinan ketika orang tua memberikan contoh untuk berperilaku disiplin.
admin Tidak ada komentar

SIAP HADAPI ANAK DENGAN EMOSI POSITIF

Hadapi Anak dengan Emosi Positif. Mengatur dan memahami perasaan anak bukanlah hal yang mudah, tak hanya itu orang tua seringkali merasa kesulitan mengelola emosinya sendiri yang akhirnya merasa kurang kesiapan untuk menghadapi emosi anak. Sebelum memahami perasaan anak hal yang perlu dilakukan tentu memahami perasaan diri sendiri. Bagaimana orang tua bisa siap menghadapi emosi anak ketika dirinya belum siap menghadapi emosinya sendiri. Dengan demikian orang tua perlu mempersiapkan diri agar bisa menghadapi  anak dengan emosi positif yang tentu akan memberikan dampak positif pada anak bukan sebaliknya.

 

Tips Menghadapi Anak dengan Emosi Positif

Berikut ini adalah Tips Bagi Orang Tua Agar Siap Hadapi Anak Dengan Emosi Positif :

  • Regulasi diri

Regulasi diri merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan perilaku diri kita. Sebelum menghadapi perilaku anak yang unpredictable tentu langkah awal adalah meregulasi diri kita. Secara sadar, sebagai manusia kita perlu membatasi pikiran, emosi dan perilaku kita.

Faktor-faktor yang turut mempengaruhi pembentukan regulasi diri adalah faktor proses perhatian dan faktor kesadaran terhadap emosi-emosi negatif. Semakin seseorang mampu menyadari emosi negatif yang muncul dalam dirinya dan semakin seseorang mampu mengendalikan perhatiannya pada sesuatu (attentional prosess), maka seseorang tersebut akan semakin mampu menahan dorongan-dorongan dan mengendalikan tingkah lakunya. Jika orang tua mampu melakukan regulasi diri dengan baik, orang tua bisa lebih siap menghadapi anak dengan emosi yang positif.

  • Edukasi diri

Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, kita tidak mendapatkan pendidikan untuk menjadi orang tua di sekolah formal manapun. Dalam artian, diri kita sendiri yang perlu mencari ilmu dan pengetahuan agar bisa menjadi orang tua yang baik dan memiliki emosi yang positif. Melakukan edukasi terhadap diri sendiri adalah hal yang harus dilakukan sampai kapanpun.

Perlu menumbuhkan keinginan untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Jika terkendala secara emosi, maka yang perlu kita pahami adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan emosi seperti emotional coaching. Mengelola emosi agar tetap stabil tentu tak semudah teori. Perlu ada usaha kuat dari dalam diri untuk terus mengedukasi diri di setiap prosesnya menjadi orang tua. Berusaha menjadi orang tua yang cerdas secara emosi.

  • Take your time

Memiliki me time adalah hal yang langka bagi banyak orang tua. Orang tua banyak disibukkan dengan aktivitas rumah tangga sehingga tidak memiliki waktu untuk sekedar memberikan kebahagiaan pada diri sendiri. Lupa untuk memberikan me time pada diri sendiri seringkali membuat diri kita lelah, hingga akhirnya sensitif secara emosi. Tentu hal tersebut dapat berdampak buruk bagi anak karena akan merasa mudah marah pada anak. Dengan demikian, orang tua perlu meluangkan waktu untuk memberikan kebahagiaan pada diri sendiri agar bisa berbagi kebahagiaan dengan anak. Saat melihat anak marah, atau terjadi situasi tertekan dalam rumah tangga cobalah untuk bersikap tenang dan memberikan jeda dengan duduk, menarik nafas barang sebentar agar lebih siap berhadapan dengan situasi tersebut. Ciptakanlah keluarga bahagia, orang tua bahagia maka anak akan merasa lebih bahagia J

 

 

admin Tidak ada komentar

5 Strategi Membangun Harga Diri Anak

Strategi Membangun Harga Diri Anak — Pada umumnya, tidak setiap individu bisa dipandang sebagai orang yang berharga, dan tida setiap individu bisa diterima oleh orang lain. Namun, perlu kita ingat bahwa setiap anak diciptakan berharga dan memiliki hak untuk dihargai terlepas dari kecerdasan, ketampanan ataupun kecantikan yang seringkali menjadi kekeliruan dalam memberikan penghargaan.

Orang tua perlu mengerti cara-cara untuk mengajari anak mengenai harga diri tanpa memandang bentuk hidung, telinga, atau efisiensi otaknya. Jadi, apa yang harus orang tua lakukan untuk mengajari mereka harga diri? Bagaimana kami, sebagai orang tua dan guru membangun jiwa yang kuat dan semangat yang gigih kepada anak-anak kami? Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk membangun harga diri anak agar bisa tampil percaya diri?

Berikut ini adalah 5 strategi membangun harga diri anak menurut James C. Dobson yang dijelaskan dalam bukunya yang berjudul “Kiat-Kiat Ampuh Menjadikan Anak Sebagai Pribadi Yang Mandiri, Bertanggung Jawab Dan Percaya Diri”, yaitu sebagai berikut :

  1. Periksalah nilai-nilai yang diterapkan dalam keluarga

Langkah pertama dalam membangun harga diri anak adalah dengan memeriksa perasaan-perasaan diri kita sendiri, dan bersedia menunjukkan perilaku-perilaku yang salah pada anak, yang mungkin sebelumnya tidak disadari oleh kita sebagai orang tua.

Apakah secara diam-diam kita kecewa pada anak karena dirinya yang sangat biasa? Adakah penolakan pada anak karena kekurangan yang dimilikinya? Apakah pasangan menjalani perkawinan dengan keterpaksaan? Apa orangtua merasa terbebani dalam membesarkan anak? Apakah merasa malu karena perilaku anak yang nakal?

Cukup jelas, kita tidak bisa mengajari seorang anak untuk menghormati dirinya sendiri jika kita tidak menyukainya karena alasan-alasan yang kita buat. Apabila anak yakin bahwa ia sangat dicintai dan dihargai oleh orang tuanya, ia cenderung menerima perasaan berharga sebagai seorang manusia.  Oleh karena itu cobalah untuk memeriksa apakah nilai-nilai yang diterapkan dalam keluarga telah dibangun dengan penuh cinta dan kasih sayang?

Apakah orang tua menanamkan nilai-nilai tersebut dengan penuh penghargaan pada anak? Jika “ya” maka kita telah memulai langkah dalam membangun harga diri seorang anak.

 

  1. Mengajari anak melalui kebijaksanaan “Tidak Mencela”

Salah satu karakter seseorang yang paling jelas merasa rendah diri adalah ia membicarakan kekurangan-kekurangannya secara berlebihan, merasa tidak berdaya, dan mencela diri sendiri. Oleh karena itu, orang tua perlu mengajari anak tentang kebijaksanaan dalam memandang diri sendiri, tidak menyalahkan dan mencela diri sendiri. Jika mencela diri sendiri dilakukan secara terus menerus dapat menjadi kebiasaan buruk, dan tidak menyelesaikan apapun. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara menjadi teman bagi anak untuk mendengarkan keluh kesah yang dihadapinya sehari-hari, bagaimana pergaulannya dengan teman-temannnya? Apakah ia mendapatkan ejekan yang mengecam dari teman-teman sekolahnya? Bersikaplah kepadanya dengan penuh pengertian dan simpatik tanpa menangis dalam keputusasaan.

 

  1. Membantu anak mengubah kelemahannya menjadi kekuatannya

Realitanya, beberapa anak memiliki kekurangan-kekurangan lebih banyak daripada anak lainnya. Orang tua yang cemas dapat melihat hal tersebut seperti datangnya badai. Bisa jadi masalah yang dhiadapi adalah anak berwajah buruk atau bermasalah dalam belajarnya.

Apapun alasannya, setiap orang tua pasti memiliki permasalahan dalam kehidupannya. Pada kenyataannya, pandangan anak mengenai dirinya dipengaruhi oleh dua hal “kualitas kehidupan di rumah dan pengalaman sosial di luar rumah”. Yang pertama jauh lebih mudah dikontrol, namun tidak mudah bagi anak jika ditolak atau ditertawakan dalam hubungannya dengan lingkungan sosial.

Anak memang membutuhkan pengalaman yang mengecewakan, hanya saja orang tua perlu siap membantu anak untuk bangkit dan bisa menerima kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal yang bisa dilakukan adalah memahami kekurangan dan kelebihan anak, setelah itu cobalah untuk mengembangkan kelebihan yang dimiliki dengan memfasilitasi anak agar fokus pada kelebihannya. Namun, tentu perlu diingat orang tua juga perlu mengajarkan bagaimana anak bisa menerima kekurangan yang dimiliki agar bisa tampil percaya diri.

 

  1. Disiplin tanpa merusak harga diri anak

Sekarang kita harus membicarakan hal penting yaitudisiplin dan harga diri. Apakah hukuman bisa mematahkan harga dirinya? Jawabannya tergantung pada perilaku menghukum dan tujuan orang tua memberikan hukuman. Perlu diketahui bahwa cara yang efektif untuk menghancurkan harga diri anak adalah menghilangkan kontrol dan disiplin pada anak. Ketika anak melakukan kesalahan, ia berharap orang tua merespons kesalahannya dengan cara yang baik bukan mengabaikan kesalahannya. Orang tua adalah simbol keadilan, hukum, dan peraturan setiap anak.

 

  1. Menggagalkan bom rendah diri

Semua masa kanak-kanak merupakan persiapan untuk masa remaja dan seterusnya. Orang tua memiliki waktu selama satu dekade untuk menanamkan pondasi nilai-nilai dan perilaku kepada anak-anak agar mereka bisa menanggulangi tekanan-tekanan dan masalah-masalah yang akan menyebabkan mereka rendah diri di masa mendatang. Untuk itu, orang tua perlu melakukan semuanya dengan baik dalam memperkenalkan anak mengenai arti harga diri dan bagaimana mempertahankannya, karena setiap manusia pasti berhubungan dengan harga diri dalam kehidupannya masing-masing.

admin Tidak ada komentar

Penyebab Anak Mengalami Gangguan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)

Gangguan Attention Deficit Hiperactive Disorder atau disingkat dengan ADHD sebenarnya sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat. Tetapi dengan istilah yang berbeda. Sejarah gangguan ADHD telah mendapatkan berbagai label dan stigma negatif dari masyarakat. Dan juga ADHD mencerminkan berbagai pandangan tentang penyebabnya.

ADHD sebagai suatu gangguan kronis (menahun) yang dapat dimulai pada masa bayi dan dapat berlanjut sampai dengan dewasa. Gangguan ini dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan anak di sekolah, di rumah, maupun didalam komunitasnya.

ADHD sebagai diagnosis yang diberikan untuk remaja, anak-anak dan beberapa orang dewasa, yang mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian, hiperaktif, mudah terdistraksi, dan juga impulsif. Gangguan ADHD merupakan suatu gangguan neurobiologi, dan bukan penyakit yang mempunyai penyebab spesifik. ADHD digambarkan dalam DSM-IV secara khas sebagai kesatuan dari tiga rangkaian kurangnya perhatian, impulsif, dan juga hiperaktif.

 

Penyebab Gangguan Attention Deficit Hyperactive Disorder

Penyebab pasti dan patologi ADHD masih belum diketahui secara jelas. Seperti halnya gangguan autis, gangguan ADHD merupakan suatu kelainan yang bersifat multi faktor. Banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab gangguan ini, diantaranya:

  1. Faktor perkembangan janin

Ibu hamil yang pernah mengalami masalah dalam kandungannya, terkait gangguan pada proses persalinan, kecelakaan, terjatuh, traumatis psikologi sangat rawan menyebabkan anak tumbuh dengan kondisi ADHD. Termasuk penggunaan forceps dan obat secara berlebihan pada ibu hamil dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak.

2. Faktor genetik

Sekitar 80 persen dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala ADHD di kehidupan bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor genetik. Anak dengan orang tua yang menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan resiko mendapatkan anak ADHD. Hal ini jauh lebih besar dibandingkan dengan anak ADHD yang dilahirkan dari orangtua yang tidak ada riwayat orangtua dan garis keturunan atas dengan gangguan ADHD. Faktor genetik menentukan pada perbedaan-perbedaan fungsi dan kimiawi otak yang diturunkan oleh orangtua. Perbedaan fungsi dan kimiawi otak ini muncul dapat diwariskan secara genetik.

 

3. Ibu hamil mengkonsumsi minuman beralkohol

Zat-zat yang terkandung dalam alkohol terutama bahan kimiawi dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan hiperaktivitas.

 

4. Keracunan dan kontaminasi lingkungan

Polusi udara dengan kandungan timbal yang tinggi dapat menyebabkan hiperaktivitas pada anak. Beberapa masyakarat yang tinggal di wilayah kawasan pertambangan, pusat industrialisasi juga rawan memiliki anak dengan kondisi ADHD.

 

5. Alergi makanan

Beberapa peneliti mengungkapkan penderita ADHD mengalami alergi terhadap makanan. Teori Feingold memperkirakan bahwa Salisilat mempunyai efek kurang baik terhadap tingkah laku anak. Asam silsilat adalah obat yang digunakan untuk mengatasi masalah kulit yang disebabkan oleh penebalan dan pengerasan kulit. Beberapa teori menjelaskan bahwa gula merupakan subtansi yang merangsang hiperaktifitas pada anak.

 

6. Lingkungan fisik dan pola asuh anak oleh orang tua

Keluarga yang tidak harmonis misalnya perceraian orangtua, konflik suami istri menyebabkan depresi dan stres pada istri. Terlebih jika istri sedang hamil, dimana kondisi psikologis mempengaruhi pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil yang depresi juga rawan melahirkan anak dengan permasalahan-permasalahan fisik, termasuk diantaranya gangguan ADHD.

 

7. Aktifitas otak yang berlebihan

Penelitian neuropsikologi menunjukkan bahwa kortek frontal dan sirkuit yang menghubungkan fungsi eksekutif bangsal ganglia, dopaminergic dan noradrenergik neurotransmission merupakan target utama dalam pengobatan ADHD. Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertai perubahan struktur dan anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam perkembangan hubungan anak dan orang tua serta lingkungan sekitar. Pada pemeriksaan radiologis otak PET (Position Emission Tomography) didapatkan gambaran bahwa pada anak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dominan didapatkan aktifitas otak yang berlebihan dibandingkan anak yang normal dengan mengukur kadar gula yang didapatkan perbedaan yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.

 

Kemunculan ADHD pada anak memang tidak dapat dicegah, namun risiko munculnya kelainan ini sangat mungkin untuk diminimalisir. Untuk meminimalisir risiko terjadinya ADHD, ibu hamil tidak boleh merokok, minum minuman beralkohol, dan menggunakan NAPZA. Selain itu, jauhkan anak dari asap rokok dan paparan zat beracun.

Walaupun begitu, anak terlahir dalam kondisi ADHD bukanlah penderitaan bagi orangtua yang harus diratapi. Orangtua tetap bisa memberikan pengkondisian dan metode dalam mendidik anak, namun agak berbeda dengan pengkondisian anak normal pada umumnya. Dibutuhkan kesabaran dan kerjasama orangtua untuk menyikapi anak dengan permasalahan ADHD. Sehingga, anak tetap dapat tumbuh dengan keberfungsian hidup yang optimal.

Demikian artikel singkat terkait Penyebab Anak Mengalami Attention Deficit Hyperactive Disorder. Semoga bermanfaat.

admin Tidak ada komentar

Mengubah Kepribadian Seseorang, Apakah Bisa ?

Mengubah Kepribadian Seseorang — Tak jarang kita memiliki harapan untuk mengubah part of personality seseorang yang membuat kita kurang nyaman agar menjadi lebih baik, terlebih jika orang tersebut adalah orang terdekat kita, misalnya pasangan, saudara atau sahabat, rasanya “gemes” ingin memperbaiki secepatnya. Namun, merubah kepribadian seseorang akan menjadi tugas yang sangat sulit untuk dilakukan, karena ketika seseorang menginjak usia remaja sampai dengan dewasa awal, kepribadian sudah menjadi indentitas diri yang melekat erat dan cenderung mentap.

Sulitnya mengubah kepribadian seseorang ini diperkuat oleh pendapat dari Feist dan Feist (2008) yang mengatakan bahwa kepribadian adalah pola sifat yang relatif permanen dan karakter yang unik dari individu yang berkontribusi terhadap konsistensi dan individualitas dari perilaku. Namun, walaupun kepribadian cenderung sulit untuk diubah, tapi ternyata kita bisa mempengaruhi atau memodifikasi perilakunya (behavior modification).

Menurut teori modifikasi perilaku (behavior modification), perilaku seseorang yang maladaptif (tidak sesuai/tidak diinginkan) dapat dimodifikasi agar lebih adaptif, melalui berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan memberikan reinforcement dan punishment. Reinforcement merupakan konsekuensi yang memperkuat perilaku positif (yang diinginkan) dengan harapan agar perilaku tersebut dapat diulangi pada masa mendatang. Sementara punishment merupakan konsekuensi yang tidak menyenangkan dengan tujuan untuk melemahkan atau bahkan menghilangkan perilaku negative (yang tidak diinginkan).

 

Bagaimana caranya penerapannya ?

Pernahkan kita merasakan senang ketika perilaku positif diapresiasi oleh orang lain ? dan biasanya setelah itu kita cenderung ingin mengulangi perilaku tersebut. Nah, begitupun ketika kita ingin mengubah perilaku orang lain, memberikan pujian saat seseorang melakukan perubahan pada perilaku maladaptifnya merupakan salah satu reinforcement yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali, tepat, ya, mengagumkan, setuju, pintar, hebat dan lain sebagainya. Misalnya, ketika pasangan menjadi lebih perhatian, kita bisa memberikan pujian berupa ucapan “terimakasih, aku sangat bahagia kamu sudah mau berusaha untuk berubah” agar perilakunya tersebut bisa terulang dimasa depan.

Sementara itu, punishment sesungguhnya tidak mutlak diperlukan. Ada orang-orang dengan pemberian teladan dan nasehat saja sudah cukup. Tapi manusia tidak seluruhnya sama. Diantara mereka ada yang perlu diberikan perlakuan yang lebih tegas. Membuat seseorang merasakan kehilangan sesuatu hal yang biasa ia lakukan atau dapatkan saat seseorang melakukan perilaku yang maladaptive merupakan salah satu punishment yang sering dipraktekan. Misalnya, konsekuensi potong gaji ketika ada karyawan yang tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan.

 

Berbagai bentuk reinforcement dan punishment 

Sebetulnya, banyak sekali macam reinforcement dan punishment yang bisa digunakan untuk memodifikasi perilaku seseorang. Tapi kembali lagi, yang menentukan efektif atau tidaknya suatu reinforcement dan punishment adalah bagaimana orang yang diberikan reinforcement dan punishment dapat meresapi dan memaknainya.

Pemberian reinforcement dan punishment harus spesifik serta konsisten, sesuai dengan yang dijanjikan. Hindari pemberian aturan yang samar seperti “Bila bersikap baik, akan mendapatkan penghargaan”. Sikap baik apa yang kita harapkan? Kapan? Dimana? dan penghargaan seperti apa? Semakin spesifik, semakin baik. Bila perilaku baik telah terlihat berikanlah reinforcement sesuai janji, atau bila perilaku maladaptif muncul, berikan punishment sesuai janji.

Punishment yang diberikan juga harus sesuai dengan bentuk kesalahannya dan dilakukan secara bertahap sehingga bernilai mendidik dan benar-benar bisa mengubah perilaku negatif dan tidak mengulanginya lagi. Pemberian punishment yang tidak tepat malah akan berdampak negative. Misalnya, orang tersebut menjadi berontak karena ia merasa tidak nyaman dengan hukuman yang diberikan dan terasa berlebihan (tidak adil).

Jadi, walaupun kita tidak bisa mengubah kepribadian seseorang secara keseluruhan, namun kita bisa mempengaruhi atau memodifikasi perilakunya. Dengan menggunakan prinsip reinforcement dan punishment ini, diharapkan kita bisa memodifikasi perilaku orang lain di sekitar kita entah anak kita, pasangan kita, atau rekan kerja kita untuk menjadi lebih baik.

admin Tidak ada komentar

Seberapa penting peran pujian dan kritik bagi anak?

Pujian dan kritik bagi anak — Semua anak haus akan persetujuan dari orang tuanya. Menerima pujian dari orang tua adalah hal yang paling menyenangkan bagi anak, namun sebaliknya menerima kritik bukanlah hal yang mudah bagi anak. Terkadang orang tua tidak menyadari betapa seriusnya anak menerima setiap perkataan orang tua baik perkataan pujian ataupun kritik.

 

Dampak positif dan negatif pujian

Pujian seringkali diartikan sebagai bentuk dukungan dari orang tua namun kritik seringkali diartikan sebagai perkataan mengecam bagi anak. Oleh karena itu, Orang tua perlu memahami cara yang tepat untuk menyeimbangkan keduanya agr tidak memberi dampak buruk bagi anak. Jika diberikan secara tidak seimbang (lebih banyak kritik daripada pujian) kemungkinan anak akan merasa menyerah dan bersikap sama buruknya dengan perkataan orang tua tentang dirinya.

Anak harus menerima tekanan dari kritik yang rutin diberikan oleh orang tua, belum lagi anak juga memiliki saudara kandung (yang mungkin saja) saudara kandungnya akan menambah tekanan kritikan tersebut dengan bersikap menertawakan dirinya yang kerap dikritik dan dimarahi oleh orang tuanya.

Selain kritik, pujian yang berlebihan juga bisa memberikan dampak negatif bagi anak. Terlalu banyak pujian dari orang tua bisa memengaruhi proses belajar anak untuk merasa puas akan kesuksesannya sendiri. Jika anak merasa puas akan kesuksesannya, maka hal tersebut kan menghambat dirinya untuk terus mengembangkan diri. Terlebih pujian yang diberikan dihadapan saudara kandungnya, bisa menyebabkan persaingan yang tidak sehat karena saudaranya merasa dirinya tidak lebih baik sebagai anak.

Dengan demikian, berilah pujian sewajarnya dan kritik sewajarnya. Lakukan keduanya secara seimbang dan sampaikan dengan cara dan perkataan yang tepat. Jika menyampaikan kritik hindarilah kata-kata seperti “selalu” “tidak pernah” dari pada perkataan seperti “kamu tidak pernah siap tepat waktu”. Sekarang cobalah untuk fokus pada yang terjadi saat ini, jika ia terlambat katakanlah “kamu terlambat, ayo kita bicara berdua”. Kiritk disampaikan secara privasi untuk menghindari terjadinya krisis percaya diri pada anak atau hilang semangat untuk memperbaiki dirinya.

 

Cobalah mengajarkan anak kritik diri dan pujian diri

Cobalah mengajarkan anak cara melakukan kritik diri dan pujian diri secara mandiri. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk membantu anak belajar menghadapi kekuatan dan kelemahannya sendiri, untuk memantau sikapnya sendiri. Berhati-hatilah dalam menyampaikan pujian, ketika anak melakukan hal yang membanggakan jangan tergesa-gesa menyampaikan “bagus! Hebat!” tetapi cobalah bertanya “bagaimana perasaanmu?”. Katakanlah dengan ekspresi wajah tersenyum hangat sebagai tanda seberapa bangganya anda sebagai orang tua. Tetapi tetap memberi ruang pada anak untuk menemukan rasa bangga itu sendiri. Cara tersebut, tentu bisa mengurangi adanya iri dan rasa cemburu dari saudara kandung.

Begitupun dengan kritik, sebelum memberitahu kesalahan yang dilakukan oleh anak cobalah untuk memberi kesempatan kepada anak untuk memikirkan kesalahan yang dilakukannya. Mulailah dengan memberikan pertanyaan “apakah kamu menyadari ada kesalahan yang diperbuat? “apa yang kamu pikirkan tentang kesalahanmu?”, dan yang terpenting kritik dilakukan secara privasi dengan perbincangan yang santai untuk memastikan bahwa anak tidak merasa dipermalukan oleh orang tuanya.

Jika pujian dan kritik disampaikan dengan cara yang tepat tentu anak akan lebih bisa menerimanya dengan baik. Demikian artikel tentang peran pujian dan kritik bagi anak. semoga bermanfaat.