admin Tidak ada komentar

Keterampilan dan Tahapan Konseling yang Dibutuhkan Konselor Membantu Menyelesaikan Permasalahan Konseli

Keterampilan dan Tahapan Konseling. Proses konseling membutuhkan dasar-dasar keilmuan sehingga dapat membantu klien menyelesaikan masalahnya. Untuk menjadi konselor dibutuhkan keahlian teknis, bahkan secara legalitas dibutuhkan ijin praktik dan legalitas background pendidikan. Seperti lulusan Psikologi maupun sarjana pendidikan bimbingan konseling. Lantas apa saja jenis keterampilan yang dibutuhkan dalam konseling? Akan kita bahas dalam artikel kali ini.

 

Jenis Jenis Keterampilan yang Dibutuhkan dalam Konseling

1. Keahlian mengobservasi Klien

Dibutuhkan keterampilan konselor untuk mengamati konseli, terutama agar dapat menemukan ketidaksinkronan antara gesture dan isi percakapan. Konselor harus sangat memperhatikan bahasa non verbali klien. Tidak hanya memperhatikan bahasa verbal saja. Karena dengan memperhatikan bahasa non-verbal, maka banyak hal yang bisa digali dari diri konseli.

Hal yang tidak sinkron antara bahasa verbal dan non-verbal pada konseli akan mendapatkan perhatian yang serius oleh konselor. Juga konselor perlu memperhatikan penekanan dan sikap tidak wajar pada perilaku non verbal. Seperti, sikap tubuh, observasi nada suara, gerak gerik, tutur bahasa, salah ucap, pengulangan kata-kata, menahan diri, suasana hati dan perilaku berbeda. Konselor perlu mengobservasi klien dari awal proses konseling sampai tahap akhir sesi konseling.

 

2. Keahlian Attending Behaviour

Disebut juga perilaku menghampiri konseli mencakup komponen kontak mata, bahasa lisan, bahasa badan, dan mendengarkan klien. Attending yang baik dapat dapat meningkatkan harga diri konseli karena konseli merasa diterima dan dihargai. Attending behaviour merupakan awal dan proses komunikasi sehingga dapat menciptakan suasana aman, mempermudah ekspresi perasaan konseli secara bebas.

 

Baca artikel lainnya, Jasa Konseling Untuk Memperbaiki Kualitas Diri

dan Gunakan Jasa Psikologi Konseling Profesional

3. Questioning

Upaya untuk menggali permasalahan klien adalah dengan teknik bertanya. Pertanyaan yang diajukan konselor bisa dalam bentuk pertanyaan terbuka atau Open Questioning dan pertanyaan tertutup atau Close Questioning.

Pertanyaan terbuka menuntut jawaban secara terbuka oleh konseli. Jenis pertanyaan ini perlu digunakan jika menghadapi konseli dengan karakteristik tertutup atau pendiam. Kata awal yang mungkin membuka pertanyaan terbuka adalah dengan pertanyaan “mengapa, dapatkah, bolehkah, bagaimana, bisa dijelaskan” dan sebagainya. Teknik pertanyaan terbuka bertujuan agar konselor terampil menggunakan pertanyaan yang memungkinkan munculnya pernyataan-pertanyaan baru, memulai pembicaraan, meminta penjelasan lebih lanjut, memberikan contoh dan memusatkan perhatian kepada konseli. Dengan pertanyaan terbuka akan membuat proses konseling lebih dinamis dan menggali masalah konseli lebih dalam.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan terbuka:

  • Apa yang ingin Anda kemukakan sekarang?
  • Bagaimana keadaan Anda sesudah pertemuan kita yang terakhir?
  • Dapatkah Anda mengucapkan lebih banyak lagi hal itu kepada saya?
  • Mengapa Anda memutuskan hal tersebut?
  • Bagaimana perasaan Anda selanjutnya?
  • Bisa dijelaskan bagaimana caranya?

 

Sedangkan pertanyaan tertutup merupakan jawaban pasti dan biasanya bersifat faktual. Biasanya jawaban adalah ya atau tidak. Jenis pertanyaan tertutup diperlukan untuk mempertegas pernyataan, untuk melihat posisi dan pendirian konseli, melihat nilai, pengetahuan, dan hal lainya yang butuh penguatan. Contoh pertanyaan seperti :

  • Apakah Anda merasa kecewa?
  • Anda melakukan hal tersebut atau tidak ?
  • Anda yakin dengan pernyataan Anda tadi?

 

4. Mengklarifikasi

Keahlian mengklarifikasi merupakan upaya untuk mengajukan pertanyaan sampai diperoleh gambaran yang jelas. Klarifikasi bisa dalam bentuk menanyakan kembali ke konseli atau bisa dalam bentuk mengutarakan pernyataan yang bisa dijadikan klarifikasi konseli terkait suatu statementnya.

 

5. Paraphrasing

Keterampilan paraphrasing yaitu menyampaikan dengan kata-kata sendiri apa yang ditangkapnya dari pesan yang disampaikan oleh konseli. Dengan metode ini, klien akan merasa kata-katanya didengarkan dan dimengerti. Sehingga terbangun interaksi yang hangat dalam proses konseling.

 

6. Reflection

Berkaitan dengan bagaimana konselor mengekspresikan kembali perasaan, pikiran, sikap dan pengalaman konseli dalam usaha untuk membangun hubungan.

 

Baca artikel lainnya, Tips Memilih Jasa Konseling yang Tepat

dan Tanda Anda Butuh ke Psikologi Konseling

7. Kemampuan Empati

Kemampuan empati dibutuhkan dengan tujuan untuk menempatkan diri dalam pikiran dan perasaan orang lain (internal frame of preference). Seolah-olah konselor mampu merasakan dan memahami keadaan emosional konseli. Walaupun konselor diharuskan untuk melakukan empati kepada klien, tetapi tidak boleh untuk hanyut terbawa perasaan dan memunculkan subjektivitas sehingga hilang profesionalitas. Konselor dilarang menumbuhkan sikap simpati, dan hanya dalam tahapan empati saja. Agar konselor tetap bisa berpikir objektif dan ilmiah dalam membantu klien menyelesaikan masalah psikologis.

Dalam proses empati ada tahap-tahap yang dilalui yaitu primary empati, dan advanced accurate empathy.

Contoh primary empathy yaitu :

  • “Saya bisa merasakan betapa khawatirnya Anda saat ini”
  • “Saya bisa mengerti kalau Ibu bingung sekali…”
  • “Tampaknya Adi sedih sekali ya…”
  • “Kelihatannya Anda cemas sekali…”
  • “Saya dapat merasakan Anda sangat bingung saat ini…”

Sedangkan Contoh advanced accurate empathy yaitu, “ Seandainya saya jadi Santi….. Sayapun akan merasakan sedih-bingung-marah atas apa yang terjadi…”

 

8. Encouragement (dorongan)

Encouragement merupakan upaya utama konselor adalah agar konseli selalu terlibat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka sehingga pembicaraan mencapai tujuan. Konselor memberikan dorongan ke konseli agar konseli bisa menyampaikan gagasan dan komunikasi lebih lanjut. Dorongan minimal sebagai suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan konseli. Respon yang diberikan oleh konselor sesedikit mungkin dengan tujuan memberikan kesempatan kepada konseli berbicara lebih lanjut.

Misalnya dengan mengatakan “terus , lalu , ya dan ., hemmm..” , dapat juga dengan isyarat anggukan.., dll.

 

9. Konfrontasi

Metode ini dilakukan ketika konselor menemukan pesan yang tidak kongruen antara pikiran, perasaan dan perilaku konseli. Bisa juga dari bahasa non-verbal dan bahasa verbal yang berlawanan. Sehingga konselor dapat menarik informasi yang benar dari dua pernyataan yang berbeda dari diri klien. Namun, metode konfrontrasi tidak boleh dilakukan konselor sebelum konselor membangun rapport yang baik dengan konseli. Jika tidak, maka konseli merasa tidak nyaman karena cenderung merasa diintrogasi. Konfrontasi juga punya dampak negatif yaitu membuat konseli tidak nyaman dan cenderung menutup diri, sehingga jangan dilakukan terlalu sering.

Konfrontasi dibutuhkan untuk meningkatkan self-awareness konseli. Misalnya, “Tadi Anda bilang kalau Anda tidak suka dengan kakak Anda tapi Anda masih juga sering keluar dan minta ditraktir nonton dengannya.”

 

10. Focusing

Fokus membantu konseli untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Sehingga proses konseling dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Fokus dibutuhkan agar bahasan konseling tidak melebar ke mana-mana. Walaupun dalam proses konseling ditemukan permasalahan-permasalahan baru, tetapi konselor perlu kembali ke tujuan awal konseling dilaksanakan. Konselor harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan konseli. Fokus akan membantu konseli untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Konselor juga perlu memastikan untuk tegas mengarahkan konseli ke topik utama bahasan konseling.

 

11. Keterampilan Mempengaruhi Klien

Keterampilan konselor untuk mempengaruhi konseli dalam proses mengambil keputusan yang lebih adaptif, lebih sehat dan lebih baik. Konselor harus dapat membujuk/ mempersuasi konseli untuk memilih alternatif yang terbaik, karena konselor tidak memiliki wewenang untuk mendikte dan memaksakan perilaku konseli. Disisi lain konseli harus dengan kemauan sendiri untuk berpikir dan bersikap. Namun, disisi lain konselor perlu membawa konseli menuju perilaku dan pikiran baru yang lebih sehat dan dapat menyelesaikan masalah yang sedang dirasakannya.

Konselor mengajak konseli untuk mempertimbangkan seluruh alternatif dan memberikan penilaian, menunjukkan sudut pandang alternatif-alternatif baru berkaitan dengan masalah pribadinya.

 

12. Leading

Konselor adalah leader dari jalannya proses konseling. Peranan konselor mengarahkan pemikiran atau mendorong konseli kedalam ucapan konselor. Nilai dari leading adalah supaya konselor menaham atau mendelegasikan sejumlah tanggung jawab untuk membicarakan konselor-konseli dan untuk lebih membangkitkan respon konseli.

 

13. Memberikan Information

Konselor perlu memberikan informasi yang dapat membantu konseli. Misalnya tentang ketersediaan community support, social support, dan aktivitas-aktivitas yang lainnya. Pemberian informasi bersifat faktual sehingga meningkatkan keyakinan konseli bahwa ia mampu menjadi lebih baik/mengatasi permasalahannya. Tujuan pemberian informasi sebagai sumber pertimbangan bagi konseli untuk memilih alternatif penyelesaian masalah atau perilaku yang ada. Namun begitu, konseli tetaplah pihak yang mengambil keputusan terkait solusi yang ditawarkan oleh konselor.

 

14. Penggunaan Humor

Konselor dalam kondisi tertentu perlu menggunakan humor untuk menekan ketegangan dalam proses konseling. Fungsi humor dapat membantu menghidupkan percakapan, merilekskan konseli, dan mencoba mendekatkan antara konselor dan konseli. Pastikan humor tidak bersifat kasar atau menghina. Humor perlu disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan dan tidak terlalu sering dilakukan oleh konselor. Karena konselor perlu menjaga wibaya dan citra di depan konseli agar proses konselor dapat dileading.

 

15. Menyimpulkan (Summarize)

Keterampilan menyimpulkan mirip dengan dengan keterampilan paraphrasing namun intensitasnya lebih jarang dan biasanya pernyataannya lebih panjang. Tujuan menyimpulkan yaitu untuk merangkum apa yang disampaikan oleh konseli dan menyimpulkan inti sesi konseling. Biasanya, menyimpulkan dilakukan pada akhir sesi konseling.

 

Langkah-Langkah Konseling

Konseling dilakukan dengan beberapa tahapan atau langkah yang bisa dilakukan dalam beberapa sesi. Berikut adalah langkah-langkah proses konseling. Yaitu,

  1. Membangun hubungan
  2. Identifikasi dan penilaian masalah
  3. Menentukan sasaran dan intervensi konseling
  4. Evaluasi konseling
  5. Terminasi

 

  1. Membangun Hubungan

Membangun hubungan dengan klien ditujukan supaya konseli dapat terbuka dalam menjelaskan masalah-masalahnya dan menyampaikan keprihatinan yang dimilikinya. Konselor bisa mendapatkan informasi mengenai sampai sejauh mana konseli mengenali kebutuhan untuk mendapatkan bantuan dan kesedian konseli untuk melakukan komitmen. Proses membangun hubungan dikatakan berhasil jika tercipta suasana yang hangat dan menyenangkan, adanya rasa yang bersahabat dan rasa aman, konseli lebih terbuka dan mampu mengembalikan rasa  percaya diri konseli dalam menyelesaikan masalah.

Upaya membangun hubungan klien sehingga konseli bisa terbuka dan nyaman dikenal dengan istilah membangun rapport. Dalam kondisi ini, terdapat suatu iklim psikologis yang positif, yang mengandung kehangatan, dan penerimaan. Sehingga konseli tidak merasa terancam berhubungan dengan konselor. Walaupun tema-tema yang diangkat konseling merupakan isu sensitif dan terkadang bersinggungan dengan pelanggaran norma dan hukum. Seperti konseli yang akhirnya terbuka ke konselor tentang permasalahan kecanduan narkoba, free sex, perselingkuhan, pengguguran kandungan, dan sebagainya. Jika konselor bisa membuat konseli bercerita dan dan mengutarakan permasalahannya tersebut, tanpa perasaan terancam, maka konselor dikatakan berhasil membangun rapport.

Membangun hubungan merupakan proses yang harus dibangun konselor dari awal sesi konseling sampai tahap akhir atau terminasi konseling.

Hal – hal yang mempengaruhi pembentukan rapport yaitu:

  1. Kepribadian konselor
  • Mempunyai minat yang tinggi kepada orang lain
  • Mampu mengendalikan diri, emosi dan prasangka
  1. Keterampilan konselor
  • Mampu berkomunikasi secara efektif
  • Daya observasi yang tajam
  • Terbuka dengan pendapat orang lain
  • Empati yang tinggi
  • Mampu mengidentifikasi masalah psikologis-sosial-budaya
  1. Kualitas interaksi antara konselor dan konseli
  2. Faktor situasional

  1. Identifikasi dan Penilaian Masalah

Dalam tahapan ini, konselor mengajukan pertanyaan yang bersifat umum. Konselor memperhatikan setiap clue kecil maupun besar, bahasa verbal dan non-verbal konseli. Hindari pengambilan keputusan yang terlalu dini, namun gunakan setiap tanda yang muncul sebagai sesuatu yang butuh di verifikasi.

Konselor perlu mendiskusikan tentang apa yang ingin konseli dapatkan dari proses konseling. Konselor perlu memastikan agar konseli dapat menghindari harapan dan sasaran konseling yang tidak realistik.

Untuk  pengungkapan masalah yang samar-samar atau permasalahan yang bukan sumber penyebab masalah inti diperlukan adanya proses identifikasi yang mendalam. Sehingga yang diselesaikan konselor adalah memang masalah inti, bukan masalah yang muncul karena permasalahan inti.

  1. Menentukan Sasaran dan Intervensi Konseling

Proses ini harus melalui proses evaluasi dan identifikasi masalah terlebih dahulu. Sasaran konseling harus diinginkan oleh konseli. Konselor harus mau membantu konseli untuk mencapai sasaran ini dan konselor harus mampu menilai sejauh mana konseli sudah mencapai sasaran tersebut.

  1. Tahap Akhir: Evaluasi Konseling

Konselor perlu memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai dan terjadinya transfer of learning pada konseli. Disepakati bersama untuk menyusun rencana solusi/planning, serta konseli mau melaksanakan perubahan perilaku.

Hal yang perlu dipastikan dalam persiapan mengakhiri konseling yaitu:

  1. Apakah masalah dan gejalanya sudah hilang atau berkurang ?
  2. Sejauh apa pemahaman konseli terhadap diri sendiri maupun orang lain ?
  3. Apakah sudah mampu menjalin relasi dengan lebih baik ?
  4. Apakah konseli sudah mampu mengatasi masalahnya sendiri ?
  5. Masih adakah perasaan yang menimbulkan stres ?
  6. Apakah sudah mempunyai kemampuan membuat rencana dan dapat bekerja dengan lebih baik ?
  7. Apakah sudah lebih bisa menikmati hidup ?

 

Baca artikel lainnya, Kenapa Konseling dengan Psikolog Cuma Sebentar?

dan Konseling dengan psikolog

 

  1. Tahap Terminasi

Dalam tahapan terminasi merupakan tahapan untuk mengakhiri hubungan konseling. Pada tahap terminasi konseling, ada langkah-langkah yang dilakukan yaitu,

  • Melalui ucapan-ucapannya konselor mempersiapkan konseli bahwa konseling sudah akan segera berakhir. Ini disebut sebagai final summary statement.
  • Buka jalur kemungkinan follow up dengan memberikan kesempatan kepada konseli untuk kembali lagi apabila diperlukan. Namun perlu diwaspadai kemungkinan ketergantungan konseli kepada konselor.
  • Kemungkinan merujuk ke rekanan atau tenaga profesional lainnya. Rujukan diperlukan jika konselor menyadari “batas-batas”kemampuannya dalam menghadapi konseli dengan karakteristik dan masalah tertentu. Sebelum merujuk kepada psikolog, usahakan untuk mendiskusikan terlebih dahulu dengan konseli agar  konseli tidak merasa ‘dilempar’ dan ditolak.
  • Formal leave taking (“pamit” secara formal). Usahakan suasananya menyenangkan dan penuh kepercayaan.

Pada tahap akhir konseling ini, merupakan saat konselor harus mengakhiri konseling jika tanda-tanda berikut sudah muncul, yaitu:

  • Menurunnya kecemasan konseli.
  • Adanya perubahan perilaku konseli ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamis.
  • Adanya rencana hidup masa depan dengan program yang jelas.
  • Konseli telah mendapatkan insight dan mampu menyelesaikan masalahnya
  • konseli sudah merasa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri
  • Bila sasaran / tujuan akhir dari “kontrak” telah tercapai
  • Bila konselor dan konseli merasa tidak mendapat manfaat dari sesi konseling yang berlangsung
  • Konteks awal ketika konseling dimulai, mengalami perubahan

Keterampilan dan Tahapan Konseling yang Dibutuhkan Konselor Membantu Menyelesaikan Permasalahan Konseli

Demikian artikel terkait Keterampilan dan Tahapan Konseling yang Dibutuhkan Konselor Membantu Menyelesaikan Permasalahan Konseli. Semoga memberikan pemahaman tentang dasar-dasar ilmu konseling.

admin Tidak ada komentar

Motivasi Bagi Karyawan: Intrinsik dan Ekstrinsik

 

Motivasi Bagi Karyawan. Kinerja perusahaan dan pertumbuhan pendapatan sangat berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan. Semua hal termasuk sumber daya manusia, retensi dan produksi harus dikelola dengan baik untuk mencapai produktivitas perusahaan.

Produktivitas merupakan aset berharga yang dihasilkan oleh karyawan yang termotivasi untuk memberikan nilai besar bagi perusahaan. Motivasi dari karyawan ini berguna untuk tetap menjalankan dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Setiap perusahaan akan merugi jika tidak memperhatikan topik mengenai pengaruh motivasi kerja dengan kinerja karyawan ini.

Fungsi Motivasi Bagi Kayawan

Fungsi motivasi bagi kayawan adalah sebagai berikut :

  1. Motivasi ibarat bensin sebuah kendaraan. Jika tidak ada bensin, kendaraan tidak dapat beroperasi dengan baik.
  2. Memotivasi karyawan untuk menjadi lebih produktif.
  3. Karyawan yang termotivasi akan dapat mengatur arah atau tujuan dalam melakukan aktivitas.
  4. Karyawan yang memiliki motivasi biasanya dapat menyampaikan pendapatnya mengenai apa yang harus dia dan timnya lakukan tanpa perlu instruksi terlebih dulu.

Motivasi Bagi Karyawan: Intrinsik dan Ekstrinsik

Dua Bentuk Motivasi Bagi Karyawan

Sehubungan dengan uraian-uraian di atas, secara sederhana dapat dibedakan dua bentuk motivasi bagi karyawan. Kedua bentuk tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Motivasi Intrinsik.

Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat/makna pekerjaan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain motivasi ini bersumber dari pekerjaan yang dikerjakan, baik karena mampu memenuhi kebutuhan, atau menyenangkan, atau memungkinkan mencapai suatu tujuan, maupun karena memberikan harapan tertentu yang positif di masa depan. Misalnya pekerja yang bekerja secara berdedikasi semata-mata karena merasa memperoleh kesempatan untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan realisasi dirinya secara maksimal.

 

Baca artikel lainnya, Psikologi Konseling

dan Tips Memilih Jasa Konseling yang Tepat

  1. Motivasi Ekstrinsik.

Motivasi ini adalah pendorong kerja yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi dalam bekerja karena upah/gaji yang tinggi, jahatan/posisi yang terhormat atau memiliki kekuasaan yang bcsar, pujian, hukuman dan lain-lain.

Di lingkungan suatu organisasi/perusahaan terlihat kecenderungan penggunaan motivasi ekstrinsik lebih dominan daripada motivasi intrinsik. Kondisi itu terutama disebabkan tidak mudah untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam diri pekerja, sementara kondisi kerja di sekitarnya lebih banyak menggiringnya pada mendapatkan kepuasan kerja yang hanya dapat dipenuhi dari luar dirinya.

Dalam kondisi seperti tersebut di atas, maka diperlukan usaha mengintegrasikan teori-teori motivasi, untuk dipergunakan secara operasional dilingkungan organisasi/perusahaan. Bagi para manajer yang penting adalah cara memberikan makna semua teori yang telah diuraikan di atas, agar dapat dipergunakan secara operasional/praktis dalam memotivasi para bawahannya. Di antaranya adalah dalam bentuk pemberian ganjaran yang cenderung paling banyak dipergunakan.

 

Baca artikel lainnya, Tanda Anda Butuh ke Psikologi Konseling

dan layanan psikologi

Tiga Tanggung Jawab Utama Manager

Dalam rangka memotivasi bagi karyawan, setidak-tidaknya terdapat 3 tanggung jawab utama seorang manajer. Ketiga tanggung jawab itu adalah:

  1. Merumuskan batasan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Dalam rumusan tersebut harus jelas jenis/jumlah (kuantitatif) dan bobot (kualitatif) tugas-tugas yang menjadi wewenang dan tanggung jawab setiap bawahannya.
  2. Menyediakan dan melengkapi fasilitas untuk pelaksanaan pekerjaannya, agar bagi pekerja yang memiliki motivasi kerja tinggi tidak menjadi hambatan untuk melaksanakannya secara maksimal.
  3. Memilih dan melaksanakan cara terbaik dalam mendorong atau memotivasi pelaksanaan pekerjaan para bawahannya.

Demikian artikel singkat tentang Motivasi Bagi Karyawan, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik, Semoga artikel singkat ini bermanfaat.

 

Sumber Referensi :

Priyono dan Marnis. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Zifatama Publisher

 

Baca artikel lainnya, biro psikologi

dan jasa psikotes online

admin Tidak ada komentar

Tips Memulai Jasa Konseling yang Baik

Jasa KonselingJasa konseling sering dicari oleh orang-orang yang sedang mengalami masalah berat seputar kesehatan mental. Namun, tidak semua orang yang menggunakan jasa konseling adalah orang-orang yang sedang sakit mentalnya. Pada kondisi kekinian ini banyak orang yang membutuhkan jasa seorang konselor sebagai wadah atau tempat mencurahkan isi hati atas masalah yang tengah dihadapi. Berikut ini adalah tips memulai jasa konseling yang baik, yaitu:

  • Memiliki Kompetensi yang Mumpuni

Modal utama saat memulai jasa konseling adalah menjadi seorang konselor yang baik. Berikut ini adalah tips menjadi konselor yang baik, yaitu:

  • Memiliki Kemampuan Komunikasi Baik

Seorang konselor harus memiliki komunikasi yang baik, faktor ini adalah faktor penunjang utama untuk menjadi konselor yang baik. Sebab, konselor harus memberikan saran dan masukan kepada kliennya. Misalnya apabila konselor mendapatkan klien yang pemarah, maka konselor harus mampu menghadapinya dan menjalin komunikasi dengan baik. Hal ini hanya bisa dilakukan jika konselor memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

  • Memiliki Kesabaran dan Bisa Menjaga Rahasia

Sabar serta tidak mudah emosi adalah kunci utama seorang konselor, sifat ini sangat dibutuhkan oleh seorang konselor. Sifat lainnya yang harus dimiliki oleh konselor adalah bisa menjaga rahasia. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa pekerjaan konselor adalah mendengarkan masalah-masalah kliennya. Oleh sebab itu, wajib hukumnya untuk menjaga privasi dan rahasia klien.

  • Memiliki Mindset dan Anggapan Terhadap Klien

Konselor tidak boleh menganggap klien sebagai penderita, namun tetap harus beranggapan dan memiliki mindset bahwa pasien adalah manusia. Manusia biasa yang juga memiliki kebangsaan, harga diri serta keinginan tertentu.

  • Bermoral, berintegritas dan suka mendengar

Ketiga sifat ini juga harus dimiliki oleh seorang konselor yang baik. Moral dan integritas konselor dapat dinilai dari kejujurannya, sedangkan suka mendengar tentu saja merupakan pekerjaan utama konselor.

  • Fokus dan memiliki empati

Fokus pada saat konseling harus dilakukan oleh konselor dan seorang konselor juga harus memiliki empati yang tinggi. Kedua hal ini merupakan salah satu modal dasar yang harus dimiliki oleh konselor.

Baca Juga: 5 Tanda yang Menunjukkan Bahwa Anda Butuh Psikologi Konseling

  • Memiliki Izin Praktek Psikologi

Saat membuka jasa konseling Anda harus izin terlebih dahulu pada lembaga negara yang bersangkutan. Lembaga tersebut adalah Himpunan Psikologi Indonesia atau HIMPSI.Sebab dengan begitu, lembaga konseling yang Anda dirikan akan memiliki nilai dan kualitas yang baik. 

  • Memiliki Program Layanan yang Jelas

Lembaga konseling yang berkualitas dan profesional tentu saja memiliki program layanan yang jelas. Oleh karena itu, sebelum membuka jasa konseling, sebaiknya Anda memiliki rencana program layanan yang jelas. Program layanan dapat tercermin dari visi dan misi. Sehingga sebaiknya buatlah visi dan misi lembaga yang jelas dan meyakinkan. 

  • Memiliki Kantor Jelas

Anda harus memiliki alamat kantor yang jelas untuk menunjukkan jasa konseling Anda profesional.

  • Mengikuti Perkembangan Zaman

Apapun di era digital ini selalu dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Manfaatkan kemudahan internet untuk berbagai hal yang mendukung jasa konseling kian dikenal. Salah satunya dengan membuat halaman website, penjadwalan konseling via online, adanya program psikotes online dan sebagainya.

Nah itu tadi tips memulai layanan jasa konseling yang baik. Jika Anda sedang mencari jasa konsultasi yang baik, jangan pernah ragu untuk mendatangi Deepa Psikologi ya! Untuk info lebih lanjut Anda bisa menghubungi halaman website, seluruh informasi tentang Deepa Psikologi ada di sana kok! Mulai dari alamat kantor, hingga kontak WA yang ada di halaman ini.

admin Tidak ada komentar

Bimbingan dan Konseling: Definisi, Sejarah, Konsep, Fungsi, Prinsip dan Asas

Bimbingan dan Konseling. Setiap sekolah dan sistem pendidikan selalu ada layanan Bimbingan dan konseling yang sering disingkat BK. Jika ada siswa yang dipanggil BK, mereka akan ketakutan dan image-nya akan mendapatkan teguran dan sanksi. Tapi apakah tugas Bimbingan dan konseling identik dengan hukuman dan sanksi? Apa itu BK? Siapa yang bisa menjadi petugas BK di sekolah? Apa manfaat dari BK di sekolah? Artikel ini akan membahas tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Jadi apa itu bimbingan dan konseling? Bimbingan dan Konseling berasal dari bahasa Inggris  “Guidance” dan “Counseling”. Guidance berasal dari kata guide yang artinya to direct, mengelola (to manage), memandu (to pilot), dan menyetir (to steer). Sedangkan counseling dalam bahasa Indonesia berarti “Proses Interaksi”.

Sehingga dari istilah, Bimbingan merupakan suatu proses bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki profesionalitas agar konseli memiliki suatu pemahaman diri, dapat mengarahkan diri, memiliki kemampuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan dalam membuat suatu pilihan sesuai dengan potensi yang dimiliki.

 

Pendapat ahli tentang Bimbingan

  1. Prayitno (2004, hal 95) Bimbingan sebagai suatu bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana.
  2. Shertzer dan Stone (1971, hal 40). Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya
  3. Frank Parson, dalam Jones, 1951. Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan adalah :

  1. Proses bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki profesi
  2. konseli diharapkan memiliki suatu kemampuan dalam memahami diri dan memperbaiki diri
  3. konseli diharapkan mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
  4. membantu konseli memecahkan permasalahan yang dihadapi
  5. konseli memiliki kemampuan dalam membuat, suatu keputusan sanggup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga mampu berkembang secara optimal

Pendapat ahli tentang Konseling

  1. Surya dan Roman (1986, hal 25) Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang dimana seorang klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
  2. Boy dan Pine dalam Depdikbud (1983, hal 14) Tujuan Konseling adalah membantu individu menjadi lebih mengaktualisasi dirinya, membantu individu maju dengan cara memanfaatkan, sumber-sumber dan potensinya sendiri.
  3. Syamsu Yusuf (2005, hal 8) Konseling menurut ASCA adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.
  4. Robert L. Gibson dan Mariane H. Mitchell (2011, hal 205) Konseling adalah sebuah ketrampilan dan proses yang harus dibedakan dari sekedar memberikan nasehat, memberi pengarahan, mendengarkan secara simpatik.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian konseling adalah :

Konseling Komprehensif adalah konseling yang berlaku bagi konseli yang berbagai macam karakter, dilaksanakan melalui suatu proses interaksi antara konselor dan konseli. Konseling bersifat sangat pribadi dalam memberikan bantuannya agar konseli memiliki kemampuan untuk tumbuh kembang seoptimal mungkin dan mengarah pada suatu pilihan dalam hidupnya sesuai dengan potensi yang dimiliki.

 

 

Kesimpulan Arti Bimbingan dan Konseling

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan Proses interaksi dua belah pihak, yaitu konselor dan konseli. Dalam membantu, konseli diharapkan memiliki suatu pemahaman diri, penyesuaian diri, dan kemampuan dalam menentukan keputusan yang tepat dalam memecahkan permasalahannya sehingga dapat hidup sesuai dengan keadaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

 

Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling

Gerakan konseling di Indonesia dimulai tahun 1960-an dengan nama Bimbingan dan Penyuluhan atau disingkat BP. Pada tahun 1963 dibuka jurusan BP di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Lulusan jurusan BP dari LPTK bertugas di sekolah. Pada tahun 1975 didirikan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI – Indonesian Guidance Personnel Association). Di tahun yang sama, BP diintegrasikan ke dalam kurikulum SMA. Kemudian tahun 1993 istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti dengan Bimbingan dan Konseling (BK).

Pada awal tahun 2000-an, IPBI di ubah menjadi ABKIN, singkatan dari Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Istilah bimbingan dan konseling cenderung diubah menjadi konseling. Kemudian didirikannya Pendidikan Profesi Konselor (PPK) dan Ikatan Konselor Indonesia (IKI).

Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika Serikat dipelopori oleh seorang tokoh besar yaitu Frank Parson melalui gerakan yang terkenal yaitu gerakan bimbingan (guidance movement). Berasal dari upaya mengatasi semakin banyaknya veteran perang yang tidak memiliki peran dan memberi bimbingan vocational sehingga veteran-veteran tersebut tetap dapat berkarya sesuai kondisi mereka.

 

 

Tujuan Bimbingan Konseling

Bimbingan konseling memiliki tujuan yaitu:

  1. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
  2. Merencanakan kegiatan penyelesaian tuntutan tugas, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang
  3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga, pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya
  4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam penyesuaian diri dengan lingkungan

Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam sistem pendidikan, bimbingan konseling merupakan salah satu komponen penting di sekolah. Guru dengan background sarjana Bimbingan Konseling atau psikologi sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah. Guru BK dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.

 

Fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Fungsi Pemahaman

Membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya. Baik potensi maupun kompetensinya. Memiliki pemahaman akan interaksi dirinya dengan lingkungannya seperti dalam lingkungan pendidikan, pekerjaan, dan norma agama. Dalam fungsi pemahaman, diharapkan konseli mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Fasilitas

Pada fungsi Fasilitasi, konselor memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. Upaya membantu konseli bisa dalam bentuk memberikan fasilitas, sarana prasarana, mediator, tempat dan waktu, dan permikiran konselor.

3. Fungsi Penyesuaian

Pada fungsi Adaptasi, membantu konselor, psikolog, guru BK dan pemangku kebijakan untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para pihak terkait dalam memperlakukan konseli secara tepat.

Pada fungsi ini juga, diharapkan membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

4. Fungsi Penyaluran

Berkaitan dengan upaya membantu konseli memilih peminatan, kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi penyaluran, konselor perlu bekerja sama dengan tenaga profesional lainnya baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. Seperti ke Psikolog untuk pemetaan minat bakat melalui proses psikotes.

5. Fungsi Pencegahan

Berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi pencegahan, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang dapat membahayakan dirinya. Upaya pencegahan diberikan dalam bentuk edukasi, pemberian informasi, informasi dampak negatif/ akibat yang muncul, sampai penanaman nilai dan konsep benar salah atau baik buruk. Teknik yang dapat digunakan yaitu pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Contoh fungsi pencegahan adalah edukasi dengan tema: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, malas belajar, drop out, dan pergaulan bebas (free sex)

 

6. Fungsi Perbaikan

Pada fungsi perbaikan akan membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan berperilaku serta berkehendak. Konselor melakukan intervensi  atau memberikan perlakuan terhadap konseli agar memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif. Beberapa upaya dilakukan termasuk pemberian sanksi atau reinforcement negatif. Pujian juga diperlukan untuk memunculkan perilaku yang diharapkan.

 

7. Fungsi Penyembuhan

Dalam fungsi Penyembuhan ini bersifat kuratif. Berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, terapi dan remedial teaching. Bahkan jika perlu dalam melaksanakan fungsi penyembuhan, konselor dapat bekerja sama dengan dokter, atau profesi lainnya yang mendukung proses terapi.

 

8. Fungsi Pemeliharaan

Diharapkan membantu konseli agar dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Konselor memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Fungsi ini dilaksanakan setelah tahap-tahap fungsi lain dilaksanakan, seperti tahap perbaikan, penyembuhan, pemahaman dan penyesuaian diri konseli. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan memberikan pilihan sesuai dengan minat bakat konseli.

 

9. Fungsi Pengembangan

Pada fungsi pengembangan ini sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor terus berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan pihak berkepentingan bekerja bersama-sama bersinergi merencanakan dan melaksanakan program bimbingan konseling secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Pada fungsi pengembangan, teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau diskusi/brain storming, home room dan home visit, serta karyawisata/ studi banding.

 

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Beberapa prinsip dasar Bimbingan konseling merupakan pondasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling tersebut yaitu:

 

1. Diperuntukkan bagi semua individu.

Bimbingan Konseling diberikan kepada semua konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah. Diperuntukkan bagi pria dan wanita. Baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tidak pilih-pilih ke pribadi tertentu. Layanan meliputi pencegahan/ preventif dan juga penyembuhan atau kuratif. Diperuntukkan baik secara pribadi maupun kelompok.

 

2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individualisasi.

Dalam psikologi ada konsep individual difference, yaitu setiap orang unik dan berbeda dengan pribadi yang lain. Konselor membantu memaksimalkan perkembangan keunikan konseli dengan penanganan yang memperhatikan keunikan pribadi tersebut. Sehingga prinsipnya berfokus pada permasalahan konseli, walaupun pelayanan bimbingan menggunakan teknik kelompok.

 

3. Bimbingan menekankan hal yang positif.

Proses bimbingan tidak boleh menekan aspirasi konseli. Bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan dimana konselor perlu membangun pandangan yang positif terhadap diri konseli sendiri. Konselor memberikan dorongan dan peluang pada konseli untuk berkembang.

 

Baca artikel lainnya, Jasa Konseling Untuk Memperbaiki Kualitas Diri

dan Gunakan Jasa Psikologi Konseling Profesional

4. Proses bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.

Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas dan peran semua pihak yang berkaitan. Dibutuhkan kemampuan untuk bekerja sama membantu menyelesaikan dan memfasilitasi upaya menyembuhan permasalahan konseli.

5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling.

Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Konselor memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan.

Konselor membimbing dan memfasilitasi konseli untuk mempertimbangkan, memikirkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Konseli diharapkan mampu membuat pilihan secara tepat terhadap tujuan yang diinginkan, danmampu mengembangkan diri untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

 

6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan.

Pemberian pelayanan bimbingan disemua bidang, baik di pendidikan, di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, instansi pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan bersifat multiaspek. Meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

 

Asas-asas Bimbingan Konseling

1. Asas Kerahasiaan.

Bimbingan dan konseling wajib merahasiakan segenap data dan keterangan tentang konseli. Data atau keterangan proses konseling tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Kecuali untuk kasus tertentu yang melibatkan tindak lanjut seperti penagak hukum, jaksa, polisi, pengacara, konselor rujukan, dokter dan terapis.

2. Kesukarelaan.

Proses bimbingan konseling tidak boleh dipaksakan. Harus ada kerelaan dan kesadaran pribadi sebagai konseli. Kecuali konseli berada dalam sistem yang butuh didisiplinkan dan diberikan pendidikan untuk menunjang proses sistem itu berlangsung. Dalam tahapan ini, walaupun diawal ada tuntutan dan tekanan ke konseli, dalam proses bimbingan dan koseling, diupayakan proses treatmen, konseli dapat menjalaninya dengan tanpa muncul kesadaran diri dan kesukarelaan.

 

Baca artikel lainnya, Jasa Konseling Untuk Memperbaiki Kualitas Diri

dan Gunakan Jasa Psikologi Konseling Profesional

3. Asas Keterbukaan.

Diharapkan  konseli yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura. Konseli terbuka dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Untuk menunjang keterbukaan konseli, maka konselor perlu membangun rapport yang baik. Sehingga konseli bisa nyaman dan aman untuk menyampaikan informasi dan keterbukaan permasalahan pribadi.

 

4. Asas Kegiatan.

Bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Proses bimbingan merupakan tahapan kegiatan yang panjang dan bisa berlangsung dalam beberapa sesi pertemuan.

 

5. Asas Kemandirian.

Konseli diharapkan menjadi pribadi yang mandiri. Dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidak bergantung pada konselor setelah permasalahannya terselesaikan.

 

6. Asas Kekinian

Layanan bimbingan dan konseling pada konseli dengan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kondisi dan situasi sekarang. Walaupun berkaitan dengan masa depan atau kondisi masa lalu tetapi dapat dilihat dampak dan tetap berkaitan dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat konseli sekarang.

 

7. Kedinamisan

Layanan bimbingan dan konseling harus selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. Layanan bimbingan konseling juga harus bersifat dinamis terhadap perkembangan permasalahan konseli. Juga terhadap situasi-situasi yang mungkin berbeda.

 

8. Asas Keterpaduan

Asas bimbingan dan konseling tidak berdiri sendiri. Tidak hanya melibatkan konselor dan konseli saja. Tetapi ada kerjasama yang saling mendukung pada sistem yang berkaitan. Bisa melibatkan pihak keluarga, masyakarat, dan lingkungan sosial lainnya.

 

9. Asas Kenormatifan.

Bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan kebiasaan yang berlaku. Layanan bimbingan konseling justru ditujukan agar konseli mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan, serta menyesuaikan dan menghadapi diri pada tuntutan norma, hukum dan peraturan, adat, serta nilai-nilai lainnya.

 

10. Asas Keahlian.

Asas bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh konselor sebagai tenaga profesional. Proses dan tahapan bimbingan dan konseling juga diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Ada metode ilmiah pada serangkaian proses bimbingan dan konseling yang bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Konselor perlu memiliki ijin praktik sebagai konselor dari lembaga pengayom profesi. Sehingga, konselor juga memiliki riwayat pendidikan yang linear dan berkorelasi dengan bidang bimbingan konseling. Jika perlu ada ijin dari dinas kesehatan sebagai tenaga ahli dibidang kesehatan. Sekarang ini, pemerintah menetapkan psikolog klinis di bawah naungan dinas kesehatan sebagai tenaga kesehatan psikologis.

 

11. Alih Tangan Kasus

Pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli wajib mengalihtangankan permasalahan konseli kepada pihak yang lebih ahli. Hal ini juga berlaku pada konselor yang kurang jam terbang atau merasa tidak ada progres dan sadar dengan kompetensi diri; wajib mengalihtangankan ke konselor lagi yang spesialis dan concern pada kasus konseli tersebut.

 

12. Asas Tut Wuri Handayani atau Konseli Centered

Dalam proses konseling. Asas ini juga seperti konsep Rogerian atau Klien centered. Dimana konselor memberikan dorongan dan arahan. Konselor perlu memberikan arahan, menginsiprasi, memberikan ide dan gagasan. Namun, diharapkan konseli yang lebih aktif pada penyelesaian permasalahan pribadinya.

 

Dari dua belas asas bimbingan dan konseling di atas, jika disingkat dan diambil intinya ada tiga asas paling penting yang tidak boleh ditiadakan dalam setiap proses bimbingan konseling. Yaitu asas kerahasiaan, asas kesukarelaan dan asas keterbukaan.

 

Baca artikel lainnya, Tips Memilih Jasa Konseling yang Tepat

dan Tanda Anda Butuh ke Psikologi Konseling

Persamaan dan perbedaan antara Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling memiliki kesamaan yang terletak pada tujuan yang hendak dicapai yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan. Bimbingan konseling sama-sama ditujukan untuk mendapatkan kesehatan mental pribadi pada diri konseli.

 

Sedangkan perbedaan terletak pada segi isi kegiatan dan segi tenaga. Pada segi isi kegiatan, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan kegiatan pengumpulan data tentang individu. Bimbingan lebih menekankan pada fungsi pencegahan, sedangkan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien. Dari segi tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, ustad, wali kelas, kepala sekolah, dan orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang telah terdidik dan terlatih. Dengan kata lain, konseling merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien secara individu.

Demikian artikel tentang Bimbingan dan konseling. Semoga menambah pemahaman kita tentang arti, tugas, dan manfaat dari tahapan bimbingan dan konseling.

admin Tidak ada komentar

5 Tanda yang Menunjukkan Bahwa Anda Butuh Psikologi Konseling

Psikologi KonselingKegiatan yang didalamnya termasuk sesi konseling antara konselor dengan klien sering disebut dengan psikologi konseling. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menemukan akar permasalahan yang tengah dihadapi oleh klien. Mungkin masih ada keraguan pada diri Anda untuk mendatangi psikolog dan menjalankan sesi konseling. Namun apabila Anda merasa masalah Anda sudah terlalu berat ditanggung sendirian, bisa jadi itu menjadi salah satu tanda bahwa Anda membutuhkan bantuan seorang psikolog.

Tanda Anda Membutuhkan Psikologi Konseling

Apabila tanda-tanda berikut ini ada pada diri Anda, kemungkinan besar Anda membutuhkan bantuan psikologi lho! Jangan pernah menafikan tanda-tanda berikut ini ya! Yuk, kita simak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Anda sedang membutuhkan konseling dari psikolog!

  • Sedih Berlebihan

Rasa sedih sebenarnya adalah wajar. Pasti setiap orang pernah merasakan rasa sedih. Namun apabila rasa sedih sudah berlebihan Anda patut memasang alarm tanda bahaya. Sedih yang berlebihan menunjukan tanda kesehatan mental sedang tidak baik-baik saja. Penyebab dari rasa sedih yang berlebihan adalah tertimpa masalah yang terlalu berat hingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Misalnya, perasaan sedih ini sampai mengganggu konsentrasi ketika sekolah atau bekerja.

  • Trauma

Trauma berat biasanya dipicu oleh kejadian atau peristiwa yang luar biasa buruk. Salah satu kejadian atau peristiwa yang dapat memicu trauma berat adalah mengalami pelecehan seksual, kecelakaan, ditelantarkan dan sebagainya. Orang yang mengalami trauma sangat membutuhkan bantuan psikolog dalam sesi konseling. Sesi konseling akan membuat trauma cepat sembuh, sebab dalam sesi ini klien akan menemukan orang tepat untuk berbagi masalah.

  • Kehilangan

Kehilangan disini bisa saja kehilangan orang yang berharga hingga sesuatu yang berharga. Kehilangan tentu saja bisa mengakibatkan kesedihan yang sulit dihadapi dan berlangsung secara berkelanjutan. Masalah kesedihan ini susah untuk diatasi kecuali oleh ahlinya, yaitu psikolog. Meskipun faktanya tidak semua orang membutuhkan bantuan psikolog saat menghadapi kesedihan. Namun, tidak ada salahnya memulai sesi konsultasi dan menemui psikolog.

Baca Juga: Persiapkan 10 Hal Ini Sebelum Menjalani Konsultasi Psikologi

  • Ketergantungan Obat-obatan dan Seks

Ketergantungan ini bisa saja dikarenakan karena obat-obatan, narkoba dan seks. Ketika Anda memiliki kebiasaan yang tidak baik kemudian melampiaskannya pada hal-hal buruk misalnya pada narkoba dan seks bebas. Tandanya Anda membutuhkan bantuan psikolog untuk melakukan sesi konseling. Pada saat sesi konseling berlangsung, Anda akan mendapatkan diagnosis kesehatan mental. Dan dari sinilah titik terang dari masalah Anda akan ditemukan. Sehingga Anda bisa menjauh dari ketergantungan akan hal-hal yang tidak baik.

  • Tidak Memiliki Tempat Mencurahkan Isi Hati

Keluarga dan sahabat adalah tempat seseorang mencurahkan isi hati. Namun apabila dari semua orang tersebut terlalu sibuk dan tidak bisa mendengarkan keluh kesah Anda, itu tandanya Anda membutuhkan bantuan psikologi. Mencurahkan isi hati adalah cara mudah meringankan masalah, dengan melakukan sesi konsultasi Anda bisa mudah mencurahkan isi hati.

Lakukan serangkaian sesi psikologi konseling pada lembaga yang terpercaya serta sesuai dengan apa yang Anda butuhkan. Buatlah sesi konsultasi dengan Deepa Jasa Psikologi dan Konseling profesional dengan menghubungi kontak person kami. Dan jangan lupa, sebelum menjalani sesi konsultasi Anda harus menyiapkan beberapa hal yang dibutuhkan. Tujuannya tentu saja supaya sesi konsultasi berjalan lancar dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. 

Dengan begitu, masalah Anda dapat teratasi dengan baik, kesehatan mental terjaga. Dan seluruh kegiatan sehari-hari dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Nah, itu tadi 5 tanda yang menunjukkan bahwa Anda membutuhkan bantuan psikolog. Semoga bermanfaat ya!

admin Tidak ada komentar

Persiapkan 10 Hal Ini Sebelum Menjalani Konsultasi Psikologi

Konsultasi PsikologiMungkin bagi sebagian orang sudah terbiasa datang ke psikolog untuk melakukan sesi konsultasi. Namun bagi sebagian orang hal ini tentu saja adalah hal yang tidak biasa. Apalagi adanya pola pikir di masyarakat yang kurang baik tentang sesi konsultasi kepada psikolog. Sebelum Anda menjalani sesi konsultasi ke psikolog, sebaiknya Anda mempersiapkan 10 hal berikut ini ya!

  • Menentukan Tujuan

Menjalani sesi konsultasi ke psikolog bukan hanya sekedar meluapkan emosi atau curhat belaka. Harus ada tujuan yang disetujui supaya sesi konsultasi berjalan efektif dan membawa perubahan yang bagus pada diri Anda. Misalnya Anda melakukan sesi konsultasi dikarenakan masalah susah tidur karena depresi, maka tujuan dari konsultasi adalah supaya Anda mudah untuk tidur. Sehingga semangat melakukan aktivitas dan jiwa yang depresi dapat pulih kembali.

  • Menyiapkan Catatan Emosi dan Pikiran

Anda sangat penting untuk membuat catatan emosi dan pikiran dalam bentuk catatan. Misalnya Anda perlu mencatat kondisi dimana Anda susah untuk mengontrol emosi, kondisi dimana Anda cemas berlebihan dan sebagainya. Buatlah catatan ini beberapa hari sebelum menjalani sesi konsultasi ke psikolog.

  • Menyiapkan Mindset untuk Mengatasi Isu Spesifik

Menyiapkan mindset ini sangat penting, supaya sesi konsultasi nantinya tidak hanya sekedar curhat belaka. Tetapi mempunyai isu-isu yang lebih spesifik. Dan isu inilah yang akan dibahas selama sesi konsultasi. Isu spesifik ini juga berguna bagi psikolog, Dia akan memetakan masalah Anda yang nantinya juga akan membantu Anda menyelesaikannya.

  • Mengingat Obat yang Sedang Dikonsumsi

Anda perlu menyampaikan obat-obat yang akhir-akhir ini sedang Anda konsumsi. Misalnya obat maag, paracetamol, bahkan obat antidepressant. Hal ini tentu saja akan membantu psikolog memahami keadaan Anda.

Baca Juga: Trik Cerdas Hadapi Psikotes Online

  • Memperhitungkan Budget

Sesi Konsultasi ke psikolog tidaklah satu kali pertemuan akan membuat Anda sembuh. Jadi sangat penting bagi Anda untuk memperhitungkan budget yang akan dikeluarkan. 

  • Mengingat Bahwa Psikolog Juga Manusia

Jangan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi kepada psikolog, Psikolog juga manusia seperti halnya dokter. Yang bisa menyembuhkan diri Anda adalah Anda sendiri, psikolog hanya membantu merubah pola pikir Anda. 

  • Menyiapkan Diri untuk Terbuka

Ketika sesi konsultasi berlangsung, Anda harus mengatakan apapun yang terpendam ke psikolog. Oleh karena itu, Anda harus menyiapkan diri untuk terbuka, jangan takut dihakimi. Sebab konsultasi psikologi merupakan tempat pikiran-pikiran aneh serta menyimpang bisa diterima.

  • Datang Awal

Tidak ada salahnya Anda datang lebih awal saat menjalani sesi konsultasi berlangsung, sebab ada beberapa dokumen yang harus Anda isi. Terlebih lagi, saat datang lebih awal Anda bisa menyiapkan hati dan perasaan, serta menyiapkan nafas. Tidak lucu bukan, apabila Anda menjalani sesi konsultasi masih dengan keadaan tersengal-sengal akibat datang terburu-buru. 

  • Memilih Jadwal Sesi Konsultasi di Akhir Hari Beraktivitas

Maksud dari akhir hari beraktivitas adalah hari terakhir sekolah atau kerja. Hal ini bertujuan supaya setelah sesi konsultasi berlangsung Anda bisa beristirahat. Percaya atau tidak membedah jiwa, pikiran dan emosi adalah pekerjaan yang menguras tenaga dan melelahkan. Selain itu, Me time sangat efektif mengembalikan semangat.

  • Mengenal Jenis Terapi yang Dijalani

Mengenal berbagai jenis terapi bukanlah hal yang susah apalagi di era digital ini. Banyak sekali jenis terapi yang ada dan dicocokan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh klien.

Anda harus bangga ketika memutuskan langkah untuk menjalani konsultasi ke psikolog. Sebab Anda sedang menjalani hidup baru. Untuk mendapatkan bantuan terbaik di bidang psikologi, Anda harus menghubungi kontak person kami untuk solusi terbaik bagi Anda.

admin Tidak ada komentar

Trik Cerdas Hadapi Psikotes Online

Psikotes Onlinepsikotes sering dipakai dalam tahap seleksi misalnya seleksi perekrutan karyawan baru. Psikotes lebih mengarah pada tes kepribadian, tujuannya adalah sebagai alat pengukur individu secara psikis. Banyak lulusan perguruan tinggi terbaik yang tidak diterima di perusahaan tempat mereka melamar. Alasannya bukan karena mereka tidak pintar tetapi memang karena kepribadiannya yang tidak sesuai dengan yang dicari oleh perusahaan. 

Di era yang serba digital ini, melakukan psikotes tidak melulu secara langsung atau offline. Namun juga biasa dilakukan melalui daring atau online. Psikotes secara online dianggap lebih praktis dan mudah. Sehingga wajar jika banyak yang memilih psikotes secara online. Supaya Anda sukses menghadapi psikotes secara online, sebaiknya simak trik cerdas berikut ini ya!

Trik Cerdas Hadapi Psikotes Online

  • Memastikan Jaringan Internet Lancar

Karena psikotes dilakukan secara online, maka hal pertama yang perlu Anda pastikan adalah jaringan internet berada dalam keadaan paling baik. Anda tidak mau kan ditengah-tengah Anda mengerjakan psikotes tiba-tiba jaringan internet ngadat.Tentu saja hal ini akan membuat tes Anda terganggu.

  • Tes Analogi Verbal

Tes analogi verbal ini meliputi hubungan makna, persamaan kata atau sinonim, lawan kata atau antonim, serta pemahaman mengenai narasi tertentu. Sehingga Anda perlu melatih kemampuan logika pada kondisi tertentu. Trik yang perlu Anda lakukan adalah mempelajari dan menghafal antonim-sinonim kata, serta hubungan antara kata dalam keadaan tertentu. Anda harus melompati soal yang sulit, ingat bahwa Anda terpaku pada waktu yang akan terus berjalan.

  • Tes Logika Aritmatika

Tes logika aritmatika ini meliputi deret angka dengan polanya, yaitu penjumlahan, pembagian, pengurangan, perkalian, persentase serta pecahan angka. Anda harus mampu menganalisis dan memahami pola-pola tertentu, tujuannya adalah untuk memprediksi hal-hal berdasarkan pola itu. Trik dari tes logika dan aritmatika yaitu:

  1. Tidak terpaku pada 3 sampai 4 angka yang ada di depan deret, kamu juga harus melihat deret angka secara keseluruhan. Sebab pola angka dapat berupa urutan, pengelompokan berurutan, dan pengelompokan loncat.
  2. Tidak terpaku pada satu soal yang sangat ingin dipecahkan. Anda harus melompati ke soal berikutnya. Ingat, dalam psikotes Anda memiliki waktu yang terbatas.
  3. Melatih kemampuan dengan sering latihan mengerjakan soal bisa dari buku psikotes atau melalui internet.

Baca Juga: Berbagai Peran dan Manfaat dari Psikologi Konseling

  • Tes Logika Penalaran

Tes logika penalaran meliputi deret gambar 2 dimensi dan 3 dimensi. Anda akan diminta untuk memilih gambar yang selanjutnya yang akan muncul. Anda harus mengasah pola-pola gambar untuk memprediksi pola selanjutnya yang akan muncul. Trik menghadapi tes logika penalaran adalah:

Memusatkan konsentrasi, berhati-hati serta teliti. Sebab bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki rupa yang hampir sama tetapi tidak sama.

  • Tes Kraepelin atau Pauli

Tes Kraeplien meliputi gugusan berbagai macam angka yang disusun membujur dalam bentuk berlajur-lajur. Tes ini juga biasa disebut dengan tes koran. Dalam menjawab soal ini Anda harus konsisten, tahan terhadap tekanan, teliti serta cepat dalam mengerjakannya. Trik menghadapi tes ini adalah: mengendalikan diri supaya hemat tenaga, jangan melakukan kecurangan terhadap waktu dan harus tetap konsentrasi.

  • Wartegg Test

Tes ini terdiri dari kotak-kotak yang didalamnya terdapat beberapa bentukan, misalnya garis lurus, titik, lingkaran dan sebagainya. Kemudian Anda diminta untuk menggambarnya, gambarlah sesuatu yang kreatif dan tidak umum. Mulailah berlatih menggambar dari sekarang ya!

Demikian trik cerdas menghadapi psikotes secara online, semoga membantu Anda. Dan tempat terbaik untuk melakukan psikotes online adalah dengan menghubungi Deepa Jasa Psikologi dan Konseling. Apabila Anda memiliki masalah terkait psikologi, Anda dapat menghubungi kontak person kami dan dapatkan berbagai solusi yang paling tepat.

admin Tidak ada komentar

Efektifitas Terapi Psikologi untuk menyelesaikan permasalahan psikis klien

Terapi psikologi menjadi upaya untuk membantu klien menyelesaikan permasalahan psikologisnya. Tahapan terapi psikologi biasanya dilakukan dalam proses konseling setelah membangun rapport dan identifikasi masalah klien. Proses terapi psikologi merupakan bagian yang paling penting dari upaya untuk menyelesaikan masalah psikologis klien.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam terapi psikologi. Diantaranya yaitu, terapi pasangan, terapi kognitif, CBT, hipnoterapi, inner child, terapi perilaku. Ada juga terapi psikoanalisis, psikodinamis, terapi humanistik, terapi seni, terapi musik, terapi kelompok, terapi keluarga, dan masih banyak lagi jenis-jenis terapi psikologi. Masing-masing jenis terapi itu akan efektif diterapkan dalam kasus tertentu klien, tetapi tidak efektif diterapkan ke kasus lain. Begitu juga dengan diri klien, efektif diterapkan dengan masalah dan pribadi klien tertentu. Tetapi tidak efektif diterapkan ke masalah yang sama tetapi berbeda individu klien. Penggunakan terapi psikologi sangat dinamis dan juga menyesuaikan dengan kondisi klien dan kompetensi terapis.

Karakteristik Terapi Psikologi yang sukses

Terapi psikologis yang sukses memiliki beberapa karakteristik seperti :

  1. Kemampuan membangun kepercayaan dan kenyamanan dari terapis ke klien. Dan juga ada kemauan klien untuk menerima terapis.
  2. Adanya kolaborasi proses yang berkesinambungan selama proses konseling dan terapi psikologi. dan di awali dengan terapis yang memiliki kepemahaman holistic terhadap klien dan latar belakangnya.
  3. Kemampuan menggali masalah psikologis yang utama dari permasalahan klien. Terkadang permasalahan yang muncul dan dikeluhkan klien bukanlah masalah inti. Tetapi hanya efek yang dikeluhkan klien. Bisa jadi klien belum nyaman menyampaikan masalah psikologi yang utama, sehingga hanya menyampaikan masalah psikologis yang bersifat dampaknya saja. Atau klien tidak menyadari masalah inti yang menjadi penyebab masalah-masalah psikologis yang dirasakan. Dengan mentraitment masalah inti gangguan psikologis klien, maka dampak psikologis lainnya juga akan terselesaikan.
  4. Terapi yang sukses juga akan melahirkan perubahan signifikan dari klien yang terjadi dari awal hingga akhir sesi terapi
  5. Memiliki harapan yang realistis dan optimis tentang keberhasilan baik dari klien maupun terapis.
  6. Adanya ketidaknyamanan terhadap gangguan psikologis yang dirasakan klien dan dia memiliki keinginan untuk sembuh. Semakin kuat dorongan untuk sembuh, semakin cepat dan efektif proses terapi psikologi
  1. Penguasaan tentang perasaan dan kepercayaan diri/self efficacy
  2. Upaya klien mau mengikuti instruksi dan tugas yang diberikan terapis selama proses konseling dan ketika terapi psikologi diberikan.
  3. Kemampuan terapis me-leading klien sepanjang proses konseling.

 

Baca Juga: Ragam Hal Tentang Psikotes Online yang Patut Diketahui

dan  Manfaat yang Diberikan Konsultan Psikologi untuk Karyawan

 

Usaha terapis dalam menyukseskan proses terapi

Berikut adalah usaha yang harus dilakukan terapis untuk menyukseskan proses terapi:

  1. Memfasilitasi tempat terapi yang nyaman, tenang, dan bersih. Sehingga, klien dan terapis bisa fokus dalam proses terapi. Tidak ada gangguan dari pihak luar selama proses terapi.
  2. Terapis mampu menciptakan suasana aman, mendukung, dan memperbaiki suasana diri klien
  3. Tujuan dan arah perkembangan terapi dibuat jelas dan terukur
  4. Memberi penjelasan mengenai proses penyembuhan yang ditujukan dalam terapi dan proses penerapan yang akan digunakan untuk menyelesaikannya.
  5. Memperbaiki kemampuan klien dalam mengenal, merekonstruksi dengan tepat dalam upaya mengontrol emosi
  6. Berusaha mendalami teknik-teknik terapi dan dikondisikan dengan diri dan permasalahan klien.
  7. Memperbaiki kemampuan klien dalam proses meyakini kebenaran dan mengubah pola pikir. Menumbuhkan kesadaran dan pemikiran baru tentang perspektif masalah psikologis.
  8. Memperbaiki kemampuan klien dalam menilai dan mengubah perilaku disfungsional. Sehingga klien memperoleh perilaku baru yang lebih efektif, mampu mengontrol suasana hati, membangun hubungan yang sehat dan emosi yang baik bagi kesehatan fisik dan mental.

Efektifitas Terapi Psikologi untuk menyelesaikan permasalahan psikis klien

Baca Juga: Tips Memulai Jasa Konseling yang Baik

dan  Trik Cerdas Hadapi Psikotes Online

 

Memahami Kesehatan Mental

Untuk mendapatkan efektifitas terapi psikologi, klien harus memahami pentingnya kesehatan mental. Terapis perlu menanamkan nilai-nilai dan menumbuhkan kesadaran diri klien mengenai pentingnya kesehatan mental. Dengan memahami kesehatan mental, maka klien bisa menentukan arah dan tujuan terapi psikologi. Berikut adalah point tentang kesehatan mental yang mencakup aspek:

  1. Spiritual. Meliputi: nilai-nilai, kepasrahan kepada Tuhan, kepercayaan, etika, kebutuhan dan arah, optimis, kedamaian batin
  2. Kasih sayang: intim, percaya, berbagi, hubungan kerja sama jangka panjang.
  3. Regulasi Diri: rasa layak, penguasaan diri, spontanitas dan responsif emosi, rasa humor, kreatifitas, kesadaran nyata, tubuh sehat.
  4. Bekerja: pekerjaan yang dibayar, pengalaman sukarelawan, membesarkan anak, rumah tangga, dan pendidikan psikologis, sosial dan hadiah lainnya.
  5. Persahabatan: hubungan interpersonal yang positif dan dukungan sosial yang memberikan kegiatan serta interaksi yang bermanfaat.

 

Baca Juga: Persiapkan 10 Hal Ini Sebelum Menjalani Konsultasi Psikologi

dan  5 Tanda yang Menunjukkan Bahwa Anda Butuh Psikologi Konseling

Karakteristik Klien yang Sukses

Dalam proses konseling dan terapi psikologi, dibutuhkan karakteristik yang baik dari terapis maupun klien untuk menunjang kesuksesan proses terapi. Semakin mendukung karakteristik yang baik dari terapis dan klien, maka semakin cepat keberhasillan proses terapi. Berikut adalah karakteristik klien yang mendukung kesuksesan terapi psikologis:

  1. Kedewasaan. Individu yang memiliki fungsi hidup wajar dan berpengetahuan luas mengenai dunia, mampu membangun komitmen terhadap proses terapi sehingga dapat terlibat dalam terapi yang efektif. Pribadi yang dewasa tidak berpikir egois atau memiliki self center yang kuat.
  2. Kemauan untuk segera sembuh. Dorongan bisa bersifat internal maupun eksternal/ di luar diri klien.
  3. Kemampuan untuk membangun hubungan /support sistem yang baik. Klien juga diharapkan mampu untuk membentuk interpersonal bounderies yang tepat
  4. Individu yang memiliki self esteem yang baik dan kemampuan untuk mengendalikan diri dan kehidupannya akan dapat membangun hubungan interpersonal yang sehat
  5. Toleransi yang tinggi terhadap frustrasi. Individu dengan kemampuan menerima rasa sakit sehingga mampu berhadapan dengan proses perubahan dan tidak mudah merasa stres/tertekan. Orang yang mudah merasa canggung dengan perasaan tidak nyaman akan mudah meninggalkan proses terapi yang ditawarkan
  6. Penyesuaian diri yang bagus. Sehingga klien bisa berubah dari kebiasaan dan pemikiran lama menuju pemikiran dan kebiasaan baru yang lebih sehat.
  7. Kemampuan untuk melakukan introspeksi diri dan terbuka dengan masukan dari terapis. Orang-orang yang terbiasa melihat ke dalam diri mereka dan berpikir dengan cara yang mendalam tentang humanism dan relasi interpersonal lebih mungkin untuk melanjutkan treatment dan memiliki hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak

 

 

Budaya dan Issue yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Terapi

Sue dan Sue (2008) mengidentifikasi beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan terapis terhadap budaya dan issue untuk proses efektifitas terapi psikologi:

  1. Terapis perlu memiliki kepedulian, mengenai nilai-nilai budaya dan bias (terhadap nilai) mereka sendiri. Menurut Glading (2008), Terapis tidak hanya harus sadar budaya yang dimiliki oleh kliennya, tetapi terapis juga harus melihat bias atau issue yang dimiliki. Terapis perlu “memeriksa dan menyadari kondisi diri mereka”. Mengetahui nilai dan perbedaan. Sadar akan budaya yang dimiliki klien. Hal ini berkaitan dengan cara berpikir, perspektif, perilaku, kebiasaan, dan pengambilan keputusan klien. Berkaitan juga dengan nilai “boleh dan tidak boleh dilakukan” oleh klien. Mengakui gender mereka sendiri, ras, etnis, atau bias seksual.
  2. Mampu memahami adanya beragam klien dengan beragam budaya.
  3. Terapis perlu mengembangkan intervensi yang sesuai secara budaya
  4. Belajar merasa nyaman dengan perbedaan di antara lingkungan.
  5. Menyadari kondisi kapan harus merujuk kepada terapis lain.

 

Demikian artikel tentang Efektifitas Terapi Psikologi untuk menyelesaikan permasalahan psikis klien. Semoga menambah pemahaman untuk proses terapi psikologi yang efektif.

admin Tidak ada komentar

Mengenali Gejala Autisme Pada Anak

Gejala Autisme. Ketika ayah dan bunda dikaruniai anak dengan kondisi Autisme tentu kedepannya akan melewati tantangan-tantangan besar. Hal ini dikarenakan, Anak dengan Autisme akan mengalami gangguang perkembangan yang kompleks sehingga membutuhkan penanganan dan pendampingan khusus. Autisme sendiri sering disalahpahami oleh kebanyakan orang. Anak-anak penyandang autis sering kali dianggap tidak waras, gila dan berbahaya padahal sejatinya tidak demikian.

Menurut Geneofarm, Autisme secara harfiah berasal dari bahasa Yunani, yaitu auto yang artinya sendiri. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa anak autis pada umumnya hidup dengan dunianya sendiri, menikmati kesendirian, dan tidak respon dengan orang-orang sekitar.

Secara neurologis, anak autis adalah anak yang mengalami hambatan perkembangan otak terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Hambatan perkembangan inilah yang menjadikan anak autis memiliki perilaku yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Pada beberapa bentuk, perilaku anak autis memiliki kecenderungan yang ekstrem. Dalam hal akademik juga sering ditemukan anak-anak yang memiliki kemampuan spesifik dan memiliki kemampuan anak-anak seusianya.

Mengenali Gejala Autisme Pada Anak

Gejala pada Anak dengan Autisme

Nah, bagaimana sih gejala yang tampak pada anak dengan Autisme ? Menurut Huzaemah, ada beberapa gejala pada anak autis, diantaranya:

1. Gangguan dalam komunikasi verbal dan non verbal

Kemampuan dan keterlambatan berbahasa, atau sama sekali tidak dapat berbicara. Berkomunikasi dengan bahasa tubuh, dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti orang lain (“bahasa planet”). Tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.

2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial

Gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh jika dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Menolak dipeluk. Apabila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut sesuatu untuknya. Menjauh bila didekati.

Baca artikel lainnya, Psikologi Konseling

dan Tips Memilih Jasa Konseling yang Tepat

3. Gangguan dalam bermain

Bermain dengan cara yang sangat monoton dan tidak biasa, misalnya mengamat-amati terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Senang dengan salah satu mainan dan tidak mau meninggalkannya. Seperti, botol, gelang karet, baterai, atau benda lainnya. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura-pura.

4. Perilaku ritualistic

Perilaku yang sulit diubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.

 

5. Gangguan perasaan dan emosi

Perasaan dan emosinya dapat terlihat ketika si anak tertawatawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata. Mengamuk yang tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Baca artikel lainnya, Tanda Anda Butuh ke Psikologi Konseling

dan layanan psikologi

6. Gangguan dalam persepsi sensoris

Perasaan sensitive terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa, mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Berdasarkan poin-poin yang disampaikan diatas, dapat diketahui bahwa Autisme adalah suatu gangguan pervasive yang khususnya terjadi pada anak-anak, ditandai dengan keterlambatan perkembangan mental, sulit melakukan interaksi sosial, keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain serta bahasa, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

Itulah artikel singkat dengan tema “Mengenali Gejala Autisme Pada Anak”. Semoga menambah wawasan kita tentang anak berkebutuhan khusus, termasuk dengan anak dengan gejala autisme.
Sumber referensi:

Geniofarm. 2010. Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta Gara Ilmu

Huzaemah. 2010. Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta: Pustaka Populer Obor

 

Baca artikel lainnya, biro psikologi

dan jasa psikotes online

 

admin Tidak ada komentar

Gangguan Kepribadian Antisosial tampak terlihat dari penampilan luar

Gangguan Kepribadian Antisosial. Mungkin kita sering mendengar istilah “Ansos” yang kepanjangannya adalah anti-sosial. Biasanya, anak milenial menyematkan julukan ansos pada individu yang sulit bergaul. Namun, taukah kamu bahwa antisosial lebih luas dari sekedar makna sulit bergaul dan merupakan salah satu gangguan kepribadian?

Menurut Fausiah & Wedury (2005) Individu dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah laku kriminal atau antisosial, namun tingkah laku ini tidak sama dengan melakukan kriminalitas. Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada ketidakmampuan individu untuk mengikuti norma-norma sosial yang ada selama perkembangan masa remaja dan dewasa.

Gangguan Kepribadian Antisosial tampak terlihat dari penampilan luar

Baca artikel lainnya, Jasa Konseling Untuk Memperbaiki Kualitas Diri

dan Gunakan Jasa Psikologi Konseling Profesional

Gangguan kepribadian antisosial dari penampilan luar

Individu dengan kepribadian antisosial biasanya mampu menampilkan tingkah laku yang menawan, memiliki kemampuan verbal yang baik, bahkan mampu menarik perhatuian lawan jenis dengan perilakunya yang pandai merayu. Di sisi lain, individu yang sejenis seringkali menganggap perilaku individu dengan kepribadian antisosial sebagai manipulatif dan terlalu menuntut.

Walaupun penampilan luarnya tampak positif, apabila ditelusuri riwayat kehidupannya, biasanya dipenuhi dengan perilaku berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, pemakaian obat-obatan dan aktivitas illegal lainnya yang biasanya telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Namun demikian, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak diberikan pada individu dengan gangguan keterbelakangan mental, skizofrenia ataupun mania.

Demikianlah artikel singkat dengan tema ‘Gangguan Kepribadian Antisosial tampak terlihat dari penampilan luar’. Semoga Bermanfaat.

Baca artikel lainnya, Kenapa Konseling dengan Psikolog Cuma Sebentar?

dan Konseling dengan psikolog